Sabtu, 23 Oktober 2021

Perilaku Kehidupan Kelompok yang Relevan dengan Teori Keadilan J. Stacy Adam

Perilaku Kehidupan Kelompok yang Relevan dengan Teori Keadilan J. Stacy Adams

Essay 2 Persyaratan Ulangan Tengah Semester

 Psikologi Sosial II

 (Semester Ganjil 2021/2022)

 

Rifa Rufianti (20310410053)

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Dosen Pengampu : Dr., Arundati Shinta, M.A




 

Dalam teori J. Stacy Adams ada tiga komponen keadilan yaitu keadilan prosedural, keadilan interaksional, dan keadilan distributif. Keadilan prosedural adalah persepsi keadilan mengenai tata cara yang digunakan untuk membuat kebijakan sehingga setiap anggota kelompok merasa terlibat di dalamnya (Budiarto & Wardani, 005). Keadilan interaksional adalah persepsi individu mengenai tingkat sampai mana seorang karyawan diperlakukan dengan penuh martabat, perhatian, dan rasa hormat (Robbins & Judge, 2008).

Teori keadilan J. Stacy Adams yang erat kaitannya dengan kelompok individu, yaitu teori distributif. Teori distributif menyatakan bahwa seseorang cenderung berusaha memperoleh keadilan bahkan persamaan dalam timbal balik atas apa yang dilakukan di kelompok sosial. Namun, jika yang diperoleh justru sebaliknya, maka individu akan mengalami kecemasan atau perasaan tidak nyaman (Kanungo, 1992). Teori ini menimbulkan perspektif seseorang, jika meresakan kecemasan atas kurangnya keadilan rewards yang diperoleh akan ada keinginan untuk menurunkan minat perilaku dalam kelompok. Penurunan minat ini, berdampak pada penurunan kualitas individu dalam mencapai tujuan (Sembiring, 2019). Permasalahan pada kehidupan kelompok yang menyebabkan individu tidak produktif lagi yaitu timbal balik atas apa yang dilakukannya dirasa tidak adil.

Berikut ini perilaku kehidupan kelompok atau organisasi yang relevan dengan teori keadilan J. Stacy Adams:

1. Dukungan pihak organisasi yang maksimal atau paling tidak seimbang dengan kebutuhan setiap anggotanya.

2. Keadilan imbalan atas apa yang telah dilakukan oleh setiap anggota organisasi.

3. Penjaminan rasa aman dan nyaman agar anggota merasa tenang selama terlibat dalam organisasi.

4. Memperhatikan kebijakan yang dibuat apakah relevan dengan tujuan dibentuknya kelompok atau organisasi.

 

Pemberian dukungan positif sangat penting untuk meningkatkan kinerja setiap anggota kelompok. Diharapkan mampu membuat mereka lebih produktif dan berkualitas. Maka hal ini akan seimbang dengan kepuasan kerja. Namun, juga perlu diperhatikan bahwa reward juga sangat berpengaruh terhadap kinerja mereka selanjutnya, karena apabila mereka mendapatkan hasil dari upaya yang dikerjakannya tidak sesuai, maka akan menurunkan tingkat produktifitas dan kualitas. Hal ini sejalan dengan teori J. Stacy Adams yang mengemukakan bahwa seseorang cenderung bekerja keras untuk memperoleh hasil yang seadil-adilnya atas apa yang telah ia lakukan. Jika individu merasa tidak puas, ia akan merasakan kecemasan, dan timbul keingian untuk menuntut keadilan. Lain halnya jika individu memperoleh imbalan yang positif dan seimbang, maka ia akan memberikan persepsi bahwa organisasi yang mereka ikuti sangat menyenangkan, dan timbul keinginan untuk bertahan dalam jangka waktu yang lama. Dengan demikian, semakin tinggi keadilan yang disebabkan oleh pemenuhan kontribusi yang sesuai maka tingkat kepuasan kerja juga tinggi.

 

 

Daftar Pustaka :

 

Dewi, N. P. (2018). Pengaruh Dukungan Organisasi dan Keadilan Imbalan Terhadap Kepuasan Kerja pada Sopir Koptax Ngurah Rai Bali. E-Jurnal Manajemen Unud, 7 (2).

Sembiring, E. E. (2019). Pengaruh Insentif Keuangan Terhadap Kinerja dengan Keadilan Distributif Sebagai Variabel Pemoderasi: Suatu Eksperimen. Jurnal Akuntansi Keuangan dan Bisnis, 12 (2).

 

 

0 komentar:

Posting Komentar