Jumat, 21 Juli 2023

UAS:Psikologi sosial “ Tradisi Nyumbang “ _ Dimas Mahendra Wijaya _ 22310410107_ Psikologi Sp

 UJIAN AKHIR SEMESTER 

Psikologi Sosial

 

Dimas Mahendra Wijaya

22310410107

 

Dosen Pengampu: Dr., Dra. Arundati Shinta, MA

 

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi ’45 Yogyakarta


Beban tradisi Nyumbang di Masyarakat


Ujian Akhir Psikologi Sosial

Pengampu: Arundati Shinta

Anda tinggal di suatu desa di Yogya, yang mana adat dan kebiasaan penduduknya sangat unik. Jumlah penduduk desa tersebut adalah sekitar 120 keluarga. Ketika Anda mempunyai anak maka sebagai tanda syukur adalah Anda harus menyumbang 120 kotak makanan untuk tetangga Anda. Ketika salah satu anggota keluarga Anda meninggal dan harus membuat upacara penghormatan bagi kerabat yang meninggal, maka Anda juga harus menyumbang 120 kotak makanan untuk tetangga Anda. Ketika salah satu anak Anda dikhitan (disunat) dan mengadakan syukuran, maka Anda harus mengirimkan 120 kotak makanan bagi tetangga. Kebiasaan-kebiasaan itu dilakukan oleh seluruh penduduk desa tersebut. Artinya, Anda sebagai salah satu penduduk di desa itu, maka Anda selain harus menyumbang, Anda juga akan sering menerima kotak makanan dari tetangga Anda.

1. Permasalahan dari kasus di atas adalah ketika saya dalam keadaan kurang mampu tetap melaksanakan nyumbang. Sehingga berbagai cara dilakukan agar tradisi nyumbangtetap dapat dilaksanakan. Adanya rasa terpaksa dalam menyumbang dan membantu sesama hal itu karena jasa yang pernah diberikan, Keterpaksaan itu muncul bukan dari diri masyarakat tetapi dalam sistem yang mengatur. Hal tersebut sering disebut sebagai kekerasan simbolik.
2. Apabila saya tinggal di daerah itu dan mengalami permasalahan seperti nomor 1, maka yang akan saya lakukan adalah tidak melaksanakan kebiasaan-kebiasaan yang ada. Seperti, tidak melaksanakan menyumbang ketika mempunyai anak, anggota keliarga ada yang meninggal, salah satu anak dikhitan. Sehingga, ketika tiba saatnya saya harus mengembalikan sumbangan itu kepada tetangga, saya tidak harus merasa perlu untuk mengembalikan sumbangan tersebut.
3. Situasi tersebut menunjukkan adanya ketakutan akan dampak dari perilaku tidak conform pada tetangga. Alasannya adalah terdapat suatu beban sosial dimanamasyarakat yang dalam keadaan kurang mampu tetap melaksanakan nyumbang dengan berbagai cara. Hal tersebut juga tidak terlepas dari sifat masyarakat Jawa yang memiliki sistem timbal-balik yang kuat dalam melaksanankan nyumbang. Masyarakat Jawa memiliki sikap terpaksa dalam menyumbang dan membantu sesamanya hal itu karena jasa yang pernah diberikan kepadanya, Keterpaksaan itu muncul bukan dari diri masyarakat tetapi dalam sistem yang mengatur. Hal tersebut sering disebut sebagai kekerasan simbolik.
4. Sesuai dengan teori Albert Bandura saya tetap akan mengajarkan pada anak saya tentang konformitas terhadap perilaku menyumbang. Tetapi disertai dengan prinsip kuat. Karena pada dasarnya menyumbang itu adalah perilaku yang baik apabila tujuannya untuk sedekah dan hati ikhlas dalam melakukannya. Saya tidak akan ragu mengajarkan anak saya untuk menyumbang karena itu akan membantu tetangga-tetangga yang lain tetapi dengan disertai prinsip bahwa menyumbang tidak dilakukan dengan cara terpaksa. Tidak perlu sampai berhutang ataupun menjual barang-barang untuk dapat menyumbang.

Daftar Pustaka

Budi Kurniawan. (2020). Percampuran Budaya Jawa Dengan Islam Dalam Tradisi Nyumbang Mantu Di Kecamatan Pinggir. Dakwah Dan Pemberdayaan Masyarkat4(1), 1–2.

Setiawan, E. (2022). Potret resiprositas tradisi nyumbang pada perempuan perdesaan di desa kalipait banyuwangi. Equalita4(1), 1–12.

Suryana, A., & Hendrastomo, G. (2016). Pemaknaan Tradisi Nyumbang Dalam Pernikahan di Masyarakat Desa Kalikebo, Trucuk, Klaten. Jurnal Pendidikan Sosiologi4(25), 1–16. http://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/societas/article/vie

0 komentar:

Posting Komentar