Kamis, 20 Juli 2023

PSIKOLOGI SOSIAL DAN TRADISI NYUMBANG DI DAERAH TAMBAK BAYAN "UJIAN AKHIR PSIKOLOGI SOSIAL DENGAN PENGAMPU ARUNDATI SHINTA”

PERILAKU KONFORMITAS YANG TINGGI MEMILIKI DAMPAK NEGATIF TERHADAP KEHIDUPAN BERMASYARAKAT

 Juliani Mariati Larosa 

22310410072

Psikologi A1

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta


            Pada tahun 2022, saya memilih merantau ke Yogyakarta untuk melanjutkan pendidikan saya ke jenjang sarjana. Ini karena Yogyakarta merupakan kota pelajar, di mana banyak pusat pendidikan yang berdiri di wilayah tersebut. Awal pertama sampai di Jogja, saya terkagum-kagum melihat budaya sosial dan gotong royong yang masih melekat di masyarakat sekitar tempat tinggal saya yang baru. Saya berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan saya yang baru, dengan mengikuti norma dan aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat itu. Hal yang menarik dari budaya sekitar tempat tinggal saya yaitu tradisi sumbang menyumbang. Tradisi ini mengajak kita untuk ikut berpartisipasi di setiap acara atau situasi dalam keluarga, misal ketika ada hajatan maka kita harus menyediakan makanan ataupun materi lainnya untuk disumbangkan kepada masyarakat, begitu sebaliknya ketika masyarakat lainnya mengadakan syukuran atau acara maka kita juga akan mendapatkan balasan berupa makanan. Saya sangat menyukai tradisi ini, alasannya karena tradisi ini mengajarkan kita budaya bersedekah dan saling tolong menolong. Budaya sumbang ini memang sangat membantu untuk mengikat tali persaudaraan di dalam masyarakat, tetapi di sisi lain akan memberikan tekanan kepada masyarakat yang kurang mampu. Hal ini karena tidak adanya penyokong ketika diadakannya suatu acara di dalam keluarga karena adanya tradisi sumbang menyumbang ini, akibatnya memungkinkan warga tersebut terpaksa menyesuaikan diri dengan melakukan tindakan yang melanggar norma sosial. Warga yang ekonominya kurang mampu akan melakukan apapun untuk menyesuaikan diri dengan tradisi ini karena ketika tidak ikut dalam tradisi ini maka warga tersebut akan dikucilkan oleh warga lainnya, sehingga warga yang merasa tertekan karena tradisi sumbang ini akan cenderung melakukan perilaku menyimpang seperti mencuri, kekerasan dan bahkan mengalami gangguan mental.

1)    Permasalahan dalam tradisi nyumbang di masyarakat

            Permasalahan dalam tulisan ini adalah tradisi sumbang menyumbang dan budaya konformitas yang terlalu tinggi akan memberikan dampak negatif berupa perilaku menyimpang dalam masyarakat. Idealnya sebagai mahasiswa psikologi yang sudah mendapat pengetahuan tentang kehidupan sosial khususnya budaya konformitas dalam masyarakat bisa mencari solusi atau setidaknya meminimalisir perilaku menyimpang akibat budaya konformitas yakni tradisi sumbang menyumbang ini. Pada dasarnya budaya konformitas memiliki dampak positif, hal ini karena masyarakat akan terorganisir dengan baik dapat menciptakan kedamaian, stabilitas dan harmoni antarindividu yang berada dalam suatu wilayah. Hal ini bisa dilihat dari masyarakat sekitar tempat tinggal saya memiliki jiwa gotong royong sehingga menciptakan kesejahteraan dalam masyarakat. Namun, terlalu banyak konformitas juga akan menghasilkan dampak negatif, seperti kehilangan kreativitas, kehilangan identitas diri, dan terhambatnya perubahan serta inovasi dalam suatu komunitas. Perilaku menyimpang terjadi ketika individu menghadapi tekanan untuk mengikuti kebiasaan umum atau norma sosial yang ada, mereka mungkin merasa terbatas dalam berekspresi dan secara tidak sadar melampiaskan keinginan atau emosi mereka melalui perilaku yang tidak menguntungkan diri sendiri maupun orang lain.

            Pada suatu hari, saya mendapat pengetahuan tentang budaya konformitas beserta dampak yang ditimbulkan berikut solusinya di mata perkuliahan psikologi sosial di kampus saya. Ternyata budaya konformitas sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan kehidupan di dalam masyarakat. Saya pun sadar bahwa budaya konformitas yang tinggi akan memberikan dampak negatif terhadap masyarakat, hal ini disebabkan karena adanya tekanan di mana masyarakat diharuskan mengikuti norma dan aturan yang sudah dibuat dalam kelompok masyarakat tersebut. Dari tradisi sumbang menyumbang ini, saya tahu bahwa akan ada warga yang merasa tertekan karena kehilangan identitas diri ataupun juga karena alasan tidak terbiasa dengan budaya tersebut. Sebagai mahasiswa psikologi saya merasa terdorong untuk bisa menerapkan psikologi sosial tentang budaya konformitas dalam lingkungan masyarakat tempat tinggal saya.



2)   
Solusi permasalahan dari tradisi nyumbang di masyarakat

            Tradisi sumbang menyumbang memang sangat berpengaruh dalam membentuk hubungan sosial yang baik, namun kunci utama untuk menciptakan stabilitas dan kesejahteraan dalam masyarakat adalah saling menghargai. Solusi untuk mengatasi permasalahan perilaku menyimpang dari tradisi sumbang menyumbang ini bisa melibatkan beberapa pendekatan. Pertama, edukasi atau peningkatan kesadaran akan pentingnya memiliki identitas diri yang kuat dan memahami bahwa perbedaan adalah sesuatu yang bernilai. Ini bisa dilakukan dengan diadakannya pelatihan ataupun ruang diskusi dalam masyarakat dengan membangkitkan rasa kepercayaan diri dan menghargai keberagaman, masyarakat dapat menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan mengurangi tekanan untuk konformitas yang berlebihan.

