Kamis, 20 Juli 2023

Ujian Akhir Semester Psikologi Sosial_Irmawati

 

“Pro Kontra Tradisi Nyumbang Di Masyarakat, Ujian Akhir Psikologi Sosial Dengan Dosen Pengampu Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA MA”

Disusun Oleh

Irmawati

22310410031

Psikologi SP



Dalam tradisi nyumbang banyak sekali permasalahan yang akan dihadapi seperti jika kita berhalangan hadir dan tidak bisa berpartisipasi dalam tradisi nyumbang, akan mendapat sanksi sosial seperti dikucilkan oleh masyarakat. Permasalahan pada kasus tersebut salah satunya akan memperluas masalah pembiayaan disaat ingin mengadakan syukuran dari itu akan memicu meningkatkan utang piutang didesa atau komplek antar tetangga atau bisa juga meningkatkan piutang terhadap kredit keliling yang nanti berdampak buruk apabila ada yang susah untuk membayar hingga sampai terlilit hutang. Seperti dikutip jurnal yang berjudul “Pemaknaan Tradisi Nyumbang Dalam Pernikahan Di Masyarakat Desa Kalikebo, Trucuk, Klaten” menjadi point yang sangat klimaks yaitu Nyumbang sebagai beban masyarakat, disini penulis mengartikan seseorang rela memikul hutang dengan kekerasan secara simbolik. Permasalahanpun datang dari gaya hidup atau gengsi dari masyarakat tersebut, seperti nilai dari sumbangannya ini juga salah satu bentuk ekspresi diri ke masyarakat menjadi narsistik di tengah sumbangan. Permasalahan juga terjadi saat adanya standardisasi nominal sumbangan. Permasalahan datang saat monetisasi berupa sumbangan yang sudah dikontrol atau dihandle dengan regulasi disetiap masyarakat masing – masing. Adanya ketentuan untuk menyumbang disetiap hajatan karena sumbangan bukan berupa uang saja bisa berupa tenaga dan jasa untuk gotong royong setiap ada hajatan atau yang biasa dikenal dengan Rewang.

Solusi dari permasalahan yang ada saat ini bisa penulis siasati dengan berbagai Langkah seperti jika kondisi seperti saat ini memberlakukan konsep tidak conform menjadi salah satu hal yang tidak mungkin akan saya lakukan, saya akan menschedule ulang, lebih menghemat untuk tidak mengadakan syukuran terlebih dahulu mungkin hanya dengan keluarga saja dirumah, apabila sudah memiliki tabungan yang cukup mungkin saya baru akan menggunakan metode kasus ini tetapi tidak terlalu sering hanya acara tertentu saja yang memang diharuskan untuk menutup kasus yang ada dimasyarakat. Tetap memaknai dan berpikir positif akan hal tersebut sebuah tradisi yang turun temurun di daerah tersebut dan mencoba mengutarakan terhadap tokoh pemuka masyarakat seperti Kepala RT untuk bersama – sama saling mencari jalan tengah yang terbaik tujuan utama dari tradisi nyumbang sendiri untuk saling gotong royong bukan untuk menjatuhkan seseorang dalam sebuah hajatan, karena adanya masalah ini dimungkinkan masyarakat akan memahami suatu kondisi dimana setiap warganya memiliki kebutuhan dan latar belakang yang berbeda – beda dan tanpa mengurangi setiap esensi tradisi nyumbang tersebut. Mungkin juga disaat penulis belum sempat menyumbang menjadi hutang sumbangan yang sudah diberikan oleh masyarakat sekitar maka dikemudian hari harus menyumbangkan barang – barang, bahan makanan, uang, atau jasa dan tenaga yang belum dikembalikan.

Menurut penulis, ini menunjukan adanya ketakutan akan dampak dari perilaku tidak conform pada tetangga, karna apabila perilaku gotong royong yang terlalu sering juga tidak baik di kehidupan bertetangga mungkin akan mengganggu kesibukan orang lain, serta ketakutan akan adanya dampak perilaku tidak conform sangat biasa ditemui di lingkungan  desa, orang lebih takut digosipkan tidak mau berbaur dengan lingkungan apabila tidak hadir dalam acara tersebut, apabila tidak menyumbang 120 kotak tersebut orang akan menggosipkan orang yang bersangkutan karna tidak mendapat apa – apa jadi lebih takut dengan suara-suara yang membuat tidak nyaman itu,ya ini merupakn suatu ketakutan akan dampak perilaku non conform tersebut. Dalam pelaksanaan hajatan saja yang mampu membuat acara yang besar hanya kelompok menengah keatas, dengan alasan banyak dana yang keluar juga merepotkan banyak pihak. Kembali lagi ke permasalahan adanya tradisi nyumbang satu hal yang menjadi pokok bukan Financial ternyata sebuah mind set yang tertanam adanya eksistensi dalam sebuah tradisi menyumbang tersebut seperti dikutip dari jurnal tersebut 1) Mengembalikan hutang bisa minta ditunda. kalau tidak nyumbang, ketemu orangnya malu sekali. Lebih baik hutang daripada tidak nyumbang;2) Lebih baik tidak punya apa-apa daripada tidak nyumbang;3) Sebenarnya sih berat, apalagi kalau waktu musim hajatan. Tapi karena sudah tradisi; 4) biarpun rumah bocor, yang penting harus nyumbang; 5) Tidak ada yang berani beda, tidak umum. Dimana rasa berbagi sosial lebih penting daripada meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran diri sendiri atau keluarga. Hal ini mampu menyudutkan pihak yang akan berlaku tidak conform dimasyarakat, orang yang tidak conform harus siap dikucilkan dimasyarakat jika tidak mau seperti saat ini.

