Sabtu, 06 Mei 2023

Essay 3. Review Jurnal. Septi Iing Hijjriyah. 22310410132

 

Memahami dan Mengukur Toleransi dari Perspektif Psikologi Sosial

Tugas 3

Psikologi Sosial

Septi Iing Hijjriyah

22310410132

Dosen Pengampu: Dr., Dra. Arundati Shinta, MA

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta


Topik

Memahami dan Mengukur Skala Toleransi di Indonesia dari Perspektif Psikologi Sosial di Ambil dari Pendapat para Ahli.

Sumber

Supriyanto. (2017). Memahami dan Mengukur Toleransi dari Persepektif Psikologi Sosial. Research Party: Let’s Capture The World with Peace, Inspiration & Creativity. 1, September 2017, 23-28.

Permasalahan

Kasus yang bertentangan dengan semangat toleransi kembali dan kerap terjadi di berbagai belahan dunia, lebih fokus lagi yang terjadi di Indonesia. Mulai dari pelecehan, kekerasan, hingga pembunuhan. Padahal seharusnya, konsep toleransi dapat terpupuk agar tumbuh keharmonisan di tengah perbedaan di negeri ini.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai langkah awal untuk mengembangkan skala toleransi agar menjadi salah satu asbab terciptanya pola hidup bersama secara harmonis di tengah lautan perbedaan.

Isi

 

 

 

 

 

 

 

 


·       Sama  halnya  dengan  fenomena  yang  terjadi  di Amerika,  Inggris , dan  Australia,  kasus-kasus intoleransi  juga  banyak  ditemui  di  Indonesia. Laporan  dari  Komnas  HAM  menunjukkan  bahwa dari  tahun  ke  tahun  kasus  intoleransi  di  Indonesia cenderung  mengalami  peningkatan.    Pada  tahun 2014, Komnas HAM mencatat 74 kasus intoleransi yang dilaporkan ke pos pengaduan Desk KBB. Di tahun 2015, jumlah pengaduan meningkat menjadi 87  kasus.  Sedangkan  pada  tahun  2016,  kasus intoleransi  yang  dilaporkan  lebih  besar dibandingkan  tahun  sebelumnya,  yaitu  hampir mencapai  100  kasus.

·       Bentuk intoleran yang terjadi di Indonesia ada berbagai macam bentuk, antara lain melarang aktivitas keagamaan, merusak rumah  ibadah,  diskriminasi  atas  dasar  keyakinan atau  agama,  tindakan  intimidasi , dan  pemaksaan keyakinan.

·       Konsep  toleransi  telah  muncul  sejak  beberapa abad yang lalu. Menurut Walzer (dalam Verkuyten dan  Yogesswaran,  2017),  secara  historis  konsep toleransi merupakan usaha untuk mengatasi dampak bahaya  dan  kekerasan  dari  konflik  agama.

·       Pada masa  sekarang,  term  toleransi  tidak  lagi  dimaknai sebagai toleransi dalam konteks agama saja, namun meluas  yang  meliputi  orientasi  politik,  keragaman etnis  dan  ras,  isu  gender,  LGBT,  euthanasia  serta aborsi.

·       Secara garis besar, Vogt (dalam Doorn, 2012)  menggolongkan  toleransi  dalam  tiga  tipe, yaitu: 1) toleransi politik (political tolerance), yang berarti  toleransi  terhadap  aksi-aksi/tindakan  di ruang  publik  seperti  memberikan  pidato, demonstrasi,  menyebarkan  brosur/leaflet, mengorganisasikan  pertemuan  dan  rapat,  dan  lain sebagainya.  Toleransi  tipe  ini  concern  dengan dukungan  terhadap  kebebasan  masyarakat  sipil, terutama  dukungan  kepada  kelompok-kelompok yang  tidak  disukai  atau  tidak  popular;  2)  toleransi moral  (moral  tolerance),  yaitu  toleransi  terhadap tindakan-tindakan/aksi  yang  dilakukan  di  ruang privat, yang biasanya tipe ini bersifat kontorversial, seperti  seksualitas,  pornografi,  homoseksual  dan aborsi;    dan  3)  toleransi  sosial  (social  tolerance), merujuk  pada  penerimaan  terhadap  karakteristik- karakteristik  orang  yang  diperoleh sejak lahir  atau diperoleh  sejak  awal  proses  sosialisasi.  Contoh toleransi tipe ini yaitu warna kulit, bahasa, dll.

Metode

·       Merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian.

·       Subjek penelitian dipilih dengan menggunakan teknik purposif sampling (menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian) dengan karakater; jenis kelamin laki-laki dan perempuan, latar belakang pendididikan mulai dari SMP dan berusia dari 17 tahun.

·       Validitas dan reliabilitas informasi yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner di area Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek). Jumlah responden yang terlibat dalam penelitian ini sejumlah 99 orang. Uji realibilitas pada skala toleransi ini menggunakan koefisien Alpha Cronbach.

Hasil

·       Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien reliabilitas skala toleransi ini tergolong kurang baik dan terdapat 8 buah item yang tidak valid. Terdapat beberapa aspek yang menyebabkan indeks reliabilitas dan item pada skala ini kurang baik.

·       Jumlah subyek penelitian yang kurang dan tidak merepresentasikan populasi. Seperti terlihat di tabel 2, jumlah subyek penelitian sebanyak 99 responden. Dari total responden tersebut, subyek penelitian mayoritas berdomisili di Tangerang Selatan (53,5 %) dan berusia antara 16-20 tahun (52,5%).

·       Terdapat item kuesioner yang ambigu dan kurang bisa dipahami oleh subyek seperti item nomor 8 (Saya menjadi jengkel bila ada gangguan dan kekacauan), nomor 11 (Budaya dan tradisi suku saya tidak lebih baik dari pada budaya dan suku tradisi yang lain), nomor 19 (Di media massa, semua pendapat dan opini bisa dimuat dan ditayangkan).

Diskusi

·       Ternyata indeks reliabilitas skala masih bisa dikatakan kurang baik dan ada 8 item yang kurang valid untuk mengukur kunstruk toleransi.

·       Perlu dilakukan beberapa upaya perbaikan dan penyesuaian agar skala tadi dapat digunakan dengan lebih maksimal untuk memahami dan mengukur toleransi di Indonesia dengan berbagai cara seperti berikut, memperbanyak jumlah subjek, memilih karakteristik subjek yang sesuai dan proporsional, merevisi  item  yang  kurang  baik,  melakukan wawancara  elisitasi  mengenai konsep  toleransi kepada   beberapa   responden,   dan   bila   perlu mengelaborasi  teori-teori  tentang  toleransi  yang sesuai  dengan    konteks  sosial-budaya  masyarakat Indonesia.

·       Toleransi hadir tidak hanya berharap sebagai sebatas ambang antara ada dan tidak. Toleransi harus berwujud, muncul ke permukaan dengan sebaik-baik menghargai perbedaan. Jadi tak hanya sebatas teori, namun juga implementasi tanpa memprovokasi pihak dan kepentingan golongan manapun.

 

 

0 komentar:

Posting Komentar