Kamis, 21 Oktober 2021

Kearifan Lokal dan Budaya Masyarakat Desa dalam Film Tilik

 Essay Kedua Persyaratan Mengikuti Ujian            Tengah Semester Psikologi Sosial II            

               (Semester Ganjil 2021/2022) 

Gideon Petra Malia (20310410066) 

Dosen Pengampu: Dr. Arundati Shinta, M.A

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta





Film Tilik menjadi trending di pertengahan tahun 2020. Film ini berdurasi sekitar 30 menit yang berfokus pada Ibu-ibu yang suka bergosip dalam perjalanan mereka menjenguk Ibu Lurah dengan pembawaan akting natural di dalam film Tilik. Karakter Ibu-ibu ini berhasil menunjukkan realita kehidupan masyarakat sehari-hari. Dengan Ibu Tejo yang suka membicarakan sosok Dian dan ibu yang lain mendukungnya sehingga membuat Ibu Tejo semakin semangat dalam memfitnah Dian. Dan Ibu Yu Ning  yang menolak perkataan yang diucapkan Bu Tejo karena asal berbicara tanpa ada bukti. Tapi dibalik itu ada lo kearifan lokal yang ditunjukkan di dalam film ini. 


Sesuai dengan judul film ini “Tilik” yang artinya adalah menjenguk orang yang sedang sakit. Salah satu budaya kita yang sekarang bisa dibilang masih ada tapi sudah jarang. Meski tidak bisa bertemu dengan Ibu Lurah tapi mereka mempunyai niat yang tulus walaupun harus naik sebuah truk dengan beramai-ramai. Kearifan Lokal yang menyiratkan solidaritas dan kepedulian yang tinggi ini, dimana saat ada tetangga atau kerabat desa yang sedang sakit dirumah atau dirumah sakit pasti kita datang untuk menjenguk. Bagaimanapun caranya kita akan menyempatkan waktu untuk sekedar menjenguk atau melihat keadaan kerabat dekat. Dan saat memberikan amplop yang berisi uang pada kerabat yang sedang sakit pun sudah jadi budaya  yang terjadi. Saya sendiri pun pernah merasakannya, para Ibu-ibu tetangga yang menjenguk pasti menyelipkan amplop saat sedang berjabat tangan. 


Ibu Tejo adalah salah satu orang yang membuat dinamika kehidupan berkelompok di desa jadi bermakna. Ibu-ibu di desa yang sering gibah, rumpi dimanapun mereka berkumpul, entah di rumah, di pasar, di truk.  Walaupun kita tidak suka karakter mereka yang suka kepo dan gibah itu mereka pasti selalu ada di sekitar kita dan hidup berdampingan dengan orang seperti ini membuat hidup kita jadi banyak cerita, banyak tawa. Tanpa sadar juga kita pernah menjadi bagian dari mereka entah kita yang di gosipin, kita yang menggosip, atau kita hanya ikutan mendengar gosipan mereka. Terlepas dari itu semua, Film ini memang realita yang  sering ditemui. Apakah merepresentasikan Indonesia secara keseluruhan? Bisa jadi iya, bisa juga tidak.


https://images.app.goo.gl/yfkK65gSHMe6bPbt8 (link gambar)


0 komentar:

Posting Komentar