Kamis, 20 Juli 2023

UAS PSIKOLOGI SOSIAL_Tradisi Nyumbang Dalam Kehidupan Sosial Masyarakat_Roda Yoni Manggala 22310410086

 Tradisi Nyumbang Dalam Kehidupan Sosial Masyarakat

Ujian Akhir Semester Psikologi Sosial
Dosen Pengampu:
Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA, MA
Disusun Oleh:
Roda Yoni Manggala
22310410086
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

A. Pendahuluan
Tradisi Nyumbang dalam masyarakat Jawa memiliki beberapa nama-nama dan
istilah yang berbeda-beda. Di Jawa Timur sebagian besar masyarakat menyebutnya
"buwuh".Dalam masyarakat lainnya juga kerap disebut dengan "mbecek atau
jagong". Istilah yang berbeda dengan makna yang secara subtansi sama. Tulisan ini
ingin menjawab dua pertanyaan bagaimana tradisi Nyumbang membentuk
masyarakat Jawa dan apakah tradisi ini berjalan di atas rel keadilan atau justru
malah memiliki semangat lain di luar yang telah digariskan oleh para nenek
moyang.
B. Latar Belakang
Anda tinggal di suatu desa di Yogya, yang mana adat dan kebiasaan
penduduknya sangat unik. Jumlah penduduk desa tersebut adalah sekitar 120
keluarga. Ketika Anda mempunyai anak maka sebagai tanda syukur adalah Anda
harus menyumbang 120 kotak makanan untuk tetangga Anda. Ketika salah satu
anggota keluarga Anda meninggal dan harus membuat upacara penghormatan bagi
kerabat yang meninggal, maka Anda juga harus menyumbang 120 kotak makanan
untuk tetangga Anda. Ketika salah satu anak Anda dikhitan (disunat) dan
mengadakan syukuran, maka Anda harus mengirimkan 120 kotak makanan bagi
tetangga. Kebiasaan-kebiasaan itu dilakukan oleh seluruh penduduk desa tersebut.
Artinya, Anda sebagai salah satu penduduk di desa itu, maka Anda selain harus
menyumbang, Anda juga akan sering menerima kotak makanan dari tetangga Anda.
Berdasarkan situasi tersebut, jawablah pertanyaan berikut:
C. Rumusan Masalah
1. Apa permasalahan dari kasus tersebut di atas? Ingatlah, yang disebut dengan
permasalahan adalah segala sesuatu yang menyimpang dari keadaan ideal?
2. Bila Anda tinggal di daerah itu dan mengalami permasalahan pada nomor
tersebut, apa yang akan Anda lakukan? Ingatlah, pindah tempat tinggal adalah
sangat sulit, karena butuh biaya yang luar biasa banyak?
3. Apakah situasi tersebut menunjukkan perilaku bergotong royong atau adanya
ketakutan akan dampak dari perilaku tidak conform pada tetangga? Alasan
Anda?
4. Sesuai dengan teori Albert Bandura, apakah Anda akan mengajarkan pada anak
Anda tentang konformitas terhadap perilaku menyumbang tersebut? Alasan
Anda?
5. Secara makro, apakah perilaku menyumbang ini sesuai dengan kebiasaan
seseorang yang ingin menang di Pilkada (pemilihan kepala derah)? Jawaban
hendaknya menggunakan teori dari Niccolo Machiavelli?
D. Pembahasan
1. Permasalahan pada kasus diatas adalah ketika kita kehilangan salah satu
anggota keluarga yang disitu kita sedang merasakan duka yang mendalam tetapi
masih harus berpikir bagaimana menyumbang 120 Kotak makanan untuk
penduduk desa,dan menurut saya itu adalah tradisi yang kurang pas dan perlu
dimusyawarahkan kembali untuk mencoba kesepakatan lain.
2. Untuk kasus yang pertama saya mungkin tidak mempermasalahkan hal itu,toh
kita menyumbang atas dasar kita sedang dalam kondisi berbahagia karena diberi
titipan seorang anak dari Tuhan,dan bisa diniatkan sebagai tanda rasa syukur
kita pada Tuhan
3. Budaya tersebut menunjukkan perilaku bergotong royong dan menekankan
pada kegiatan untuk saling berbagi ketika kita mendapat suatu kebahagiaan atau
sedang mendapat musibah,tradisi seperti itu biasanya disebut dengan istilah
duwe gawe yang dianggap sebagai nilai rukun yang baik karena akan ada
aktivitas kerjasama yang mentradisi dan menciptakan suasana yang
rukun,rukun merupakan ukuran ideal dalam hubungan sosial di masyarakat
karena rukun berarti suatu keadaan yang serasi penuh dengan kerjasama dan
gotong royong.nilai gotong royong terbentuk salah satunya dari tradisi
nyumbang.
4. Teori Belajar Sosial (Sosial Learning Theory) menurut Albert Bandura adalah
teori belajar sosial atau kognitif sosial serta efikasi diri yang menenjukkan
pentingnya proses mengamati dan meniru perilaku,sikap dan emosi orang
lain.dan dari teori tersebut kita bisa mengajarkan kepada anak kita apa itu
kegiatan yang positif dan tradisi nyumbang merupakan suatu tradisi atau
kegiatan yang positif dan ada hubungan imbal balik dari tradisi nyumbang
tersebut.
5. Jika diacu pada teori dari Niccolo Machiavelli perilaku menyumbang adalah
sesuai dengan kebiasaan seseorang yang ingin menang pilkada karena dalam
hal ini para calon kepala daerah akan menyumbang banyak kepada masyarakat
dan berharap untuk mendapatkan imbal balik berupa suara saat pilkada
nanti,meskipun sebenarnya cara itu sudah tidak dibenarkan di indonesia ini tapi
tradisi seperti itu tetap belum bisa dihilangkan pada setiap pemilihan umum
yang berlangsung,karena kebanyakan bakal calon tidak mau kalah suara dan
bersaing dengan calon lainnya dengan melegalkan cara apapun.
E. Kesimpulan
Kesimpulan dari apa yang menjadi kasus diatas adalah tradisi nyumbang tetap
akan menjadi tradisi yang akan turun temnurun dalam masyarakat, karena
nyumbang pada dasarnya adalah kegiatan saling berbagi dan saling bantu
membantu ketika seseorang sedang memiliki sebuah hajat dan menjadi hubungan
imbal balik antar masyarakat yang dapat menciptakan kerukunan dalam
masyarakat. 

Daftar Pustaka
https://id.scribd.com/document/440504943/Tradisi-Nyumbang

0 komentar:

Posting Komentar