RESIPROSITAS TRADISI
NYUMBANG DI PEDESAAN
Makanan, Keluarga, dan Tradisi : Adat
menarik dari 120 kotak makanan di Yogyakarta
Ujian Akhir Psikologi Sosial dengan
pengampu Arundati Shinta
Disusun oleh :
Sari Rizka Yani
22310410001
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Pendahuluan
Penduduk di suatu desa di Yogyakarta
memiliki adat dan kebiasaan yang sangat unik, di mana setiap momen penting
dalam kehidupan mereka dirayakan dengan tradisi menyumbang makanan kepada tetangga.
Dalam desa tersebut, terdapat sekitar 120 keluarga yang hidup berdampingan dan
saling mendukung satu sama lain. Tanda syukur dalam keluarga ditunjukkan dengan
menyumbangkan 120 kotak makanan kepada tetangga saat kelahiran seorang anak,
begitu pula saat seseorang meninggal dunia, dan bahkan saat mengadakan upacara
syukuran untuk acara seperti sunatan. Setiap penduduk desa terlibat dalam
tradisi ini, sehingga mereka secara rutin menyumbangkan makanan dan sering kali
menerima kotak makanan dari tetangga mereka sebagai bagian dari kehidupan
komunitas yang erat.
Apa permasalahan dari kasus tersebut di atas?
Permasalahan
dari kasus di atas adalah adanya beban yang cukup besar bagi penduduk desa
dalam hal menyumbangkan 120 kotak makanan setiap kali ada acara syukuran atau
upacara penghormatan. Hal ini dapat menciptakan tekanan finansial dan logistik
bagi penduduk, terutama jika mereka menghadapi situasi yang memerlukan banyak
acara syukuran atau upacara penghormatan secara berdekatan.
Selain itu, jumlah 120 kotak makanan
yang harus disumbangkan pada setiap acara dapat menjadi sulit dipenuhi,
terutama jika ada keluarga yang memiliki keterbatasan sumber daya atau
keterbatasan jumlah anggota keluarga. Ini bisa menimbulkan perasaan tertekan
atau cemas jika mereka tidak dapat memenuhi kewajiban tersebut. Kewajiban
menyumbang 120 kotak makanan setiap kali ada peristiwa seperti kelahiran anak,
kematian keluarga, atau acara syukuran, dapat menimbulkan beban finansial yang
cukup besar bagi penduduk desa. Terutama jika peristiwa-peristiwa tersebut
terjadi dalam waktu yang berdekatan, bisa menyebabkan kesulitan ekonomi bagi
beberapa keluarga.
Persaingan dan Tekanan Sosial, dalam
budaya yang mengharuskan setiap keluarga menyumbang 120 kotak makanan, bisa
timbul persaingan dan tekanan sosial antara tetangga. Mungkin ada perasaan
tidak adil atau keterpaksaan untuk menyumbang jumlah yang besar, terutama bagi
keluarga yang memiliki keterbatasan ekonomi.
Bila Anda tinggal di daerah itu dan mengalami permasalahan
pada nomor 1 tersebut, apa yang akan Anda lakukan?
Jika
saya tinggal di daerah dengan kebiasaan seperti yang dijelaskan dalam kasus dan
mengalami permasalahan terkait kewajiban menyumbang 120 kotak makanan, beberapa
hal yang dapat saya pertimbangkan: Komunikasi dan Dialog, Saya akan berbicara
dengan tetangga dan sesama penduduk desa untuk membuka dialog terkait beban
yang muncul akibat kewajiban menyumbang 120 kotak makanan. Mungkin ada
kemungkinan untuk mencari solusi bersama atau mempertimbangkan adanya
pengurangan jumlah kotak makanan yang disumbangkan tanpa mengurangi makna dan
nilai dari tradisi tersebut. Gotong Royong dan Kolaborasi, Saya akan mencoba
mendorong semangat gotong royong dan kolaborasi di antara penduduk desa.
Misalnya, mengajukan gagasan untuk membentuk kelompok atau komite yang dapat membantu
mengatur acara syukuran atau upacara penghormatan bersama-sama, sehingga beban
dapat lebih dibagi secara adil di antara warga. Perubahan dalam Tradisi, Saya
akan mencoba berbicara dengan tokoh adat atau pemimpin masyarakat setempat
untuk membahas kemungkinan perubahan dalam tradisi tersebut. Tujuannya bukan
untuk menghilangkan makna dan nilai-nilai budaya, tetapi untuk menyesuaikan
tradisi agar tetap relevan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat saat ini.
Mencari Dukungan, Jika beban yang dihadapi terlalu berat, saya akan mencoba
mencari dukungan dari pihak-pihak lain, seperti organisasi sosial, lembaga
amal, atau pemerintah daerah. Mereka mungkin dapat membantu dengan sumbangan
atau program bantuan yang dapat membantu mengurangi beban penduduk desa.
