Kamis, 20 Juli 2023

UAS Psikologi sosial_BUDAYA “TRADISI NYUMBANG” DALAM MASYARAKAT PEDESAAN_ALFIAN MAULI AWALUDIN (22310410095)_Dosen Pengampu : Dr.,Dra.Arundanti Shinta,MA

 

BUDAYA “TRADISI NYUMBANG” DALAM MASYARAKAT PEDESAAN

ULANGAN AKHIR SEMESTER

PSIKOLOGI SOCIAL

Dosen Pengampu : Dr.,Dra.Arundanti Shinta,MA

 

Nama : Alfian Mauli Awaludin

NIM : 22310410095

Prodi : Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA

 

ABSTRAK

Budaya “nyumbang”  adalah salah satu serangkaian tradisi yang tidak pernah terlepas dari budaya jawa khususnya di daerah pedesaan yang dikaitkan dengan siklus daur hidup manusia, budaya nyumbang sendiri merupakan wujud dari perilaku solidaritas  sosial guna di harapkan dapat meringankan beban orang saat mengelar suatu hajatan.

 

A.      PENDAHULUAN

Nyumbang adalah kegiatan dimana seseorang datang ke tempat seseorang yang mengadakan acara hajatan dengan memberikan sebuah bantuan berupa barang ataupum uang . tradisi ini sampai saat ini masih berjalan sebagaimana mestinya masyarakat kuno pada zaman dahulu dan turun temurun, masyarakat jawa sendiri menggambarkan istilah nyumbang sebagai salah satu bentuk kepedulian terhadap sesama yang berkaitan dengan siklus daur hidup manusia ( perkawinan, kehamilan, kelahiran, khitan, kematian dan acara syukuran lainnya ) nyumbang merupakan pranata sosial yang merujuk kepada kebersamaan moral dalam komunitas, juga sebagai symbol ikatan yang berfungsi resiprositas dengan cara saling memberi dan tolong menolong sekaligus sebagai gambaran dinamika interaksi komunitas warga desa. Hubungan timbal balik tersebut akan berlangsung dan terus menerus akan diwariskan dari generasi ke generasi dan menjadi sebuah kebiasaan.

 

B.      PERMASALAHAN

Dalam kegiatan nyumbang terdapat pula unsur resiprositas dimana adanya kegiatan tukar menukar dalam kegiatan nyumbang tersebut, masyarakat mempercayai bahwa berapapun uang/ barang serta tenaga yang dikeluarkan maka suatu saat akan terbayarkan kembali.

Di balik kegiatan menyumbang tersebut juga terdapat beban sosial dimana masyarakat yang dalam kondisi kurang mampu akan tetap melaksanajannya  karena sifat masyarakat jawa yang memiliki sistem timbal balik, masyarakat jawa memiliki sikap terpaksa dalam membantu sesamanya hal itu karena jasa yang pernah diberikan kepadanya. Karena hal tersebut masyarakat jawa khususnya didesa sangat menjunjung tinggi tradisi nyumbang tersebut meski seseorang tersebut tidak mempunyai uang atau dalam kondisi ekonomi yang lemah maka orang tersebut akan melakukan segala hal hanya untuk bisa menyumbang meski dengan menjual barang berharga ataupun dengan meminjam uang.

C.      PENYELESAIAN

dalam perilaku nyumbang harus juga memperhatikan niat awal dari kegiatan nyumbang tersebut seperti perilaku bergotong royong, saling membantu dengan tanpa pamrih juga  masyarakat harus diberikan pengertian dalam perilaku menyumbang bukan senantiasa mengandalkan sumbangan  dengan mengharapkan pengembalian dan diperlukannya juga control sosil masyarakat,yang diharapkan masyarakat harus paham dan berhati-hati dalam berkegiatan menyumbang dan harus diiringi adanya penilaian kelayakan agar tidak lagi salah dalam bermasyarakat.

 

D.       PEMBAHASAN

Apakah kegiatan menyumbang menunjukan perilaku gotong royong?, mengacu pada Koentjaraningrat (1980) kegiatan menyumbang secara garis besar dibedakan menjadi 2 klasifikasi yaitu kegiatan suka dan peristiwa duka. Semua kegiatan / peristiwa tersebut pada umumnya menyangkut pada siklus kehidupan seperti kehamilan kelahiran kematian dan ritual-ritual lainnya. Ritual dengan siklus kehidupan ini juga menandakan aktivitas sumbang-menyumbang yang pada dasarnya memang ditujukan untuk kegiatan toln menolong dan bergotong royong sebagai prinsip resiprositas (scott 1981).

Dengan banyaknya manfaat yang diberikan serta memang pada dasarnya sudah menjadi sebuah tradisi di tanah kelahiran diperlukannya pemeliharaan dan pelestarian tradisi menyumbang di tanah jawa, dengan demikian pentingnya mengajarkan perilaku konformitas dalam tradisi nyumbang ini dengan juga mengutamakan kepentingan perilaku sosial anak seperti yang didasarkan pada teori Albert bandura melalui fenomenal social model untuk membentuk suatu proses peniruan dengan lingkungannya dan diharapkan dapat meneruskan tradisi ini ke pada masa keberlangsungan yang akan datang.

Selain sebagai bentuk sosial masyarakat perilaku menyumbang juga sering ditemukan dengan kegiatan berpolitik. Sebagaimana yang sering terjadi dikala masa pemilihan baik kepala daerah, presiden dan lain sebagainya selalu mengutarakan visi dan misi tak banyak juga yang memperlihatkan citranya terhadap masyarakat dengan cara menyalurkan sumbangan untuk membentuk opini yang baik terhadap masyarakat bahwa kepeduliannya terhadap masyarakat dan memperkuat citra kepemimpinan yang jujur serta guna memperkokoh kekuasaannya , perilaku tersebut seperti yang tertuang pada II Principe karya milik  niccolo Machiavelli soal hubungan antara politik dan moralitas.

DAFTAR PUSTAKA

RINEKASSWARA, M. Analisis perilaku politik di Indonesia dalam perspektif filsafat politik Niccolo Machiavelli.

 

Setiawan, E. (2022). Potret resiprositas tradisi nyumbang pada perempuan perdesaan di desa Kalipait Banyuwangi. Equalita: Jurnal Studi Gender dan Anak, 4(1), 1-12.

 

Suryana, A. (2017). Pemaknaan Tradisi Nyumbang Dalam Pernikahan Di Masyarakat Desa Kalikebo, Trucuk, Klaten. E-Societas, 6(8).

 

Lestari, S., Sumarti, T., Pandjaitan, N. K., & Tjondronegoro, S. M. P. (2012). Potret Resiprositas dalam Tradisi Nyumbang di Pedesaan Jawa di Tengah Monetisasi Desa. Masyarakat Kebdayaan dan Politik.

 

 



 

0 komentar:

Posting Komentar