Sabtu, 23 Oktober 2021

Penanganan Stres Di Lingkungan Kerja

Penanganan Stres Di Lingkungan Kerja

Nama : Kanza Gatand Viesyszico
NIM : 20310410046

    Stres di tempat kerja dapat memengaruhi siapa saja dan bisa dipicu oleh apa saja. Umumnya, stres akibat kerja terjadi ketika seseorang tidak dapat memenuhi tuntutan atau kebutuhan dari pekerjaannya. Terlalu banyak yang harus dilakukan, kurangnya waktu, kurangnya informasi dan kurangnya sumber daya untuk menuntaskan pekerjaan.

    Mereka bekerja dengan waktu yang lebih panjang dan jam istirahat makan siang yang lebih pendek agar pekerjaan bisa selesai. Akibatnya, pekerja mulai mengalami banyak gejala stres secara fisik maupun mental. Dalam hal ini, stres bukan hanya merugikan para pekerja, tapi juga mengganggu kinerja seluruh organisasi.

    Selain memiliki sisi negatif, stress juga memiliki sisi positif yang merupakan outcome dari manajemen yang kompeten dan kepemimpinan yang matang memungkinkan semua anggota organisasi bekerja sama dan upayanya dihargai dengan baik. Sehingga meningkatkan kebahagiaan dan kinerja semua orang dalam organisasi tersebut.

    Josep & Linley (2007 : 431, dalam Fink (2010) juga menyatakan bahwa stress mampu memunculkan tiga hal positif : 

1. Hubungan pribadi dapat ditingkatkan, seperti lebih menghargai teman dan keluarganya. 

2. Manusia mampu mengubah pandangannya tentang dirinya dalam berbagai cara, seperti memiliki perasaan yang semakin tinggi tentang kebijaksanaan dan kekuatan dirinya.

3. Manusia mampu melakukan perubahan falsafah hidupnya, seperti kemampuan menghargai setiap hari baru yang dialaminya.

    Sebuah strategi coping dikatakan berhasil bila strategi ini mampu mengurangi tekanan physiologis sehingga memungkinkan orang yang terkena stress mampu untuk kembali melakukan berbagai aktivitasnya yang bebas stress dan membebaskan individu yang terkena stress dari penderitaan psikologisnya. Strategi coping dapat dikategorisasikan ke dalam tiga kategori yaitu :

1. Avoidant coping strategy dikenal juga dengan escape coping atau distancing. Strategi ini digunakan oleh mereka yang stress dengan meminimkan atau menghindari situasi atau kejadian yang membuatnya stress. Misalnya menghindari atasan selama tugas yang diminta belum selesai dikerjakan guna menghindari tekanan berlebih.

2. Problem-solving coping strategy dikenal juga sebagai control coping atau taskfocused atau problem-solving coping. Strategi ini digunakan oleh mereka yang mencoba melakukan sesuatu yang konstruktif pada kondisi-kondisi yang menyakiti, mengancam atau menantangnya dengan cara mencoba menyadarkan orang-orang yang membuat mereka stress agar merubah perilakunya.

3. Emotional-focused coping strategy. Digunakan oleh mereka yang mencoba mengatur emosinya ketika mengalami sebuah situasi atau kejadian yang penuh tekanan. Strategi ini dapat dikategorikan ke dalam dua kategori, yaitu : 

a) Cognitive reapparisal. Merujuk kepada upaya untuk mengurangi perasaan stress dengan mengubah cara memandang sebuah situasi atau menurunkan ekspektasi sebuah outcome. 

b) Positive thinking. Merupakan gambaran tentang ekspektasi akan outcome positif atau upaya kognitif untuk menemukan hal-hal baik dalam situasi yang buruk. 




Daftar Pustaka

Kotler, Philip, dan Keller, Kevin Lane. 2006. Marketing Management, 12th edition. Pearson netrnational edition.

Lee, Yi-Ping, dan Kleiner, Brian H. 2005. How to Use Humour For Stress Management. Management Research News, Volume 28, Number 11/12, pp. 179-186.

Manshor, Amat Taap, Fontaine, R., dan Choy, Chong S. 2003. Occupational stress among managers: a Malaysian survey. Journal of Managerial Psychology, Vol. 18 No. 6, pp. 622-628.

Paulse, Janine. 2005. Source of Occupational Stress for Teachers, with Specific Reference to the Inclusive Education Model in the Wester Cape. University of the Western Cape.

0 komentar:

Posting Komentar