Kamis, 20 Juli 2023

UAS Psikologi Sosial : " TRADISI KEGIATAN MENYUMBANG "_Syahrul Rizqi 22310410077

 " TRADISI KEGIATAN MENYUMBANG "

Ujian Akhir Semester

Psikologi Sosial

Dosen Pengampu : Dr.,Dra. Arundati Shinta, MA

Disusun Oleh :

Syahrul Rizqi

22310410077




Sumber gambar : https://www.republika.id/posts/6012/sumbangan-bungkusan-penyambung-harapan-warga



 " TRADISI KEGIATAN MENYUMBANG "

Di suatu desa yang terletak di Yogyakarta, Indonesia, terdapat penduduk yang menjalani kehidupan dengan adat dan kebiasaan tradisi sumbang menyumbang. Dalam desa tersebut terdapat masyarakat yang berkeluarga sekitar 120 keluarga, berbagai acara penting dalam kehidupan, seperti kelahiran anak, kematian anggota keluarga, dan syukuran dikhitan, diiringi dengan kewajiban menyumbang 120 kotak makanan untuk tetangga. Kebiasaan ini dijalankan dengan penuh semangat oleh seluruh penduduk desa, menjadi bagian penting dari kehidupan mereka.

1) Permasalahan dalam Tradisi Sumbangan Makanan

Permasalahan utama dalam tradisi ini adalah tuntutan untuk menyumbangkan 120 kotak makanan dalam berbagai peristiwa kehidupan. Sumbangan makanan dalam jumlah besar seperti itu mungkin menjadi beban finansial yang sangat berat bagi beberapa keluarga yang kurang mampu. Selain itu, peristiwa kehidupan yang mendesak seperti kelahiran atau kematian dalam keluarga mungkin datang dalam waktu yang berdekatan, sehingga memperparah beban sumbangan yang harus ditanggung. Akibatnya, beberapa penduduk desa mungkin mengalami kesulitan dalam memenuhi tuntutan tradisi ini dan merasa tertekan atau terbebani secara finansial.

2) Tanggapan terhadap Permasalahan

Jika saya tinggal di desa tersebut dan menghadapi permasalahan yang dijelaskan di atas, saya akan mencoba mengambil beberapa langkah untuk mengatasi situasi tersebut. Pertama, saya akan berkomunikasi secara terbuka dengan tetangga dan masyarakat lainnya tentang keterbatasan finansial yang saya hadapi dan mencari pemahaman mereka terhadap situasi saya. Saya akan mengajukan ide untuk mencari solusi bersama yang lebih terjangkau dan adil, seperti mengganti sumbangan dengan bantuan sukarela atau sumbangan dalam bentuk uang.Selain itu, saya akan mencari dukungan dari keluarga dan tetangga untuk membantu dalam membagi beban sumbangan ketika ada acara yang mendesak secara bersamaan. Kerjasama dan dukungan dari seluruh Masyarakat akan sangat penting untuk mencari cara yang lebih berkelanjutan untuk melanjutkan tradisi tanpa harus memberatkan satu keluarga tertentu.

3) Perilaku Bergotong Royong atau Ketakutan akan Dampak Tidak Konform

Situasi ini menunjukkan perilaku bergotong royong dalam masyarakat desa tersebut. Seluruh penduduk desa dengan sukarela menyumbang makanan dalam acara penting untuk tetangga mereka sebagai tanda dukungan dan persatuan. Tradisi sumbang menyumbang ini mungkin juga mencerminkan nilai-nilai kebersamaan dan solidaritas di antara penduduk desa. Meskipun ada tuntutan untuk menyumbang dalam jumlah besar, tradisi ini terlihat dijalankan secara bersama-sama dengan rasa kebersamaan.

4) Pengajaran Konformitas pada Anak

Berdasarkan teori Albert Bandura tentang pembelajaran sosial, saya mungkin akan mengajarkan pada anak-anak saya tentang pentingnya konformitas terhadap perilaku menyumbang yang telah menjadi bagian dari budaya dan adat istiadat desa kita. Namun, dalam mengajarkan nilai-nilai ini, saya juga akan menjelaskan bahwa sifat sukarela dan kebersamaan adalah aspek yang esensial dari tradisi ini. Saya akan mengajarkan bahwa sifat sukarela dalam memberi dan mendukung sesama akan membawa rasa kebahagiaan dan persatuan di antara anggota masyarakat.

5) Perilaku Sumbangan dan Pilkada

perilaku menyumbang dalam tradisi ini mungkin sesuai dengan pendekatan Niccolo Machiavelli tentang politik. Dalam konteks pemilihan kepala daerah (Pilkada), ketika seorang calon ingin menang dan memenangkan hati penduduk desa, dia dapat memanfaatkan tradisi ini sebagai peluang untuk mendapatkan dukungan dan popularitas. Dengan berpartisipasi aktif dalam acara-acara penting dalam kehidupan masyarakat dan menyumbang secara murah hati, seorang calon bisa menunjukkan sikap kesetiaan dan perhatian pada masyarakat. Hal ini dapat membangun citra positif dan meningkatkan peluangnya untuk meraih suara mayoritas dalam pemilihan.Namun, harus diperhatikan bahwa tradisi ini harus dijalankan dengan keikhlasan dan ketulusan dari seluruh Masyarakat, dan bukan semata-mata untuk tujuan politik semata. Jika tidak, tradisi ini dapat kehilangan esensinya dan menjadi sarana politik yang tidak sehat dalam konteks Pilkada.


DAFTAR PUSTAKA


Manik, D. M. (2021). DINAMIKA TRADISI NYUMBANGPADA MASYARAKAT(STUDI KASUS: DESA PEMATANGGANJANG,SERDANG BEDAGAI). Jurnal Indonesia Sosial Teknolog, Vol.2 Page 595 - 602.

Suryana Aditya dan Grendi Hendrastomo. PEMAKNAAN TRADISI NYUMBANG DALAM PERNIKAHAN DI MASYARAKAT DESA KALIKEBO, TRUCUK, KLATEN. Jurnal Pendidikan Sosiologi.

Suryana, Adhitya. Pemaknaan Tradisi Nyumbang dalam Pernikahan di Masyarakat Desa Kalikebo, Trusuk, Klaten. journal.student.uny.ac.id. Diakses Tanggal 20 Juli 2023


0 komentar:

Posting Komentar