Kamis, 20 Juli 2023

UAS : Psikologi Sosial “ Tradisi Nyumbang “ _ Ferdi Zhidane Agibran _ 22310410085_ Psikologi Sosial

 Ujian Akhir Psikologi Sosial

Ferdi Zidhane Agibhran

22310410085 

Program Studi Psikologi

Dosen Pengampu : Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA, MA

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

 

Adat dan Kebiasaan Unik di Desa YogyaRefleksiTentang Perilaku Menyumbang dan Dampaknyadalam Masyarakat

Pendahuluan :

Di tengah tentramnya suasana desa yang terletak di kotaYogyakarta, terdapat sebuah jalinan tradisi yang khas dan unikbagi penduduknyaTradisi yang terlah terjadi turun-temurundalam kehidupan masyarakatmengajarkan nilai-nilaikebersamaan dan solidaritas antar wargaInilah tradisinyumbangsebuah praktik yang melibatkan setiap warga desadengan menyumbang sejumlah kotak makanan kepada tetanggapada saat momen penting.

Tradisi nyumbang menjadi landasan bagi warga desa untuksaling berbagi dan berempati. Ketika seorang pendudukmemiliki momen bahagia seperti kelahiran anakmenyelenggarakan syukuranatau pada saat meninggalnya salah satu anggota keluargasetiap orang wajib menyumbangkankotak makanan untuk tetangga sekitar. Satu kotak makananbermakna kepedulian dan keharmonisan dengan warga sekitardianggap sebaagai timbal balik terhadap warga yang sebelumnyapernah melakukan hal tersebut atau hadir menyempatkan waktudalam momen tersebut.

Namun, di balik kearifan tradisi iniada sejumlah pertanyaanyang muncul tentang dinamika dan dampaknya bagi masyarakatdesaDengan semakin berkembangnya zaman dan tantanganglobal, tradisi nyumbang juga menghadapi berbagai tantanganTradisi ini menjadi cermin kearifan lokal dan kontribusinyadalam menciptakan rasa kebersamaan yang kuat di antarawarganyaNamun, kami juga akan mencermati potensipermasalahan yang munculseperti tekanan finansial dan ketakutan akan dampak dari perilaku tidak conform pada tetangga.

Inti pembahasan :

Anda tinggal di suatu desa di Yogya, yang mana adat dan kebiasaan penduduknya sangat unik. Jumlah penduduk desa tersebut adalah sekitar 120 keluarga. Ketika Anda mempunyai anak maka sebagai tanda syukur adalah Anda harus menyumbang 120 kotak makanan untuk tetangga Anda. Ketika salah satu anggota keluarga Anda meninggal dan harus membuat upacara penghormatan bagi kerabat yang meninggal, maka Anda juga harus menyumbang 120 kotak makanan untuk tetangga Anda. Ketika salah satu anak Anda dikhitan (disunat) dan mengadakan syukuran, maka Anda harus mengirimkan 120 kotak makanan bagi tetangga. Kebiasaan-kebiasaan itu dilakukan oleh seluruh penduduk desa tersebut. Artinya, Anda sebagai salah satu penduduk di desa itu, maka Anda selain harus menyumbang, Anda juga akan sering menerima kotak makanan dari tetangga Anda.

1) Apa permasalahan dari kasus tersebut di atas? Ingatlah, yang disebut dengan permasalahan adalah segala sesuatu yang menyimpang dari keadaan ideal. 

Jawab : Permasalahan dari kasus di atas adalah adanya tekanan sosial yang kuat terhadap setiap penduduk desa untuk menyumbang 120 kotak makanan dalam berbagai momen penting seperti kelahiran anak, upacara penghormatan atas kematian anggota keluarga, dan acara syukuran. Permasalahan ini juga mencerminkan adanya tekanan finansial bagi setiap individu, karena menyumbang 120 kotak makanan dalam berbagai momen bisa menjadi beban bagi beberapa keluarga. Hal ini dapat menyebabkan stres dan ketidakseimbangan ekonomi dalam beberapa kasus.

 

2) Bila Anda tinggal di daerah itu dan mengalami permasalahan pada nomor 1 tersebut, apa yang akan Anda lakukan? Ingatlah, pindah tempat tinggal adalah sangat sulit, karena butuh biaya yang luar biasa banyak. 

Jawab : Bila saya mengalami permasalahan tersebut, langkah yang saya dapat diambil adalah berkomunikasi dengan tokoh masyarakat desa secara terbuka dan terlibat dalam diskusi untuk mencari solusi yang lebih adil. Menyampaikan keluhan atas beban tersebut dan mencari kesepakatan bersama untuk memutuskan keadaan.

