Kamis, 20 Juli 2023

MENGULAS TENTANG TRADISI NYUMBANG DI DALAM MASYARAKAT PEDESAAN / Ken Gelis Widiahapsari

 

MENGULAS TENTANG TRADISI NYUMBANG DI DALAM

MASYARAKAT PEDESAAN

"UJIAN AKHIR SEMESTER AKHIR "

DOSEN PENGAMPU Dr.Dra,ARUNDATI SHINTA.,MA.







Disusun oleh

Ken Gelis Widiahapsari

22310410063

 

 

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA

FAKULTAS PSIKOLOGI

TAHUN AJARAN 2023/2024

 



Tradisi  nyumbang sudah menjadi kegiatan kebiasaan yang terus di jaga sampai sekarang di dalam masyarakat pedesaan namun banyak sekali permasalahan yang akan dihadapi seperti tidak bisa datang ataupun berpatisipasi dalam tradisi ini dan konsekuensinya akan mendapat sanksi sosial di masyarakat seperti di kucilkan ataupun menjadi bahan berbicaraan . Tidak hanya itu permasalahan dalam Tradisi ini salah satunya akan memicu timbulnya permasalah biaya dan ekonomi yang membludak sehingga memicu hutang piutang dan masalah finansial lainnya. Tidak lama ini yang menjadi berita panas seorang ayah dari pengantin wanita bunuh diri disaat prosesi akad pernikahan anaknya,hal ini dicurigai karena si ayah stres akibat tagihan hutang yang banyak guna pembiayaan resepsi pernikahan anaknya. Nyumbang sebagaian akan menjadi beban masyarakat yang kurang mampu permasalahan juga dipicu karena gaya hidup atau gengsi di masyarakat. Tidak sedikit warga masyarakat jika ada salah satu anggota masyarakatnya mengadakan sumbangan maka mereka akan berpartisipasi entah itu memberikan sejumlah bahan makanan pokok,ataupun sejumlah uang sesuai nominal standar sumbangan yang ada di daerah tersebut

Solusi dari permasalahan dapat di siasati dengan berbagai langkah seperti tidak confrom selain jika kondisi finansial keluarga ataupun ekonomi kurang mumpuni sebaiknya mengadakan acara kecil kecilkan jika itu diharuskan ada acara syukuran dengan menghadirkan sejumlah keluarga inti dan apabila sudah memiliki tabungan yang cukup  baru akan mengadakan acara hajatan yang melibatkan masyarakat. Tujuan utama dari tradisi nyumbang sendiri untuk saling gotong royong dan untuk mempertahankan tradisi bukan untuk ajang menjatuhkan seseorang dalam sebuah hajatan.

Banyak permasalahan yang magacu pada adanya ketakutan akan dampak dari perilaku tidak conform pada lingkungan masyarakat serta ketakutan akan adanya dampak perilaku tidak conform banyak  dijumpaj  di lingkungan perdesaan. Karena hal kecil akan berdampak besar jika tidak adil dalam pembagian sembako karena akan menjadi takut gosipan panas dan di kucilkan lingkungan apabila tidak hadir dalam acara desa. Dan jika apabila tidak menyumbang semabo kepada sejumlah masyarakat yang ada maka akan menjadi kontra akibat jangka panjangnya masyarakat enggan lagi untuk membantu atau bergotong royong,karena mereka beranggapan keluarga tersebut pilih kasih pelit dan sebagainya,seperti contoh yang ada di desa saya ada tamu yang dari luar Jawa mereka merupakan kerabat dekat akan tetapi sembako yang diberikan tidak sebanding dengan sembako yang telah di bagikan kepada masyarakat yang telah bergotong royong membantu acara tersebut,dengan adanya masalah ini keluarga tersebut menjadi gunjingan dan bahan pembicaraan dalam lingkungan masyarakat tidak hanya itu mereka melakukan berbagai cara agar mereka bisa mengadakan acara syukuran ataupun sumbangan yang besar hanya karena gengsi semata, banyak masyarakat yang memilih lebih baik tidak mempunyai apa apa ketimbang tidak menyumbang. Hanya karena tidak menyumbang pun seseorang yang tidak confrom akan terkena imbasnya dan didalam Jawa ada istilah Ra srawung rabimu suwung

Menurut  teori Albert Bandura, dimana setiap anak akan menirukan apa yang kita lakukan, untuk mempelajari atau mengajari anak tentang tradisi ini mungkin lebih mengajarkan anak untuk Perilaku berhemat karena jika di total ataupun di rinci dengan kapasitas finansial setelah acara hajatan masih banyak acara ataupun kebutuhan yang lebih penting lagi,kemungkinan saya sendiri akan mengajarkan anak untuk bergaya sederhana sesuai dengan kemampuan,lebih baik sederhana dari pada banyak hutang,menerapkan kegiatan pribadi saja semisal acara hajatan dengan keluarga inti dan lain sebagainya bukan tidak menyetujui tradisi nyumbang melainkan lebih efisien dalam penggunaan yang untuk kehidupan yang lebih penting.

Menurut  Niccolo Machiavelli yaitu menghalalkan semua cara untuk mewujudkan suatu tujuan dan simpati dalam Masyarakat. Dengan adanya sumbangan yang besar akan mendapat pengahargaan dalam bentuk citra positif value yang baik dan pandangan yang sesuai apa yang diinginkan masyarakat. Secara tidak langsung sumbangan yang besar dalam pilkada adanya unjuk gigi kekuasaan dan kekayaan maupun kehormatan yang di milikinya dapat mempengaruhi opini masyarakat dan meciptakan citra positif  untuk memilih tokoh di pilkada tersebut seperti Teori yang dikemukakan oleh Niccolo Machiavelli. Ya, karna menyumbang kan 120 kotak termasuk jumlah yang besar. teori Niccolo

 

Daftar Pustaka

 

file:///C:/Users/INFINIX%20X2/Downloads/544-Article%20Text-1066-1-10-20200717.pdf

 

https://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/societas/article/view/9144/8815

http://www.detiknews.com/read/2011/07/28/082643/1691027/471/makna-sosial-tradisi-nyumbang

https://www.google.com/imgres?imgurl=https%3A%2F%2Fcdn-image.hipwee.com%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F12%2Fhipwee-Untitled-design-21-750x422.png&tbnid=6urqwwof6Nrj7M&vet=1&imgrefurl=https%3A%2F%2Fwww.hipwee.com%2Fhiburan%2Fnikah-mewah-orang-desa%2F&docid=uLQRQsvciMDr6M&w=750&h=422&itg=1&hl=id-ID&gl=id&source=sh%2Fx%2Fim%2F4

 

 

 



 


0 komentar:

Posting Komentar