Kamis, 20 Juli 2023

UAS "Tradisi Nyumbang Di Lingkungan Masyarakat" Rifky Bachtiar Lisandra_22310410011_Psikologi SJ

“UJIAN AKHIR PSIKOLOGI SOSIAL DENGAN PENGAMPU ARUNDATI SHINTA”


Disusun Guna Memenuhi Ujian Akhir Semester Psikologi Sosial

Dosen Pengampu: Arundati Shinta





Nama Mahasiswa: Rifky Bachtiar Lisandra

Nim: 22310410011

Kelas: Psikologi SJ



PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45

2023



“TRADISI NYUMBANG DI LINGKUNGAN MASYARAKAT”


Anda tinggal di suatu desa di Yogya, yang mana adat dan kebiasaan penduduknya sangat unik. Jumlah penduduk desa tersebut adalah sekitar 120 keluarga. Ketika Anda mempunyai anak maka sebagai tanda syukur adalah Anda harus menyumbang 120 kotak makanan untuk tetangga Anda. Ketika salah satu anggota keluarga Anda meninggal dan harus membuat upacara penghormatan bagi kerabat yang meninggal, maka Anda juga harus menyumbang 120 kotak makanan untuk tetangga Anda. Ketika salah satu anak Anda dikhitan (disunat) dan mengadakan syukuran, maka Anda harus mengirimkan 120 kotak makanan bagi tetangga. Kebiasaan-kebiasaan itu dilakukan oleh seluruh penduduk desa tersebut. Artinya, Anda sebagai salah satu penduduk di desa itu, maka Anda selain harus menyumbang, Anda juga akan sering menerima kotak makanan dari tetangga Anda. Berdasarkan situasi tersebut, jawablah pertanyaan berikut:

1) Apa permasalahan dari kasus tersebut di atas? Ingatlah, yang disebut dengan permasalahan adalah segala sesuatu yang menyimpang dari keadaan ideal. 

2) Bila Anda tinggal di daerah itu dan mengalami permasalahan pada nomor 1 tersebut, apa yang akan Anda lakukan? Ingatlah, pindah tempat tinggal adalah sangat sulit, karena butuh biaya yang luar biasa banyak. 

3) Apakah situasi tersebut menunjukkan perilaku bergotong royong atau adanya ketakutan akan dampak dari perilaku tidak conform pada tetangga? Alasan Anda?  

4) Sesuai dengan teori Albert Bandura, apakah Anda akan mengajarkan pada anak Anda tentang konformitas terhadap perilaku menyumbang tersebut? Alasan Anda? 

5) Secara makro, apakah perilaku menyumbang ini sesuai dengan kebiasaan seseorang yang ingin menang di Pilkada (pemilihan kepala derah)? Jawaban hendaknya menggunakan teori dari Niccolo Machiavelli.


JAWABAN : 


1) Permasalahan yang timbul dari kasus tersebut adalah permasalahan dari “Tradisi Menyumbang”. Nyumbang adalah suatu bentuk kegiatan dimana seseorang datang ke tempat orang yang mempunyai acara hajatan dengan memberikan bantuan bisa barang atau uang. Saudara dekat membawa bahan pangan dan uang, terjadi pembagian peran antara laki – laki dan perempuan dimana laki – laki membantu memasang hiasan yang biasa disebut tarub sedangkan perempuan membantu di bagian dapur untuk memasak jamuan dalam suatu hajatan. Proses dalam penyelenggaraan hajatan, tuan rumah akan mengundang banyak orang dari berbagai lapisan mulai dari keluarga, saudara, tetangga, kerabat, teman dan orang-orang yang mereka kenal untuk menghadiri acara hajatan tersebut. Dengan mengundang banyak orang, secara otomatis maka pengeluaran untuk acara akan semakin besar tetapi disisi lain sumbangan yang diperoleh juga akan semakin besar. Modal yang paling besar bagi seorang yang menggelar pesta / hajatan adalah kemampuan untuk menarik sumbangan dari orang lain. Nyumbang juga dimaknai sebagai nilai kerukunan untuk menjalin silaturahmi dan nyumbang juga dimaknai sebagai wujud solidaritas masyarakat dengan membantu orang lain tanpa adanya pamrih dan resiprositas. Akan tetapi disisi lain kegiatan nyumbang menjadi beban masyarakat terutama warga miskin karena adanya standarisasi nominal sumbangan uang sehingga berbagai pengorbanan sering terjadi seperti berhutang dan menjual barang. Keluh kesah dan sikap terpaksa selalu terjadi sehingga mengalami kekerasan simbolik dalam kegiatan nyumbang di lingkungan masyarakat.


