Selasa, 19 Oktober 2021

Keterkaitan Budaya Film TILIK Dengan Psikologi Sosial

Keterkaitan Budaya Film TILIK Dengan Psikologi Sosial

Essay I Persyaratan Ujian Tengah Semester Psikologi Sosial II

(Semester Ganjil 2021/2022)

Rahayu (20310410061)

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Dosen Pengampu: Dr. Arundati Shinta, M.A



Suatu Film bertema“Tilik” yang disutradarai oleh Wahyu Agung Prasetyo yang berlandaskan skenario karangan Bagus Sumartono yang dipublikasi pada tahun 2018 silam dan sempat booming membuat pembicaraan di ranah kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Pastinya peristiwa tersebut mengacu pada ciri-ciri atau karakter kehidupan sehari-hari yang sudah menjadi dinamika kehidupan sosial pada umumnya.

Film tersebut menceritakan suatu budaya yang menjadi adat-istiadat masyarakat Indonesia yaitu mengunjungi orang sakit. Budaya membesuk  ini sampai dengan sekarang masih banyak diaplikasikan  di lingkungan pedesaan, terlebih di pulau Jawa. Mayoritas  jika ada warga dari salah satu desa yang sakit, masyarakat di lingkungan tersebut pada umumnya langsung beriring-iringan untuk pergi membesuk. Karena budaya yang masih lekat inilah maka dijadikan sebuah film dan disusun rapi dengan parodi yang luar biasa untuk menghibur.

Dalam suatu adat budaya semakin besar tingkatan atau kelas atau semakin berpengaruh seseorang yang sedang sakit, maka semakin besar juga jumlah orang yang akan datang untuk mengunjungi berbeda dengan lingkungan perkotaan yang sudah mulai lenyap. Dalam setting film dijelaskan terletak di wilayah Yogyakarta tetapi bukan masyarakat kota metropolis, sehingga budaya antar yang masih dijunjung tinggi di wilayah tersebut masih terasa melekat dan kentara (Anggraeni, 2019).

Namun dari budaya tersebut ada salah satu fenomena yang menarik perhatian yaitu Ghibah, fenomena tersebut diperankan oleh tokoh yang bernama Bu Tejo, pada film informasi yang diberikan oleh Bu Tejo adalah membincangkan orang lain dari perspektif diri sendiri, hal ini disebut dengan istilah ghibah. Dalam pandangan psikologi ghibah menjadi sifat awal manusia untuk membincangkan orang lain. Dalam temuan penelitian ini didapati bahwa dengan berburuk sangka, suudzon atau ghibah bisa membuat kecemasan & stress, beban pikiran, dan munculnya gangguan penyakit jantung (Azizah, 2018). Walaupun tokoh bernama Dian yang di bicarakan oleh Bu Tejo, di akhir cerita memang mengarah kepada hasil yang digunjingkan oleh Bu Tejo namun budaya ghibah sudah mengakar di masyarakat pada umumnya.

Berdasarkan film tersebut bisa ditelah dari berbagai perspektif ilmiah khususnya dalam bidang psikologi bahwa manusia merupakan makhluk sosial tidak bisa dipisahkan atau dijauhkan oleh individu lainnya (Baron & Byrne, 2004). Manusia berinteraksi atau menjalin korelasi melalui hubungan secara individual, kelompok, atau perorangan dengan kelompok (Gillin & Gillin, 1954). Dalam film ini diceritakan bahwa seorang tokoh yang bernama Bu Tejo berkomunikasi atau berhubungan sosial secara individu dengan kelompok. Komunikasi merupakan cara transportasi pesan dari pengirim atau pembawa (sender) kepada penerima atau pemeroleh pesan (receiver) (Hanurawan, 2010). Prosedur  komunikasi yang dilakukan semasa perjalanan membangun hubungan interpersonal dan menguatkan sosio-emosional antar kelompok (Hasanah, 2015).


Daftar Pustaka

Anggraeni, L. D. (2019). Hubungan interpersonal dalam konteks sosial masyarakat urban yogyakarta: kajian privasi akustik, visual dan fisik.

Azizah, N. (2018). Kajian buruk sangka dan ghibah bagi kesehatan tubuh.

Baron, R. A. & Byrne, D. (2004). Social Psychology. Understanding Human Interaction. Boston. Allyn and Bacon Corporation.

Gillin, J. L. & Gillin, J. P. (1954). Cultural Sociology. New York. The Mc Millan Company

Hanurawan, F. (2010). Psikologi Sosial. Suatu Pengantar. Bandung. PT Rosda Karya.

Hasanah, H. (2015). Pengaruh komunikasi interpersonal dalam menurunkan problem tekanan emosi berbasis gender. Sawwa. 11(1), 51-73.



0 komentar:

Posting Komentar