Kamis, 20 Juli 2023

 

Ujian Akhir Psikologi Sosial Dengan Pengampu Arundati Shinta”

 

Disusun Guna Memenuhi Ujian Akhir Semester Psikologi Sosial

Dosen Pengampu: Arundati Shinta

 

 

Nama Mahasiswa: Mico Alan Sebastian

Nim: 22310410013

Kelas: Psikologi SJ

 

  

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45

2022




Anda tinggal di suatu desa di Yogya, yang mana adat dan kebiasaan penduduknya sangat unik. Jumlah penduduk desa tersebut adalah sekitar 120 keluarga. Ketika Anda mempunyai anak maka sebagai tanda syukur adalah Anda harus menyumbang 120 kotak makanan untuk tetangga Anda. Ketika salah satu anggota keluarga Anda meninggal dan harus membuat upacara penghormatan bagi kerabat yang meninggal, maka Anda juga harus menyumbang 120 kotak makanan untuk tetangga Anda. Ketika salah satu anak Anda dikhitan (disunat) dan mengadakan syukuran, maka Anda harus mengirimkan 120 kotak makanan bagi tetangga. Kebiasaan-kebiasaan itu dilakukan oleh seluruh penduduk desa tersebut. Artinya, Anda sebagai salah satu penduduk di desa itu, maka Anda selain harus menyumbang, Anda juga akan sering menerima kotak makanan dari tetangga Anda. Berdasarkan situasi tersebut, jawablah pertanyaan berikut:

1)      Apa permasalahan dari kasus tersebut di atas? Ingatlah, yang disebut dengan permasalahan adalah segala sesuatu yang menyimpang dari keadaan ideal.

2)      Bila Anda tinggal di daerah itu dan mengalami permasalahan pada nomor 1 tersebut, apa yang akan Anda lakukan? Ingatlah, pindah tempat tinggal adalah sangat sulit, karena butuh biaya yang luar biasa banyak.

3)      Apakah situasi tersebut menunjukkan perilaku bergotong royong atau adanya ketakutan akan dampak dari perilaku tidak conform pada tetangga? Alasan Anda? 

4)      Sesuai dengan teori Albert Bandura, apakah Anda akan mengajarkan pada anak Anda tentang konformitas terhadap perilaku menyumbang tersebut? Alasan Anda?

5)      Secara makro, apakah perilaku menyumbang ini sesuai dengan kebiasaan seseorang yang ingin menang di Pilkada (pemilihan kepala derah)? Jawaban hendaknya menggunakan teori dari Niccolo Machiavelli.

 

 

JAWABAN :

 

1.             Nyumbang dimaksudkan untuk membantu meringankan beban orang yang menggelar hajatan. Sumbangan berupa barang atau jasa diberikan kepada warga yang menggelar hajatan agar beban yang dipikul penyelenggara hajatan tidak terlampau berat. Nyumbang merupakan wujud solidaritas sosial di masyarakat dan sudah berlangsung sangat lama. Tradisi nyumbang mengandung nilai resiprositas (timbal-balik) yakni bentuk tolongmenolong yang didasari adanya kepentingan yang sama dalam hidup bermasyarakat. Hubungan timbal-balik tersebut berlangsung terus-menerus, silihberganti, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Tradisi nyumbang tetap ada seiring dengan perkembangan jaman, namun terdapat pergeseran-pergeseran yang membuat nilai asli dari tradisi nyumbang berubah. Akan tetapi, Sumbangan yang seharusnya merupakan bentuk bantuan bagi mereka yang mengalami kesulitan, justru menjadi beban tersendiri bagi masyarakatnya bagi masyarakat yang kurang baik dalam finansial akan tetapi harus dituntut harus ikut menyumbang dikarenakan sudah menjadi tradisi turun menurun. Dalam hal ini nyumbang mengandung nilai timbal balik. Masyarakat menginginkan apa yang diberikannya dibalas sebanding oleh orang yang pernah menerimanya. Jika resiprositas ini tidak terpenuhi maka akan ada sanksi sosial seperti cibiran atau gunjingan dalam masyarakat. Masyarakat yang terlibat membantu hajatan bukan lagi atas dasar keikhlasan untuk membantu, tetapi lebih kepada adanya timbal balik dari kerjasama yang mereka sepakati.

 

2.             Jika saya tinggal di lingkungan tersebut saya akan menyumbang sesuai kemampuan saya sehingga niat awal yang ingin ikhlas menolong untuk meringankan beban orang lain tanpa mengharapkan timbal balik (prososial) tidak berbalik malah membebankan pada diri sendiri kedepanya.

 

3.             Situasi tersebut menunjukkan perilaku bergotong royong atau adanya ketakutan akan dampak dari perilaku tidak conform pada tetangga, iya dikarenakan masih masyarakat seringkali ingin tidak berpartisipasi dalam kegiatan gotong royong dikarenakan ada hal lain yang lebih mendesak akan tetapi malah mengorbankan dirinya dengan lebih mengepentingkan mengikuti kegiatan gotong royong dikarenakan takut adanya sanksi sosial seperti contohnya yang marak beredar di masyarakat saat ini dengan slogan “ora srawung rabimu suwung” yang diartikan dalam bahasa Indonesia “jiika tidak berbaur dengan masyarakat maka kegiatan hajatan akan sepi bantuan/tidak dibantu oleh masyarakat sekitar”.

 

4.             Saya akan mengajarkan pada anak tentang konformitas terhadap perilaku menyumbang, sehingga akan secara langsung akan belajar dalam Teori  kognitif  sosial  yang berarti  teori  yang  menonjolkan  gagasan  bahwa  sebagian  besar pembelajaran  manusia  terjadi  dalam  sebuah  lingkungan  sosial. Anak akan mengamati  orang lain, manusia memperoleh pengetahuan, aturan-aturan, keterampilan-keterampilan, strategi-strategi,  keyakinan-keyakinan,  dan  sikap-sikap. Anak melihat model-model  atau  contoh-contoh  untuk  mempelajari  kegunaan  dan  kesesuaian  prilaku-prilaku akibat dari prilaku yang di modelkan  seperti prilaku nyumbang, kemudian mereka bertindak sesuai dengan keyakinan tentang kemampuan mereka dan hasil yang diharapkan dari tindakan mereka.

 

5.             Apakah perilaku menyumbang ini sesuai dengan kebiasaan seseorang yang ingin menang di Pilkada (pemilihan kepala derah)? Menurut saya tidak karena murni tindakan sosial yakni membantu meringankan beban orang yang sedang menggelar hajatan, bukan untuk tujuan seperti memenangkan pilkada dengan cara politik praktis seperti Niccolo Machiaveli yang mmenghalalakan segala cara termasuk licik dan amoral untuk menggapai tujuan dan stabilitas negara seperti politik praktis dalam pilkada.

 

 

Daftar Pustaka :

 http://repository.lppm.unila.ac.id/40183/

 http://jurnal.lppm.unsoed.ac.id/ojs/index.php/Prosiding/article/view/364

 http://journal2.um.ac.id/index.php/jtppips/article/view/2492

 http://ejournal.inaifas.ac.id/index.php/auladuna/article/view/235/208

 http://journal2.um.ac.id/index.php/jtppips/article/view/2492

 http://e-journal.iaknambon.ac.id/index.php/KNS/article/view/67/55

0 komentar:

Posting Komentar