Kamis, 07 Oktober 2021

Membahas Perilaku di film "Tilik" Kaitannya dengan Psikologi Sosial

Essay I Persyaratan Ujian Tengah Semester 
Psikologi Sosial II
Semester Ganjil 2021/2022
Destyara Zulfa Ramadhani (20310410054)
Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, M.A
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta


Film Tilik (menjenguk dalam Bahasa Jawa) adalah sebuah film yang berdurasi tiga puluh satu menit, yang menceritakan sebuah rombongan ibu-ibu dari suatu desa dengan mengendarai truk untuk pergi ke kota guna menjenguk ibu lurah yang sedang sakit. Film pendek ini menjelaskan tentang kedua generasi dan kebudayaan yang berbeda. Kedua pandangan ini tersirat bahwa perempuan ketika masuk dalam lingkungan atau society akan selalu dituntut untuk ikut dalam peraturan yang sebenarnya tidak banyak menguntungkan perempuan itu sendiri. Film ini menjelaskan bahwa di masa modern ini masih banyak stigma terhadap perempuan yang memilih untuk bekerja dan berpenghasilan dianggap sebagai perempuan yang tidak baik. Salah satu topik utama dalam film ini yaitu gossip yang bukan hal baru dalam kehidupan sehari-hari. 

Salah satu bentuk komunikasi yang sangat tidak menyenangkan yaitu gossip. Gosip sudah bukan hal yang baru didengar oleh masyarakat karena gossip sudah berkembang dalam kehidupan sehari hari masyarakat. Definisi gossip secara psikologis yaitu membicarakan pihak ketiga tanpa kehadirannya (Striling, 1956 dalam Foster 2004; Besnier, 2009). Gosip adalah pertukaran informasi baik positif maupun negatif terhadap pihak ketiga yang tidak hadir dalam kejadian pertukaran informasi tersebut. Gosip merupakan senjata sosial khususnya untuk perempuan, ini menunjukan perempuan menggunakan pola pasif agresif. Bentuk paling utamanya yaitu dengan bergosip. Gossip memiliki dampak yang berbahaya untuk diri sendiri dan pihak yang dibicarakan. Membicarakan aib orang lain atau bergosip ini merupakan tindakan atau tingkah laku yang diharamkan.

Dilihat dari sisi psikologi sosial dalam film ini memiliki banyak sudut pandang. Yang pertama yaitu terdapat fenomena kebudayaan masyarakat desa yang cenderung berprasangka buruk terhadap informasi yang belum jelas di lingkungannya. Kemudian terdapat fenomena stereotip dimana karakter dalam film “Tilik” ini pemimpin atau lurahnya diperankan oleh seorang perempuan dan seteotipe yang lainnya juga ditunjukan oleh pemeran supir truk yang senang mendengarkan gossip perempuan. Di film ini juga terdapat adegan ibu-ibu yang saling membantu mengumpulkan sumbangan untuk bu lurah yang sedang dirawat di rumah sakit. Di dalam perjalanan dari desa menuju rumah sakit menunjukan adegan ibu-ibu bergosip. Umumnya masyarakat senang membicarakan hal buruk ini dikarenakan membicarakan keburukan seseorang akan membuat kita mengetahui bahwa ada pihak yang melanggar norma sosial padahal informasi yang digosipkan tersebut belum tentu akan kebenarannya. Hal ini mengakibatkan konflik dikarenakan akan timbulnya emosi. Maka dari itu masyarakat sebaiknya meninggalkan kebudayaan yang sudah tidak baru di dengar di kehidupan sehari hari ini yaitu bergosip karena bergosip dapat mengganggu kesehatan mental, psikis serta fisik.


Referensi
Besnier, N. 2009. Gossip and the everyday production of politics. Honolulu: University of Hawai’l Press.
Foster, E.K. 2004. Research on Gosip: Taxonomy, Methods, and Fulture Directions. Review of General Psychology. Vol. 8, No. 2, 78-99.

0 komentar:

Posting Komentar