“Pro
Kontra Tradisi Nyumbang Di Masyarakat, Ujian Akhir Psikologi Sosial Dengan Dosen
Pengampu Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA MA”
Disusun
Oleh
Irmawati
22310410031
Psikologi
SP
Dalam tradisi
nyumbang banyak sekali permasalahan yang akan dihadapi seperti jika kita
berhalangan hadir dan tidak bisa berpartisipasi dalam tradisi nyumbang, akan
mendapat sanksi sosial seperti dikucilkan oleh masyarakat. Permasalahan pada
kasus tersebut salah satunya akan memperluas masalah pembiayaan disaat ingin mengadakan
syukuran dari itu akan memicu meningkatkan utang piutang didesa atau komplek
antar tetangga atau bisa juga meningkatkan piutang terhadap kredit keliling
yang nanti berdampak buruk apabila ada yang susah untuk membayar hingga sampai
terlilit hutang. Seperti dikutip jurnal yang berjudul “Pemaknaan Tradisi
Nyumbang Dalam Pernikahan Di Masyarakat Desa Kalikebo, Trucuk, Klaten” menjadi
point yang sangat klimaks yaitu Nyumbang sebagai beban masyarakat, disini
penulis mengartikan seseorang rela memikul hutang dengan kekerasan secara
simbolik. Permasalahanpun datang dari gaya hidup atau gengsi dari masyarakat
tersebut, seperti nilai dari sumbangannya ini juga salah satu bentuk ekspresi
diri ke masyarakat menjadi narsistik di tengah sumbangan. Permasalahan juga
terjadi saat adanya standardisasi nominal sumbangan. Permasalahan datang saat
monetisasi berupa sumbangan yang sudah dikontrol atau dihandle dengan regulasi
disetiap masyarakat masing – masing. Adanya ketentuan untuk menyumbang disetiap
hajatan karena sumbangan bukan berupa uang saja bisa berupa tenaga dan jasa
untuk gotong royong setiap ada hajatan atau yang biasa dikenal dengan Rewang.
Solusi
dari permasalahan yang ada saat ini bisa penulis siasati dengan berbagai
Langkah seperti jika kondisi seperti saat ini memberlakukan konsep tidak conform
menjadi salah satu hal yang tidak mungkin akan saya lakukan, saya akan
menschedule ulang, lebih menghemat untuk tidak mengadakan syukuran terlebih
dahulu mungkin hanya dengan keluarga saja dirumah, apabila sudah memiliki
tabungan yang cukup mungkin saya baru akan menggunakan metode kasus ini tetapi
tidak terlalu sering hanya acara tertentu saja yang memang diharuskan untuk
menutup kasus yang ada dimasyarakat. Tetap memaknai dan berpikir positif akan
hal tersebut sebuah tradisi yang turun temurun di daerah tersebut dan mencoba
mengutarakan terhadap tokoh pemuka masyarakat seperti Kepala RT untuk bersama –
sama saling mencari jalan tengah yang terbaik tujuan utama dari tradisi
nyumbang sendiri untuk saling gotong royong bukan untuk menjatuhkan seseorang
dalam sebuah hajatan, karena adanya masalah ini dimungkinkan masyarakat akan
memahami suatu kondisi dimana setiap warganya memiliki kebutuhan dan latar
belakang yang berbeda – beda dan tanpa mengurangi setiap esensi tradisi
nyumbang tersebut. Mungkin juga disaat penulis belum sempat menyumbang menjadi
hutang sumbangan yang sudah diberikan oleh masyarakat sekitar maka dikemudian
hari harus menyumbangkan barang – barang, bahan makanan, uang, atau jasa dan
tenaga yang belum dikembalikan.
Menurut
penulis, ini menunjukan adanya ketakutan akan dampak dari perilaku tidak
conform pada tetangga, karna apabila perilaku gotong royong yang terlalu sering
juga tidak baik di kehidupan bertetangga mungkin akan mengganggu kesibukan orang
lain, serta ketakutan akan adanya dampak perilaku tidak conform sangat biasa
ditemui di lingkungan desa, orang lebih
takut digosipkan tidak mau berbaur dengan lingkungan apabila tidak hadir dalam
acara tersebut, apabila tidak menyumbang 120 kotak tersebut orang akan menggosipkan
orang yang bersangkutan karna tidak mendapat apa – apa jadi lebih takut dengan
suara-suara yang membuat tidak nyaman itu,ya ini merupakn suatu ketakutan akan
dampak perilaku non conform tersebut. Dalam pelaksanaan hajatan saja yang mampu
membuat acara yang besar hanya kelompok menengah keatas, dengan alasan banyak
dana yang keluar juga merepotkan banyak pihak. Kembali lagi ke permasalahan
adanya tradisi nyumbang satu hal yang menjadi pokok bukan Financial ternyata
sebuah mind set yang tertanam adanya eksistensi dalam sebuah tradisi
menyumbang tersebut seperti dikutip dari jurnal tersebut 1) Mengembalikan
hutang bisa minta ditunda. kalau tidak nyumbang, ketemu orangnya malu sekali.
