Kamis, 07 Oktober 2021

Menggulas Film “Tilik" Dengan Sudut Pandang Psikologi Sosial

Essay II Persyaratan Ujian Tengah Semester Psikologi Sosial II

(Semester Ganjil 2021/2022)

Elyza Alvinna Mu’arif (20310410074)

Fakultas Psikologi Universitas 45 Yogyakarta

Dosen Pengampu: Dr. Arundati Shinta, M.A




Film Tilik merupakan karya Ravacana Films yang berkolaborasi dengan Dinas Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Film yang menggunakan dialog bahasa Jawa dan menampilkan budaya ‘tilik’ yang berarti menjenguk. Lokasi film disebutkan berada di wilayah Yogyakarta. Kisah dalam film ini, mengandung berbagai nilai sosial budaya yang dapat kita pelajari. Nilai sosial budaya tersebut seperti pada penggunaan bahasa, kekeluargaan, organisasi sosial, kemajuan teknologi, mata pencaharian, religi, sapaan, mitos yang berkembang di masyarakat, status sosial, gotong royong, dan nilai sopan santun (Ratih, 2021). Namun dalam film yang menjadi pokok sorotan yakni tentang fenomena bergosip.

Fenomena bergosip sangat dekat dan erat dengan kehidupan sehari-hari yang bersifat pada budaya tertentu. Sebuah penelitian di Selandia Baru menggemukkan bahwa perempuan seringkali bergosip soal rumah tangga dan perselingkuhan. Selain itu, bergosip di perkotaan ataupun di pedesaan umumnya menunjukkan pola yang sama yakni berkaitan dengan persaingan reputasi sosial. Hal ini dapat menunjukkan bagaimana fenomena gosip yang diangkat pada film Tilik jika dilihat dari sisi sosial dapat ditemui dalam budaya apapun. Gosip sendiri didefinisikan sebagai pembicaraan hal positif maupun negatif terhadap seseorang yang tidak hadir saat pembicaraan yang sedang berlangsung. Dalam percakapan sehari-hari, fungsi gosip ditujukan untuk mensosialisasikan norma kelompok, menghukum yang melanggar norma kelompok, melindungi anggota kelompok yang diancam dan diserang orang lain, menjaga reputasi dan pengaruh, dan membangun ikatan sosial dalam suatu kelompok (Jones, 1980).

Jika dilihat dari sisi psikologi sosial lain, film ini memiliki adanya identitas diri yang berbeda dan identitas kelompok yaitu kelompok ibu-ibu. Dalam film bercerita bagaimana fenomena budaya yang ada di masyarakat desa yang cenderung kebanyakan berprasangka terhadap kejanggalan yang terjadi di lingkungannya. Sehingga, apabila terdapat sesuatu hal yang berbeda dari norma di masyarakat mereka akan beranggapan dengan cepat, dan menyebarkan tanpa mencari tau yang sebenarnya terjadi.

Sisi sosial lain dalam film tilik ini, yaitu: gotong royong. Dimana dalam film terdapat adegan ibu-ibu dari sebuah desa yang akan menjenguk Bu Lurah di Kota dengan menggunakan truk. Selain menempuh perjalanan jauh, mereka juga sudah mengumpulkan sumbangan. Yang nantinya sumbangan akan diberikan kepada Bu Lurah yang sedang sakit. Di sepanjang perjalanan para ibu-ibu bergosip gadis kembang desa bernama Dian.

Konflik dalam bergosip dalam film tilik dapat menjadi gangguan secara psikologis yang terjadi selama proses interaksi kelompok berlangsung yang dapat timbulnya emosi. Sebaiknya masyarakat dapat meninggalkan budaya bergosip agar terhindar dari gangguan kesehatan mental dan fisik, serta menghindari terjadinya konflik yang diakibatkan oleh prasangka asumsi yang tidak jelas kebenarannya (Nurhablisyah & Khikmah, 2020).

Referensi:

Jones, D. (1980). Gossip: Notes On Women’s Oral Culture. Women’s Studies International Quarterly, 3(2), 193–198.

Nurhablisyah., Susanti, Khikmah. (2020). Analisis Isi "Tilik", Sebuah Tinjauan Narasi Film David Bordwell. Jurnal Ilmu Komunikasi UHO : Jurnal Peneliti. 5(4), Oktober, 315-329.

Ratih, Dwi. (2021). Nilai Sosial Budaya Dalam Film Tilik (Kajian Semiotika Charles Sanders Peirce). Jurnal Semiotika. 15(1), 10-18.


0 komentar:

Posting Komentar