Kamis, 20 Juli 2023

Ujian Akhir Semester_Psikologi Sosial_Chelsea Oktavia

 

“Tradisi Nyumbang di Masyarakat Pedesaan”, Ujian Akhir Psikologi Sosial Dengan Dosen Pengampu Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA MA.

Disusun oleh :

Chelsea Oktavia Anjani

22310410027 (Psikologi SP)


Nyumbang sering digunakan untuk menggambarkan tindakan memberikan bantuan atau dukungan secara sukarela, tanpa pamrih, demi membantu orang lain atau masyarakat dalam kesulitan atau kebutuhan. Adanya istilah “timbal balik nyumbang” menekankan pentingnya sikap saling memberi dan berbagi dalam masyarakat. Jika seseorang telah mendapatkan bantuan atau sumbangan dari orang lain, dia diharapkan untuk memberikan balasan atau imbalan dengan cara menyumbangkan sesuatu, baik berupa bantuan, dukungan, atau kontribusi positif lainnya. Ketika masyarakat ada yang mempunyai anak, anak disunat, anggota keluarga meninggal, pernikahan, dll  maka akan mengadakan syukuran yang harus mengirimkan sumbangan makanan atau lainnya kepada tetangga sejumlah penduduk desa sebagai rasa syukur.

Permasalahan yang akan terjadi adalah menjadi beban ekonomi dimana bagi mereka yang memiliki banyak anak atau anggota keluarga yang sering mengalami acara atau peristiwa tersebut mengharuskan untuk memberikan timbal balik. Selain itu dapat mengakibatkan kesenjangan sosial-ekonomi dimana apabila ada keluarga yang tidak mampu menyumbang dalam jumlah yang sama maka orang tersebut akan merasa malu dan dianggap kurang mampu oleh tetangga mereka, begitupun sebaliknya apabila orang mampu maka akan terlihat dermawan. Permasalahan nyumbang ini juga menciptakan rasa ketidakadilan sosial dimana orang-orang yang kurang mampu merasa tertekan karena harus menyumbang dalam jumlah besar sementara orang-orang yang lebih kaya mungkin tidak merasakan beban yang sama.

Solusi dalam permasalahan tersebut bisa dilakukan dengan komunikasi dan keterbukan antara masyarakat dan pimpinannya. Selain itu bisa melakukan edukasi dan kesadaran, berusaha untuk meningkatkan kesadaran tentang dampak sosial ekonomi dalam tradisi nyumbang. Edukasi tentang pentingnya menghormati tradisi dan budaya namun juga harus sejalan dengan kesejahteraan ekonomi dan sosial warga. Dalam tradisi nyumbang menunjukkan adanya perilaku gotong royong dalam masyarakat, karena kebiasaan menyumbang dalam berbagai acara dilakukan oleh seluruh penduduk desa dan bukan hanya sebagian kecil dari mereka. Selain itu, situasi tersebut juga mencerminkan adanya nilai-nilai sosial dan budaya yang kuat dalam masyarakat desa. Meskipun ada aspek ketakutan akan dampak dari perilaku yang tidak sesuai dengan norma, dalam tradisi nyumbang lebih dominan perilaku bergotong royong yang mencerminkan rasa kebersamaan dan solidaritas di antara tetangga.

Menurut teori Albert Bandura tentang pembelajaran sosial, anak cenderung meniru perilaku yang mereka lihat dari orang di sekitar mereka, terutama orang tua dan anggota keluarga. Penulis akan mempertimbangkan mengajarkan konformitas terhadap perilaku menyumbang kepada anak. Alasan utamanya adalah menghormati tradisi dan budaya. Perilaku menyumbang yang dilakukan bersama oleh masyarakat desa dapat membangun solidaritas dan hubungan sosial yang kuat. Namun, sebagai orang tua, penulis akan mengajarkan pada anak bahwa setiap tindakan menyumbang harus didasarkan pada kemampuan finansial keluarga dan nilai kesopanan. Jika keluarga mengalami kesulitan finansial atau jika beban menyumbang terlalu berat, anak diajarkan untuk berkomunikasi dengan orang tua atau keluarga mengenai situasi tersebut. Mengajarkan konformitas terhadap kebiasaan menyumbang, juga penting untuk memberikan pemahaman bahwa tidak semua budaya atau norma sosial dari tempat tertentu cocok atau relevan di tempat lain.

Dalam konteks teori Niccolo Machiavelli, kebiasaan perilaku menyumbang di desa tidak selalu sesuai dengan prinsip yang dianjurkan bagi seseorang yang ingin menang dalam Pilkada. Dalam konteks menyumbang, ada beberapa yang tidak selaras dengan prinsip Machiavelli yaitu Kebiasaan Sumbangan. Machiavelli menekankan pada pemimpin yang memprioritaskan kepentingan politik dan kekuasaan atas tindakan yang bersifat sosial atau filantropi. Dia berpendapat tujuan politik harus mengesampingkan pertimbangan moral dan etika, dan pemimpin harus mampu mengambil tindakan apapun yang diperlukan untuk mencapai dan mempertahankan kekuasaan. Konsekuensi Pribadi dan Keuntungan, Machiavelli menekankan pemimpin harus lebih memikirkan keuntungan pribadi dan kelangsungan hidup politiknya daripada kepentingan kelompok atau masyarakat. Pengaruh pada Reputasi dan Otoritas, meskipun perilaku menyumbang dapat menciptakan rasa persatuan dan solidaritas di antara penduduk desa, ini tidak selalu berarti meningkatkan reputasi atau otoritas seseorang sebagai pemimpin politik.

 

Daftar Pustaka :

https://blog.unnes.ac.id/sitimukharomah31/2015/11/18/fenomena-sumbang-menyumbangan-muyi-pada-hajatan-melahirkan-di-desa-sitiadi-kecamatan-puring-kabupaten-kebumen/

https://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/societas/article/view/9144

http://journal.unair.ac.id/MKP@potret-resiprositas-dalam-tradisi-nyumbang-di-pedesaan-jawa-di-tengah-monetisasi-desa-article-8484-media-15-category-.html

https://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/equalita/article/view/10892/4579

0 komentar:

Posting Komentar