            Selanjutnya, pentingnya juga untuk mendorong sikap kritis dan pemikiran inovatif dalam masyarakat. Dengan mengembangkan pola pikir yang terbuka terhadap gagasan baru yang berbeda, maka dapat membantu warga dalam mengekspresikan diri mereka tanpa takut dikecam atau dijauhi oleh kelompok sosial. Menumbuhkan lingkungan yang mempromosikan diskusi yang sehat, pemecahan masalah, dan penghargaan terhadap pemikiran yang tidak konvensional dapat membantu mencegah perilaku menyimpang dan merugikan yang terjadi di dalam masyarakat akibat tradisi sumbang menyumbang tersebut.

            Selain itu penting juga untuk menciptakan ruang aman bagi masyarakat sekitar untuk berekspresi secara bebas. Ini bisa dilakukan dengan mengajak atau memberikan usulan kepada pemimpin daerah untuk membangun komunitas yang mendukung dan memahami perbedaan individu. Nah melalui pengakuan, penghargaan, dan penghormatan terhadap keunikan setiap warga, kita bisa membantu masyarakat merasa lebih nyaman dan membangun koneksi yang lebih dalam dengan orang lain tanpa harus menekan identitas diri mereka.

3)    Tradisi nyumbang merupakan perilaku gotong royong dalam masyarakat

            Dari tradisi sumbang menyumbang dalam masyarakat ini merupakan kegiatan gotong royong di mana setiap warga merasa perlu ikut mengambil bagian ketika warga lainnya mengalami sesuatu dalam keluarga. Materi yang diberikan tidak harus berupa makanan ataupun uang bisa saja dengan jasa ataupun dukungan lainnya yang bersifat membantu ketika warga lainnya mengadakan acara atau hajatan.

4)    Teori Albert Bandura dan tradisi nyumbang

            Suatu saat nanti saya akan mengajarkan kepada anak saya tentang budaya menyumbang ini, alasannya karena berdasarkan teori Albert Bandura yang menunjukkan bahwa teori belajar sosial atau kognitif sosial serta efikasi diri yang menunjukkan pentingnya proses mengamati dan meniru perilaku, sikap dan emosi orang lain. Jadi sangat penting untuk mengajarkan kepada anak bahwa kehidupan sosial di masyarakat begitu diperlukan selain untuk bertahan hidup juga membentuk kepribadiannya karena cara perilaku baru diperoleh melalui belajar mengamati. Namun juga perlu diajarkan bahwa budaya konformitas yang tinggi akan memberikan dampak negatif bagi diri sendiri dan bagi orang lain. Jadi perlu belajar mengenai budaya sosial yang benar dan tepat untuk memberikan pengetahuan kepada anak anak akan pentingnya edukasi dan saling menghargai dalam kehidupan bermasyarakat.

5)    Perilaku nyumbang sesuai dengan kebiasaan seseorang yang ingin menang di Pilkada (pemilihan kepala derah) berdasarkan teori dari Niccolo Machiavelli.

Jika dilihat lagi, perilaku menyumbang ini sesuai dengan kebiasaan seseorang yang ingin menang di Pilkada (pemilihan kepala derah). Berdasarkan pendekatan teori dari Niccolo Machiavelli bahwasanya "kekuasaan bukanlah semata – mata untuk kepentingan diri sendiri, akan tetapi itu semua adalah untuk kehormatan dan kesejahteraan negara", dari prinsip tersebut bisa disimpulkan bahwa perilaku menyumbang merupakan salah satu bentuk partisipasi masyarakat untuk menciptakan kesejahteraan kelompok dan juga sebagai upaya membangun kehormatan kelompok tersebut. Kebiasaan seseorang yang ingin menang Pilkada, akan memberikan visi dan misinya yang sesuai dengan prinsip-prinsip kekuasaan dimana semata-mata bahwa akan melakukan segala usaha untuk kemajuan wilayah dan kesejahteraan masyarakat.

            Jadi budaya konformitas melalui tradisi sumbang menyumbang ini dapat memiliki dampak positif maupun negatif di dalam kehidupan masyarakat. Perilaku menyimpang yang timbul akibat ekspresi yang terhalang dapat menjadi permasalahan yang perlu diatasi. Dengan edukasi, mempromosikan pemikiran kritis, dan menciptakan ruang aman bagi individu, kita dapat membantu mengurangi tekanan konfrontasi berlebihan dan menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan merangsang kreativitas.

Daftar Pustaka

Lestari, S., Sumarti, T. & Tjondronegoro, S. (2012). Potret resiprositas dalam tradisi nyumbang di pedesaan jawa di tengah monetisasi desa. Artikel Masyarakat, Kebudayaan dan Politik. 25(4), Oktober 2012, 271-281.

Setiawan, E. (2022). Potret Resiprositas Tradisi Nyumbang Pada Perempuan Perdesaan Di Desa Kalipait Banyuwangi. Jurnal Equalita . 4(1), Juni 2022, 1-12.

Suryana, A., & Hendrastomo, G. (2017). Pemaknaan Tradisi Nyumbang Dalam Pernikahan Di Masyarakat Desa Kalikebo, Trucuk, Klaten. Jurnal Pendidikan Sosiologi. 6(8), 1-16.


0 komentar:

Posting Komentar