Pendidikan dan Kesadaran: Saya akan mencoba meningkatkan kesadaran di
masyarakat tentang pentingnya tradisi dan nilai-nilai budaya, namun juga
penting untuk mencari keseimbangan dengan kondisi ekonomi dan keuangan
masing-masing keluarga. Melalui pendekatan ini, mungkin akan ada kemungkinan
kesadaran bersama untuk mengatasi permasalahan ini secara lebih efektif.
Apakah situasi tersebut menunjukkan perilaku bergotong royong
atau adanya ketakutan akan dampak dari perilaku tidak conform pada tetangga?
Situasi
yang dijelaskan dalam tradisi menyumbangkan 120 kotak makanan terebut
menunjukkan adanya perilaku bergotong royong di antara penduduk desa tersebut.
Setiap anggota keluarga diwajibkan untuk menyumbang 120 kotak makanan untuk
tetangga mereka pada berbagai acara seperti kelahiran anak, upacara
penghormatan, dan peristiwa penting lainnya. Hal ini menunjukkan semangat
kerjasama dan saling membantu antarwarga dalam rangka merayakan momen
kebahagiaan atau menyemayamkan kerabat yang meninggal.
Namun, situasi tersebut juga dapat
menunjukkan adanya ketakutan atau tekanan yang timbul akibat dari perilaku
tidak konform pada tetangga. Setiap anggota keluarga merasa perlu untuk
memenuhi kewajiban menyumbang 120 kotak makanan, karena mereka tahu bahwa ini
adalah bagian dari tradisi dan adat yang berlaku di desa mereka. Ketidakpatuhan
terhadap aturan ini mungkin dapat menyebabkan konflik sosial atau stigma dari
tetangga, yang pada gilirannya dapat membuat beberapa orang merasa terpaksa
untuk tetap mengikuti tradisi tersebut agar tidak dianggap tidak taat atau
kurang menghargai nilai-nilai budaya yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.
Alasan ketakutan atau tekanan ini bisa
bermacam-macam, antara lain: Kehormatan dan Citra, Masyarakat desa yang
menjunjung tinggi tradisi mungkin melihat ketidakpatuhan terhadap tradisi
sebagai tindakan yang merusak citra keluarga atau melanggar norma sosial yang
dihormati. Rasa Kewajiban, Anggota
keluarga mungkin merasa memiliki kewajiban moral untuk mengikuti tradisi ini
sebagai bagian dari rasa hormat terhadap tetangga dan tradisi yang telah ada
selama bertahun-tahun. Konsekuensi Sosial, Ketakutan akan diisolasi atau
dijauhi oleh tetangga dan masyarakat lainnya jika mereka tidak mengikuti
tradisi ini secara tepat. Faktor Emosional, Beban emosional yang muncul dari
perasaan bersalah jika tidak dapat menyumbang 120 kotak makanan, terutama jika
tetangga dan keluarga lainnya telah berpartisipasi secara aktif dalam
acara-acara yang sama.
Sesuai dengan teori Albert Bandura, apakah Anda akan mengajarkan
pada anak Anda tentang konformitas terhadap perilaku menyumbang tersebut?
Berdasarkan
teori Albert Bandura terkait mengajarkan konformitas terhadap perilaku
menyumbang tersebut kepada anak. Menurut teori Albert Bandura tentang
pembelajaran sosial atau teori belajar melalui pengamatan, anak-anak cenderung
meniru perilaku orang-orang di sekitar mereka, terutama orang dewasa yang
dianggap sebagai model atau tokoh otoritas. Anak-anak belajar melalui
pengamatan, menginternalisasi norma dan nilai-nilai yang mereka lihat dari
lingkungan mereka, dan kemudian meniru perilaku yang sesuai dengan norma-norma
tersebut.
Dalam konteks tradisi menyumbang 120
kotak makanan, jika orang tua atau anggota keluarga yang menjadi model bagi
anak mengikuti tradisi menyumbang 120 kotak makanan, anak cenderung belajar dan
meniru perilaku tersebut. Jika anak melihat bahwa menyumbang makanan dalam
jumlah besar adalah bagian dari kewajiban dan nilai-nilai yang dihargai di desa
mereka, mereka mungkin akan condong untuk mengikuti tradisi tersebut.
