Rabu, 06 Oktober 2021

Alasan Masuk Kelompok Karena Ikut-Ikutan? Sepertinya Temanmu Berperilaku Konformitas

Alasan Masuk Kelompok Karena Ikut-Ikutan? Sepertinya Temanmu Berperilaku Konformitas

Essay II Persyaratan Ujian Tengah Semester Psikologi Sosial II

(Semester Ganjil 2021/2022)

Dwi Ratri Octavianita (20310410002)

Fakultas Psikologi Universitas 45 Yogyakarta

Dosen Pengampu: Dr. Arundati Shinta, M.A

Sumber gambar: diction.id

  Kita sebagai makhluk sosial tak lepas dari yang namanya interaksi sosial. Interaksi sosial pada akhirnya akan membentuk sebuah kelompok.  Jenis dari kelompok ada yang primer dan juga sekunder. Yang termasuk kelompok primer adalah keluarga, kelompok persahabatan, dan lain sebagainya. Sedangkan kelompok sekunder meliputi organisasi profesi, kelompok pelayanan masyarakat, dan lain sebagainya. Alasan seseorang berkelompok pun juga beragam. Dalam berkelompok, setiap anggota saling mempengaruhi satu sama lain.

Dua orang atau lebih yang identitasnya memiliki kesamaan lalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya secara teratur demi mencapai tujuan bersama merupakan pengertian dari kelompok sosial. Interaksi yang dilakukan cenderung memiliki beberapa pola yang hanya dipahami oleh para anggota yang tergabung (Azri, 2017). Para anggota harus taat dan tunduk dengan norma yang berlaku dalam kelompok yang kemudian diharapkan individu selalu mendahulukan kepentingan kelompoknya (Zabidi, 2020). 

Konformitas dipahami sebagai kondisi ketika individu mulai melakukan hal yang orang lain lakukan (menirukan) yang didasari adanya sebuah tekanan yang nampak jelas maupun yang hanya bayangan saja. Konformitas timbul akibat adanya efek sosial yaitu ketika individu dengan suka rela mengubah sikapnya agar selaras dengan norma dalam sebuah kelompok (Ramakastin, 2015). 

Persoalan mendasar yang berhubungan dengan kelompok adalah mengenai alasan seseorang ingin tergabung dalam kelompok tersebut. Alasan-alasan yang begitu beragam mulai dari dorongan untuk berhubungan dengan orang lain, faktor tugas, sumber rewards, rasa ingin tahu, pengembangan kepribadian, mengurangi stress, dan lain sebagainya. Namun, pada pembahasan kali ini akan lebih berfokus pada alasan terkonyol seseorang ingin berkelompok yaitu karena ikut-ikutan. Hal ini penting untuk dibahas karena perilaku ikut-ikutan (konformitas) merupakan bahasan yang berhubungan dengan psikologi sosial, yang ternyata terdapat dampak negatifnya jika terus dibiarkan. 

Lalu pertanyaan yang harus terjawab dalam pembahasan kali ini adalah mengapa seseorang masuk ke dalam kelompok dengan alasan ikut-ikutan? Hal tersebut sangat penting mengingat dalam bahasan psikologi sosial berhubungan dengan topik mengenai konformitas yang ternyata menjadi salah satu alasan seseorang masuk dalam sebuah kelompok. 

Perilaku ikut-ikutan atau bisa disebut dengan perilaku konformitas ini dijadikan seseorang sebagai alasan ia masuk dalam kelompok. Hal ini dikarenakan individu cenderung ingin disukai, dipuji, numpang nama, merasa benar jika masuk ke dalam kelompok tertentu, dan bisa juga karena ia butuh back-up, takut ditolak oleh kelompok lain, dan lain sebagainya. Adanya konformitas ini bisa membawa efek yang buruk jika terus dibiarkan, yakni ketika individu merasa adanya tekanan untuk menjadi sesuai dengan kelompok sehingga ia melakukan berbagai cara supaya dapat sama. 


REFERENSI

Azri, M. S. P. (2017). Latar belakang pembentukan kelompok sosial mahasiswa pendatang (studi tentang mahasiswa pendatang asrama karimun dang melini jalan bangau sakti, pekanbaru). Jom FISIP. 4(2), Oktober, 1-15.

 

Ramakastin, W. N. (2015). Hubungan antara konformitas dengan perilaku membeli blackberry pada mahasiswa. Jurnal Proyeksi. 10(1), 20-30.

 

Zabidi, A. (2020). Kelompok sosial dalam masyarakat perspektif QS. Al-Maidah ayat 2. Journal Of Islamic Studies. 3(2), Juli, 42-58.

 

0 komentar:

Posting Komentar