Sesuai dengan teori Albert Bandura yang mana anak akan menirukan apa yang kita lakukan, maka sebagai penulis akan tetap mengajari anak saya tentang kasus sumbang menyumbang ini, yang dimana saya akan lebih menekan kan pada anak untuk tidak berlebihan dalam sumbang menyumbang tersebut, seperti halnya saat menengok orang sakit sebaiknya tetap membawakan sumbangan setidaknya buah yang menyehatkan dan apabila sudah dewasa ingin mengadaka syukuran atas kelulusanya mungkin cukup dengan keluarga dirumah makan atau dirumah saja, kecuali untuk acara yang memungkin kan harus semua warga desa tau seperti hari pernikahan contohnya, maka sebelum itu harus terpikirkan secara matang dan dijauh hari agar bisa menabung sehingga acara tersebut tidak memberatkan siapapun. Pada saat ini sebagai orang tua penulis akan mencontohkan anak jika di daerah desa memang sangat kental akan hal nyumbang atau lebih tepatnya rewang, yang biasanya ada di hajatan yang tidak hanya membutuhkan sumbangan akan tetapi tenaga seperti dibudaya di jawa dikenal dengan sinoman, dari sinilah gotong royong dan integrasi masyarakat terjalin harmonis. Dengan menerepkan modeling dari Albert Bandura ini hanya memberikan sebuah citra atau aksi sebenarnya sudah cukup untuk memberi contoh kepada anak saya, adanya tetangga sekitar juga membuat semakin altuirsm dan sangat tertarik akan hal tradisi nyumbang ini.

Pada dasarnya tradisi nyumbang seperti yang ada di jurnal berjudul “Potret Resiprositas dalam Tradisi Nyumbang di Pedesaan Jawa di Tengah Monetisasi Desa” yaitu tradisi ini bertukar hadiah berdasarkan nilai atau value yang semakin tinggi dari hadiah tersebut maka akan menjadi harga diri orang yang bersangkutan (Eksistensi) ini berarti eksistensi mereka untuk mengekspresikan keberadaan mereka seperti halnya sebuah kampanye di pilkada dengan cara apapun yang penting naik daun. Seperti yang dikemukakan oleh Niccolo Machiavelli yaitu menghalalkan semua cara untuk mewujudkan suatu tujuan. Adanya sumbangan yang memiliki value atau nilai yang tinggi dan sumbangan yang besar dapat mempengaruhi opini masyarakat dan meciptakan citra positif dalam kancah pemilu seperti Teori yang dikemukakan oleh Niccolo Machiavelli. Ya, karna menyumbang kan 120 kotak termasuk jumlah yang besar. teori Niccolo yaitu “memandang kekuasaan bukanlah semata - mata untuk kepentingan diri sendiri, akan tetapi itu semua adalah untuk kehormatan dan kesejahteraan negara.” Dari situ kita tahu bahwa menyumbang itu supaya disanjung-sanjung untuk kepentingan diri sendiri tetapi juga untuk kebersamaan dalam berwarga negara seperti halnya robinhood di serial kartun atau film.

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka

Afifah, S. (2022). Tradisi Rewang Dalam Kajian Psikologi Sosial. Indonesian Journal of Behavioral Studies, Page 97-106.

Hendrastomo, A. S. (2014). PEMAKNAAN TRADISI NYUMBANG DALAM PERNIKAHAN DI. Jurnal Pendidikan Sosiologi, 2 - 16.

Lestari, S., Sumarti, T., Pandjaitan, N. K., & Tjondronegoro, S. (2012). Potret Resiprositas dalam Tradisi Nyumbang di Pedesaan Jawa. Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, 271-281.

Manik, D. M. (2021). DINAMIKA TRADISI NYUMBANGPADA MASYARAKAT(STUDI KASUS: DESA PEMATANGGANJANG,SERDANG BEDAGAI). Jurnal Indonesia Sosial Teknolog, Vol.2 Page 595 - 602.

Setiawan, E. (2022). POTRET RESIPROSITAS TRADISI NYUMBANG PADA PEREMPUAN. Jurnal Equalita, 2 - 16.

Sumber gambar: https://aminjaya.desa.id/berita/detail/melihat-tradisi-rewang-dan-sinom-di-desa-karang-sari


0 komentar:

Posting Komentar