 

3) Apakah situasi tersebut menunjukkan perilaku bergotong royong atau adanya ketakutan akan dampak dari perilaku tidak conform pada tetangga? Alasan Anda?

Jawab : Situasi tersebut menunjukkan perilaku bergotong royong dalam menyumbang, namun juga menunjukkan adanya ketakutan akan dampak dari perilaku tidak conform pada tetangga. Masyarakat desa mungkin merasa terikat oleh norma-norma sosial yang kuat dan cenderungmengikuti pola perilaku yang telah menjadi tradisi. Teori konformitas menyatakan bahwa individu cenderung untuk menyesuaikan perilaku dan sikap mereka dengan norma-norma atau harapan kelompok sosial tempat mereka berada, bahkan jika itu berarti mengorbankan keinginan atau nilai pribadi. Dalam kasus ini, tekanan sosial dari desa untuk menyumbang 120 kotak makanan mencerminkan adanya konformitas yang kuat terhadap norma-norma sosial di dalam komunitas.

 

Para penduduk desa cenderung mengikuti tradisi dan tuntutan sosial ini karena takut menghadapi stigma atau penolakan jika tidak mematuhi norma-norma tersebut. Mereka khawatir akan mengganggu hubungan baik dengan tetangga dan menghadapi kritik atau penghinaan dari masyarakat. Dalam situasi ini, teori konformitas menjadi penting untuk menjelaskan mengapa penduduk desa cenderung mengikuti tradisi dan tuntutan sosial ini meskipun itu mungkin menyimpang dari keadaan ideal bagi sebagian individu yang mengalami kesulitan finansial.

 

 

4) Sesuai dengan teori Albert Bandura, apakah Anda akan mengajarkan pada anak Anda tentang konformitas terhadap perilaku menyumbang tersebut? Alasan Anda?

Jawab : Saya sebagai orang tua, akan menunjukkan konformitas terhadap tradisi ini dengan secara aktif menyumbang dan berpartisipasi dalam upacara atau syukuran di desa. Dengan melihat contoh dari saya sebagai orang tua, anak-anak cenderung lebih menerima dan meniru perilaku tersebut. meskipun mengajarkan anak-anak tentang konformitas pada tradisi, saya juga akanmengadakan diskusi keputusan dalam menjalankan tradisi tersebut. Anak-anak perlu paham bahwa konformitas bukan berarti mengikuti tanpa pertimbangan, namun juga memahami bahwa ada ruang untuk memberikan dukungan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan keluarga.

5) Secara makro, apakah perilaku menyumbang ini sesuai dengan kebiasaan seseorang yang ingin menang di Pilkada (pemilihan kepala derah)? Jawaban hendaknya menggunakan teori dari Niccolo Machiavelli

Jawab : Secara makro, perilaku menyumbang yang menjadi kebiasaan di desa tersebut tidak selalu sesuai dengan strategi politik yang dijelaskan dalam teori Niccolo Machiavelli. Dalam teorinya yang terkenal, "The Prince", Machiavelli menjelaskan tentang sifat dan taktik yang efektif bagi seorang pemimpin untuk mempertahankan kekuasaan dan meraih kemenangan politik.

Dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada), seorang calon pemimpin mungkin akan berusaha untuk menonjolkan citra mereka secara politis, menarik dukungan dari berbagai lapisan masyarakat, dan mengikuti strategi kampanye yang efektif. Perilaku menyumbang yang menjadi tradisi di desa tersebut mungkin tidak menjadi strategi politik yang utamanamun, ada kemungkinan bahwa calon pemimpin dapat memanfaatkan tradisi tersebut sebagai bagian dari kampanye politiknya jika tradisi tersebut memang memiliki dampak positif yang signifikan pada opini dan dukungan masyarakat di desa tersebut. 

Referensi

https://efaidnbmnnnibpcajpcglclefindmkaj/http://eprints.binadarma.ac.id/8934/1/TUGAS%207%20COMBINE.pdf

https://efaidnbmnnnibpcajpcglclefindmkaj/viewer.html?pdfurl=http%3A%2F%2Fjournal.unair.ac.id%2Fdownload-fullpapers-mkp250e52cb90full.pdf&clen=333137&chunk=true

https://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/societas/article/view/9144

file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/9144-20520-1-PB.pdf

http://librarystftws.org/perpus/index.php?p=show_detail&id=1735&keywords=

 

 

 

 

 

 

0 komentar:

Posting Komentar