TRADISI NYUMBANG
DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA
ULANGAN AKHIR SEMESTER
PSIKOLOGI SOSIAL
Dosen Pengampu Dr.,Dra.Arundanti Shinta, MA
Nama : Rizal Efendi
NIM : 22310410045
Prodi : Psikologi SJ
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45
YOGYAKARTA
Tinggal di desa pasti tidak bisa lepas
dengan tradisi ataupun adat. Beragam tradisi atau adat yang ada di lingkungan
pedesaan dapat mempererat tali persaudaraan antar masyarakat. Salah satu
tradisi yang masih sering dijumpai yaitu tradisi nyumbang. Tradisi nyumbang
ini sudah ada sejak zaman dulu. Tradisi nyumbang ini dimaksudkan untuk
membantu keluarga yang memiliki suatu acara atau hajatan seperti pernikahan,
kematian, khitanan atau sunatan, kelahiran dan lain sebagainya. Bantuan yang
diberikan juga beragam seperti tenaga, uang, ataupun bahan makanan.
Namun dalam kasus ini tradisi nyumbang
yang dimaksud yaitu keluarga yang memiliki acara atau hajatan memberikan
bingkisan atau makanan kepada masyarakat sekitar. Memberikan bingkisan atau
makanan kepada tetangga dan masyarakat merupakan suatu kewajiban bagi si
pemilik acara. Entah perkawinan, kelahiran, khitanan ataupun kematian.
Dikatakan wajib karena kita hidup di desa atau daerah yang masih menggunakan
tradisi nyumbang ini. Nantinya kita juga akan mendapat hal serupa jika
ada keluarga lain yang memiliki acara. Jika kita tidak mengikuti tradisi nyumbang
di tengah masyarakat yang masih kental dengan tradisi ini, maka akan
mengakibatkan rusaknya keharmonisan dalam hidup bermasyakarat.
Tradisi nyumbang
ini juga memiliki beberapa permasalahan. Tapi yang paling mencolok yaitu
perbedaan tingkat perekonomian setiap keluarga. Ada yang perekonomiannya sangat
baik, ada yang cukup baik saja, adapun keluarga yang perekonomiannya kurang.
Jika dimisalkan dalam satu desa memiliki 120 rumah atau keluarga, keluarga
dengan perekonomian stabil akan merasa biasa saja tidak merasa terbebani. Jika
yang memiliki acara yaitu keluarga dengan ekonomi yang kurang ini akan terasa
keberatan tetapi masih tetap harus mengikuti tradisi ini. Jadi tradisi nyumbang
ini juga memiliki dampak yang cukup penting bagi mereka yang perekonmiannya
kurang walaupun kehidupan bermasyarakatnya semakin baik.
Saya juga tinggal di
daerah yang masih menganut tradisi ini. Tradisi ini juga kadang memberatkan
keluarga saya karena perekonomian yang kurang stabil. Tetapi walaupun perekonomian
keluarga saya kurang stabil sebisa mungkin tetap memberikan sumbangan makanan
atau bingkisan ke masyarakat sekitar walaupun tidak sebaik atau selayak
keluarga lain. Untuk mengatasi masalah perekonomian keluarga saya, jika kami
memiliki acara atau hajatan tidak melakukan acara yang megah asal cukup untuk memberikan
bingkisan kepada masyarakat sekitar. Misal ada acara pernikahan, kami tidak
mengadakan acara yang mewah, cukup acara intinya saja seperti akad sedernana
dan selanjutnya syukuran yang dihadiri masyarakat sekitar. Untuk isi bingkisan
atau makanan yang diberikan juga diisi dengan yang semampu kami, juga kami
manfaatkan sebaik mungkin sumbangan yang diberikan dari kerabat atau tetangga
yang berupa uang maupun bahan makanan. Jadi kami masih bisa mengikuti tradisi
ini tanpa perlu berpindah tempat tinggal untuk menghindari tradisi nyumbang
ini.
Kegiatan atau tradisi nyumbang
ini juga merupakan kegiatan tolong menolong. Karena setiap keluarga suatu saat
pasti akan memiliki suatu acara. Keluarga yang memiliki acara tidak hanya
memberikan sumbangan bingkisan atau makanan akan tetapi juga akan menerima
sumbangan dari kerabat atau masyarakat berupa uang, bahan makanan, ataupun
tenaga. Sumbangan yang diberikan dari masyarakat ini akan sangat membantu jika
keluarga yang memiliki acara perekonomiannya tidak stabil. Tradisi ini bisa
juga menjadi ketakutan dengan dampak akibat tidak conform dengan masyarakat
sekitar. Seperti dikucilkan atau digunjing saat kita melakukan kegiatan social
di masyarakat.
Jika menganut dengan
teori Albert Bandura, nantinya jika saya sudah memiliki keturunan maka saya
akan mengajarkan tradisi ini kepada anak saya. Karena dengan sebuah tradisi
maka keharmonisan kehidupan social akan semakin baik. Dengan tradisi ini saya
bisa mengajarkan kepada anak saya bagaimana cara tolong menolong dan saling
peduli di masyarakat. Jika tidak mengajarkan kepada anak saya, saya akan khawatir
dengan kehidupan social anak saya saat sudah dewasa nanti. Jangan sampai
keharmonisan kehidupan social keluarga kami retak akibat dari saya yang tidak
menurunkan atau mengajarkan tradisi nyumbang atau tradisi lain yang
hidup di masyarakat tempat kami tinggal.
Teori Nicolo
Machiavelli memandang kekuasaan
bukanlah semata – mata untuk kepentingan diri sendiri, akan tetapi itu semua
adalah untuk kehormatan dan kesejahteraan negara. Jika kita sangkut pautkan
dengan tradisi nyumbang yang tujuannya untuk menarik suara saat akan ada
pemilu atau pilkada maka akan berkonotasi negative. Karena cara atau trik ini
juga bisa kita sebut menyogok supaya masyarakat mau memilih calon yang diusung
dari oknum yang melakukan sumbangan. Berbeda jika melakukan sumbangan ketika
sudah terpilih setelah pilkada selesai. Tradisi nyumbang menjadi
berkonotasi positif karena sumbangan yang diberikan merupakan bentuk syukur
atau terima kasih kepada masyarakat yang sudah memilih seseroang tersebut
menjadi kepala daerah.
Daftar Pustaka
Soetji
Lestari*1Titik Sumarti, Nurmala K. Pandjaitan, S.M.P. Tjondronegoro*2,2012 Potret
resiprositas dalam tradisi nyumbang di pedesaan jawa di tengah monetisasi desa,
Universitas Airlangga
Eko Setiawan ,2022 Potret resiprositas
dalam tradisi nyumbang pada perempuan perdesaan di Kalipait Bnyuwangi,
Cirebon Qualita
Aditya Suryana, 2017
Pemanknaan tradisi nyumbang dalam pernikahan di masyarakat desa kalikebo,
trucuk, klaten. Jurnal Pendidikan sosiologi
0 komentar:
Posting Komentar