Kamis, 20 Juli 2023

UAS:Psikologi Sosial “Tradisi Nyumbang” _Naufal M A Lubis _ 22310420087 _ Psikologi Sp


Ujian Akhir Psikologi Sosial dengan pengampu Arundati Shinta

“Nyumbang dan masyarakat”

UJIAN AKHIR PSIKOLOGI SOSIAL

Dosen Pengampu : Dr., Dra. Arundati Shinta MA

Mahasiswa : Naufal M A Lubis (22310420087)



Budaya menyumbang, atau tradisi berbagi adalah suatu pola perilaku dan nilai-nilai yang mengarahkan individu atau masyarakat untuk berpartisipasi dalam memberikan bantuan, kontribusi, atau dukungan kepada orang lain atau kelompok dalam bentuk berbagai hal, seperti uang, makanan, barang, atau tenaga kerja. Budaya menyumbang dapat berasal dari nilai-nilai sosial, agama, dan kepercayaan yang melekat dalam suatu masyarakat.

Dalam masyarakat Jawa menyumbang sebagai inisiatif dari masyarakat dengan tujuan meringakan beban kepada masyarakat lainnya dengan situasi tertentu seperti perkawinan, kelahiran, khitanan, kematian, dan kehamilan sebagai bentuk nilai rukun. Menurut Geertz, Clifford (2014:76) upacara perkawinan dan khitanan masyarakat Jawa biasa menyebutnya dengan istilah “duwe gawe”, yang berarti mempunyai kerja dan dianggap sebagai nilai rukun yang baik karena akan ada aktivitas kerjasama yang mentradisi.  Kegiatan saling gotong royong atau hubungan timbal balik ini diwariskan dari generasi ke generasi masyrakat. Biasanya budaya nyumbang berhubungan dengan gender dalam masyarakat. Pembentukan ini atas dasar gender yang lebih mendominasi, seperti pria pada umumnya menyumbang dala, bentuk uang, sementara untuk perempuan biasanya menyumbangkan bahan pangan. Meskipun budaya menyumbang memiliki banyak manfaat positif, perlu diingat bahwa terkadang tuntutan untuk menyumbang atau norma-norma yang kaku dapat menyebabkan tekanan sosial dan dampak negatif. 

Dalam menyumbang akan menimbulkan beberapa permasalahan terkait hubungan sosial, psikologis, dan emosional di antara penduduk desa tersebut. Ini akan memberikan permaslahan seperti : Beban finansial, ketidaksetaraan sosial, konflik dan ketegangan, kelelahan sosial. Bentuk permasalahan sederhannya dari segi sosial dapat berupa beban finansial yang dimana dapat menjadi beban finansial yang besar bagi sebagian penduduk desa, terutama bagi keluarga dengan pendapatan yang rendah. Beban ini dapat menyebabkan stres finansial dan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Beban menyumbang yang sama bagi setiap keluarga mungkin tidak adil karena kemampuan finansial dan sumber daya keluarga bisa berbeda-beda. Hal ini dapat mempengaruhi ikatan sosial dan solidaritas di antara penduduk desa. Permasalahan yang akan timbul berikutnya adalah konflik dan ketegangan ada tekanan sosial dan ekspektasi yang tinggi, dan ketidakpatuhan terhadap tradisi bisa menyebabkan perpecahan di antara warga desa.

Kegiatan nyumbang menjadi budaya yang wajar turun temurun. Maka dari itu sesuatu hal yang kita lakukan akan dicontoh oleh anak ataupun generasi berikutnya. Hal ini didukung oleh teori Albert Bandura adalah Teori Pembelajaran Sosial atau Social Learning Theory. Teori ini mengajukan bahwa individu belajar melalui interaksi sosial dengan orang lain, serta melalui pengamatan dan imitasi perilaku orang lain di sekitarnya. Teori ini mengajarkan  anak tentang konformitas terhadap perilaku menyumbang dalam pertimbangan seperti : Pendidikan nila dan norma sosial, penguatan model, peran, memberikan pilihan terhadap anak, dan paham akan kebutuhan masyarakat. 

Penting untuk diingat bahwa tradisi-tradisi ini mungkin telah berakar kuat dalam budaya dan sejarah masyarakat desa. Namun, dalam menghadapi permasalahan-permasalahan tersebut, penting untuk membuka atau melakukan dialog dan berdiskusi dengan seluruh masyarakat desa tentang cara-cara untuk memodifikasi atau mengatasi dampak negatif dari tradisi menyumbang ini. Mungkin dapat dipertimbangkan untuk merumuskan kebijakan atau aturan yang lebih inklusif dan adil, serta mempertimbangkan alternatif lain dalam bentuk sumbangan yang dapat membantu mengurangi beban finansial dan tekanan sosial di masyarakat.

Daftar Pustaka :

Yanuardianto, Elga. TEORI KOGNITIF SOSIAL ALBERT BANDURA. Jurnal. Universitas 

Islam Jember


Lestari, S., Sumarti, T., Pandjaitan, N. K., & Tjondronegoro, S. (2012). Potret Resiprositas 

dalam Tradisi Nyumbang di Pedesaan Jawa. Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, 

271-281.


Suryana, A., & Hendrastomo, G. PEMAKNAAN TRADISI NYUMBANG DALAM 

PERNIKAHAN DI MASYARAKAT DESA KALIKEBO, TRUCUK, KLATEN. 

Jurnal Pendidikan Sosiologi.


Setiawan, E. (2022). Potret Resiproritas Tradisi Nuyumbang pada Perempuan Perdesaan di 

Desa Kalipait, Banyuwangi. Jurnal Equalita, 2 - 16.





0 komentar:

Posting Komentar