Lebih baik hutang daripada tidak nyumbang;2) Lebih baik tidak punya apa-apa
daripada tidak nyumbang;3) Sebenarnya sih berat, apalagi kalau waktu musim
hajatan. Tapi karena sudah tradisi; 4) biarpun rumah bocor, yang penting harus
nyumbang; 5) Tidak ada yang berani beda, tidak umum. Dimana rasa berbagi sosial
lebih penting daripada meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran diri sendiri
atau keluarga. Hal ini mampu menyudutkan pihak yang akan berlaku tidak conform
dimasyarakat, orang yang tidak conform harus siap dikucilkan dimasyarakat jika
tidak mau seperti saat ini.
Sesuai
dengan teori Albert Bandura yang mana anak akan menirukan apa yang kita
lakukan, maka sebagai penulis akan tetap mengajari anak saya tentang kasus
sumbang menyumbang ini, yang dimana saya akan lebih menekan kan pada anak untuk
tidak berlebihan dalam sumbang menyumbang tersebut, seperti halnya saat
menengok orang sakit sebaiknya tetap membawakan sumbangan setidaknya buah yang
menyehatkan dan apabila sudah dewasa ingin mengadaka syukuran atas kelulusanya
mungkin cukup dengan keluarga dirumah makan atau dirumah saja, kecuali untuk
acara yang memungkin kan harus semua warga desa tau seperti hari pernikahan
contohnya, maka sebelum itu harus terpikirkan secara matang dan dijauh hari
agar bisa menabung sehingga acara tersebut tidak memberatkan siapapun. Pada saat
ini sebagai orang tua penulis akan mencontohkan anak jika di daerah desa memang
sangat kental akan hal nyumbang atau lebih tepatnya rewang, yang biasanya ada
di hajatan yang tidak hanya membutuhkan sumbangan akan tetapi tenaga seperti
dibudaya di jawa dikenal dengan sinoman, dari sinilah gotong royong dan
integrasi masyarakat terjalin harmonis. Dengan menerepkan modeling dari Albert
Bandura ini hanya memberikan sebuah citra atau aksi sebenarnya sudah cukup
untuk memberi contoh kepada anak saya, adanya tetangga sekitar juga membuat
semakin altuirsm dan sangat tertarik akan hal tradisi nyumbang ini.
Pada dasarnya tradisi
nyumbang seperti yang ada di jurnal berjudul “Potret Resiprositas dalam Tradisi
Nyumbang di Pedesaan Jawa di Tengah Monetisasi Desa” yaitu tradisi ini bertukar
hadiah berdasarkan nilai atau value yang semakin tinggi dari hadiah tersebut
maka akan menjadi harga diri orang yang bersangkutan (Eksistensi) ini berarti
eksistensi mereka untuk mengekspresikan keberadaan mereka seperti halnya sebuah
kampanye di pilkada dengan cara apapun yang penting naik daun. Seperti yang
dikemukakan oleh Niccolo Machiavelli yaitu menghalalkan semua cara untuk
mewujudkan suatu tujuan. Adanya sumbangan yang memiliki value atau nilai yang
tinggi dan sumbangan yang besar dapat mempengaruhi opini masyarakat dan
meciptakan citra positif dalam kancah pemilu seperti Teori yang dikemukakan
oleh Niccolo Machiavelli. Ya, karna menyumbang kan 120 kotak termasuk jumlah
yang besar. teori Niccolo yaitu “memandang kekuasaan bukanlah semata - mata
untuk kepentingan diri sendiri, akan tetapi itu semua adalah untuk kehormatan
dan kesejahteraan negara.” Dari situ kita tahu bahwa menyumbang itu supaya
disanjung-sanjung untuk kepentingan diri sendiri tetapi juga untuk kebersamaan
dalam berwarga negara seperti halnya robinhood di serial kartun atau film.
Daftar Pustaka
Afifah, S. (2022). Tradisi Rewang Dalam Kajian
Psikologi Sosial. Indonesian Journal of Behavioral Studies, Page
97-106.
Hendrastomo, A. S. (2014). PEMAKNAAN TRADISI NYUMBANG DALAM
PERNIKAHAN DI. Jurnal Pendidikan Sosiologi, 2 - 16.
Lestari, S., Sumarti, T., Pandjaitan, N. K., &
Tjondronegoro, S. (2012). Potret Resiprositas dalam Tradisi Nyumbang di
Pedesaan Jawa. Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, 271-281.
Manik, D. M. (2021). DINAMIKA TRADISI NYUMBANGPADA
MASYARAKAT(STUDI KASUS: DESA PEMATANGGANJANG,SERDANG BEDAGAI). Jurnal
Indonesia Sosial Teknolog, Vol.2 Page 595 - 602.
Setiawan, E. (2022). POTRET RESIPROSITAS TRADISI NYUMBANG
PADA PEREMPUAN. Jurnal Equalita, 2 - 16.
Sumber gambar: https://aminjaya.desa.id/berita/detail/melihat-tradisi-rewang-dan-sinom-di-desa-karang-sari
0 komentar:
Posting Komentar