Penting untuk mempertimbangkan beberapa
hal sebelum mengajarkan konformitas terhadap perilaku menyumbang: Dalam Konteks
Budaya dan Nilai, Penting bagi orang tua untuk menjelaskan nilai-nilai budaya
dan signifikansi dari tradisi ini, sehingga anak dapat memahami alasan di balik
perilaku tersebut. Menjelaskan bahwa ini adalah bagian dari kerjasama, rasa
syukur, dan penghormatan terhadap tetangga dapat membantu anak
menginternalisasi makna positif dari tradisi ini. Kemampuan Ekonomi dan Keterbatasan,
Orang tua juga harus berbicara dengan anak tentang keterbatasan sumber daya
keluarga dan kemampuan untuk menyumbang. Anak perlu tahu bahwa tidak selalu
mungkin untuk menyumbang dalam jumlah besar, dan bahwa kontribusi apapun,
sekecil apapun, tetap bernilai. Keterbukaan untuk Berdiskusi, Mendukung anak
untuk berbicara tentang perasaan, pendapat, dan pertanyaan mereka terkait
tradisi ini sangat penting. Diskusi terbuka dan pengertian terhadap pandangan
anak membantu mereka merasa didengar dan dihargai sebagai individu. Pilihan dan
Penghargaan, Memberi anak pilihan untuk berpartisipasi dalam tradisi ini, tanpa
memaksa atau memaksa, dapat membantu mereka merasa memiliki kontrol atas
tindakan mereka. Penghargaan untuk partisipasi mereka, baik berupa pujian atau
bentuk pengakuan lainnya, dapat memberikan dorongan positif dan memperkuat
perilaku konformitas yang sesuai.
Secara makro, apakah perilaku menyumbang ini sesuai dengan
kebiasaan seseorang yang ingin menang di Pilkada (pemilihan kepala derah)?
Secara
makro, perilaku menyumbang dalam tradisi yang dijelaskan dalam kasus tradisi
menyumbang 120 kotak makanan mungkin dapat dipahami dalam konteks teori Niccolò
Machiavelli, terutama dalam pandangan politik dan kekuasaan.
Menurut teori Machiavelli, dalam karyanya
"The Prince," dia menyatakan bahwa tujuan politik adalah untuk
mempertahankan dan memperluas kekuasaan. Machiavelli berpendapat bahwa seorang
pemimpin harus mampu menggunakan berbagai cara, termasuk strategi dan taktik
yang tidak selalu bermoral, untuk mencapai tujuan politiknya. Dia menekankan
bahwa pemimpin harus cerdik, pandai berbicara, dan mampu memanipulasi opini
publik untuk memperoleh dan mempertahankan kekuasaan.
Dalam konteks perilaku menyumbang dalam
tradisi desa yang dijelaskan, ada beberapa aspek yang dapat dihubungkan dengan
pemikiran Machiavelli: Seperti Mencari
Dukungan Populasi, Salah satu aspek penting dari kepemimpinan politik, menurut
Machiavelli, adalah memiliki dukungan dari populasi atau rakyat. Dengan
menyumbang dalam jumlah besar untuk acara-acara penting di desa, anggota
keluarga dapat mencari dukungan dan rasa simpati dari tetangga dan masyarakat
luas, sehingga menciptakan hubungan yang menguntungkan dalam konteks sosial dan
politik. Memperkuat Hubungan Sosial, Machiavelli menyarankan bahwa seorang
pemimpin harus berusaha memperkuat hubungan sosial dan membangun koalisi yang
kuat untuk mendukungnya. Melalui tradisi menyumbang ini, anggota keluarga dapat
memperkuat hubungan mereka dengan tetangga dan masyarakat lainnya, menciptakan
jaringan sosial yang luas yang dapat berguna dalam berbagai aspek kehidupan,
termasuk politik. Membangun Citra dan Pengaruh, Machiavelli menekankan
pentingnya citra dan pengaruh dalam politik. Dengan berperilaku sesuai dengan
tradisi yang dihormati dan dijunjung tinggi oleh masyarakat, anggota keluarga
dapat membangun citra positif dan mendapatkan pengaruh di dalam komunitas
mereka. Hal ini dapat menjadi aset dalam konteks pemilihan kepala daerah atau
acara politik lainnya di mana popularitas dan pengaruh dapat berperan penting.
Daftar Pustaka :
Setiawan eko “POTRET RESIPROSITAS TRADISI NYUMBANG PADA PEREMPUA PERDESAAN DI DESA KALIPAIT BANYUWANGI“
Adhitya Suryana dan Grendi Hendrastomo “PEMAKNAAN TRADISI NYUMBANG DALAM PERNIKAHAN DI MASYARAKAT DESA KALIKEBO, TRUCUK, KLATEN“
Niccolò Machiavelli, "The Prince" (1513)
Soetji Lestari, Titik Sumarti, Nurmala K. Pandjaitan, S.M.P. Tjondronegoro “Potret resiprositas dalam tradisi nyumbang di pedesaan jawa di tengah monetisasi desa“ Vol. 25 / No. 4 / Published : 2012-10
0 komentar:
Posting Komentar