2) Menurut saya, jika saya tinggal di daerah tersebut dan mengalami permasalahan ekonomi di keluarga saya, sedangkan saya diwajibkan untuk ikut serta dalam tradisi menyumbang adalah saya akan tetap ikut serta dalam tradisi menyumbang. Tetapi saya harus menghitung anggaran yang akan dikeluarkan dengan menyumbang semampu dari perekonomian keluarga saya tanpa mengkesampingkan prinsip respioritas (perimbangan pertukaran ada dalam kehidupan sosial masyarakat).


3) Menurut saya, perilaku bergotong royong atau adanya ketakutan akan dampak dari perilaku tidak conform pada tetangga adalah iya. Nyumbang merupakan suatu wujud solidaritas seseorang kepada orang lain. Solidaritas sosial ditunjukkan dengan membantu orang lain tanpa adanya pamrih dan harapan resiprositas. Sehingga seseorang yang memaknai sumbangan itu kegiatan sosial untuk membantu sebagai wujud solidaritasnya ditandai dengan tidak dicatat oleh orang yang memberikan sumbangan. Selain itu juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan seseorang. Orang yang memiliki tingkat pendidikan tinggi mempunyai pola pikir bahwa nyumbang itu kegiatan sosial yang bertujuan untuk membantu tanpa adanya pamrih dan tidak mengaharapkan akan pertukaran atu resiprositas. Kegiatan nyumbang menjadi beban masyarakat terutama warga miskin. Adanya standarisasi nominal sumbangan di masyarakat semakin menambah beban masyarakat miskin. Mereka akan berusaha dengan semaksimal mungkin termasuk berhutang dan menjual barang yang dimiliki guna untuk menyumbang hal tersebut dilakukan karena ingin menghindari omongan dan cap jelek dari masyarakat. Sehingga keluh kesah dan keterpaksaan saat nyumbang sering menyelimuti kehidupan masyarakat dalam melakukan nyumbang. Oleh sebab itu masyarakat mengalami ketertindasan dalam melakukan nyumbang. Bentuk ketertindasan masyarakat dalam menyumbang seperti keterpaksaan, keluh kesah, pengorbanan juga karena faktor dirinya sendiri yang merasa tidak enak dan takut mendapat cap jelek dan omongan-omongan di masyarakat sehingga mereka mengalami kekerasan simbolik.


4) Teori Belajar Sosial menurut Albert Bandura adalah teori belajar sosial / kognitif sosial serta efikasi diri yang menujukan pentingnya proses mengamati dan meniru pelaku, sikap dan emosi orang lain. Dalam teori tersebut, saya akan tetap mengajarkan pada anak saya tentang konformitas terhadap perilaku menyumbang. Menurut saya perilaku menyumbang mempunyai banyak nilai – nilai positif yang dapat dijadikan pembelajaran terhadap anak saya seperti bergotong royong dan dapat membantu meringankan beban masyarakat. Kegiatan ini dilakukan dengan mengedepankan kesadaran sosial masyarakat di desa dan bertujuan untuk menjaga hubungan persaudaraan. Selain itu juga, kegiatan ini mengajarkan atau menanamkan pemahaman pada anak untuk tetap melanjutkan tradisi menyumbang guna menjaga silaturahmi persaudaraan yang telah dibina selama ini.


5) Menurut teroi Niccolo Machiavelli tentang etika dan kekuasaan dalam ranah politik adalah tradisi menyumbang di lingkungan masyarakat tidak bisa dihubungkan dengan ranah politik seperti kebiasaan seseorang yang ingin menang di Pilkada (pemilihan kepala derah). Akan tetapi dengan adanya perkembangan zaman pada saat ini, seseorang akan memanfaatkan tradisi menyumbang ini untuk kepentingan politik seperti seorang caleg yang memberikan sumbangan dengan maksud dan tujuan agar bisa mendapatkan suara dan hati masyarakat dalam rangka pemilu.





DAFTAR PUSTAKA


https://journal.student.uny.ac.id/index.php/societas/article/download/9144/8815

https://jist.publikasiindonesia.id/index.php/jist/article/view/127

https://etd.repository.ugm.ac.id/home/detail_pencarian/69697

http://www.jurnal.stitnualhikmah.ac.id/index.php/modeling/article/view/45

https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/2598



















0 komentar:

Posting Komentar