QUALITY TIME WITH FAMILY.
Juliani Mariati Larosa
NIM: 22310410072
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Link
Pengumpulan Lomba:
https://www.instagram.com/p/CsOdovOy2TN/?igshid=NTc4MTIwNjQ2YQ==
Pendahuluan
Keluarga adalah sekumpulan orang
yang saling berhubungan dan memberikan kasih sayang, cinta dan rasa aman yang
saling menjaga dan melindungi satu sama lain. Lain halnya yang terjadi ketika
keluarga mengalami perpisahan yang disebabkan perselisihan, percekcokan,
perbedaan pendapat antara suami istri, hingga keduanya sampai kepada tahap
berpisah yakni perceraian karena tidak bisa mempertahankan hubungan. Kondisi
seperti ini menjadikan anak sebagai korban utama, karena bisa mempengaruhi
mental dan perilaku si anak bahkan bisa mengalami depresi.
Keluarga menurut Friedman (1998)
adalah dua atau lebih indvidu yag tergabung karena ikatan tertentu untuk saling
membagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional, serta mengindetifikasi
diri mereka sebagai bagian dari keluarga. Keluarga menurut Latipun (2005:124)
adalah lingkungan sosial yang terbentuk erat karena sekelompok orang bertempat
tinggal, berinteraksi dalam pembentukan pola pikir, kebudayaan, serta sebagai
mediasi hubungan anak dengan lingkungan.
Permasalahan
Keluarga SP adalah salah satu dari
keluarga yang kurang lengkap dikarenakan adanya perpisahan atau perceraian
diantara suami istri. Perceraian menurut Spanier dan Thompson (1984) merupakan
suatu reaksi terhadap hubungan pernikahan yang tidak berjalan dengan baik serta
bukan merupakan suatu ketidaksetujuan terhadap lembaga pernikahan. SY adalah
single parents yang berjuang sendirian dalam keluarganya untuk menghidupi dan
menafkahi anak satu-satunya yaitu AM (8 thn). Beliau berperan sebagai ayah
sekaligus sebagai ibu untuk anaknya, karena dia tidak ingin anaknya merasakan
kurang kasih sayang karena kehilangan sosok seorang ibu.
Pekerjaan SY adalah sebagai tukang
parkir disebuah Restoran cepat saji (Fast food), beliau setiap harinya
melakukan lakuran jukir untuk membantu mengatur kendaraan yang keluar masuk
tempat parkir. Hal itu beliau lakukan
untuk menafkahi dan menyekolahkan anaknya, beliau berharap nantinya anak
satu-satunya itu memiliki masa depan yang lebih baik dari yang sekarang.
Sedangkan AM yang baru berusia 9
tahun dan masih duduk di bangku SD, membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari
orangtuanya. Keseharian AM hanyalah bersekolah dan diam dirumah, karena menurut
pengakuan ayahnya AM adalah anak yang pemalu dan lebih mengurung diri di rumah,
hal itu disebabkan karena faktor lingkungan sehingga si anak mengalami krisis
kepribadian dan mengakibatkan perilaku atau sifat pemalu yang cenderung
merespon lingkungannya dengan kecemasan yang meningkat, sikap diam, dan
perasaan tidak tenang. Masalah yang ada dalam keluarga dapat berupa interaksi
antar anggota keluarga yang kurang harmonis, adanya perpecahan dalam rumah
tangga, kondisi ekonomi yang kurang dapar memenuhi kebutuhan hidup, kurangnya
perhatian orang tua terhadap prestasi belajar pada anak-anaknya di sekolah
seperti kurangnya motivasi belajar, hal ini dijelaskan oleh Simanjuntak (2013).
Solusi
Permasalahan
Walaupun broken home, SY tidak ingin
anaknya mengalami depresi dan frustasi sehingga nantinya membuat anaknya
melakukan hal-hal yang menyimpang seperti merokok, minum alkohol, jarang
pulang, minum pil atau lain sebagainya, jadi beliau memberikan perhatian lebih
dan kasih sayang khusus untuk anaknya dengan selalu menyempatkan waktu untuk
bisa bersama-sama dengan AM. Menurut Linawati & Desiningrum (2018) kondisi
psychological well-being remaja dari latar belakang keluarga broken home perlu
diperhatikan karena jika remaja merasa sejahtera dan bahagia, hal itu tentunya
akan berdampak baik pada kehidupan remaja tersebut. AM mengaku bahwa dia selalu
menyempatkan waktunya untuk anaknya, misalnya ketika dia memiliki waktu kosong
ataupun pergantian shift dengan tukang parkir lain jadi ia menggunakan waktu
tersebut untuk quality time dengan anaknya, seperti yang dilakukannya hari ini,
SY mengajak anaknya piknik bersama di Bunker Kaliadem. Piknik itu beliau
lakukan agar bisa menambah kedekatan dengan anak, agar si anak bisa merasakan
dan menikmati waktunya bersama ayahnya walaupun tanpa kehadiran seorang ibu,
karena SY yakin bahwa walaupun tanpa seorang Ibu, AM bisa bertumbuh dan menjadi
seorang anak yang baik asalkan AM mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari
SY. SY ingin berperan menjadi ayah sekaligus seorang ibu untuk anaknya, dia
ingin menjadi tempat bagi anaknya untuk saling bertukar cerita, di ingin
merawat anaknya dengan baik, dan tidak akan membiarkan anaknya merasakan
kecemasan karena kekurangan sosok ibu.
Tidak ada anak yang menginginkan
orang tuanya berpisah atau bercerai, karena setiap anak menginginkan kehidupan
yang normal, di mana ia memiliki keluarga yang utuh bersama dengan kedua orang
tuanya dan hidup bahagia. Perceraian sangatlah berpengaruh pada perilaku dan
mental anak-anak terutama anak yang ada di bawah usia, karena anak-anak
tersebut sangat rentan mengalami perubahan sikap dan karakter. Pada tahap ini
anak-anak seharusnya diajarkan nilai dan moral. Tetapi ketika orang tuanya
memberikan kasih sayang dan perhatian lebih untuk anaknya maka akan memberikan
pengaruh positif dan tidak berdampak pada perubahan sikap si anak sehingga
anaknya tidak melampiaskan emosinya dengan melakukan hal-hal yang menyimpang
seperti merokok ataupun minum minuman alkohol. Menurut C. D Ryff (1989)
Kesejahteraan psikologis (psychological well-being) merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi karena dukungan sosial yang berupa rasa nyaman, perhatian,
penghargaan atau pertolongan yang dipersepsikan oleh seorang individu yang
didapat dari berbagai sumber yaitu keluarga maupun teman. Anak akan bertumbuh
sesuai dengan tahap perkembangannya dan membangun perilaku atau karakter dari
sikap yang diberikan oleh orang tuanya.
Pustaka
dan Daftar Pustaka
Adristi,
Salsabila P. (2021). Peran Orang Tua pada Anak dari Latar Belakang Keluarga
Broken Home. Lifelong Education Journal. 1(2), Oktober 2021.
Sulistyowati,
Tutik. (2020). Pola Interaksi Sosial Pada Anggota Keluarga Broken Home (studi
interaksi anak korban perceraian dengan anggota keluarga di keluarahan
Ronggomulyo Kabupaten Tuban). Malang.
0 komentar:
Posting Komentar