Rabu, 20 September 2023

POLUSI UDARA DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEHIDUPAN 
Essay Pengganti Pertemuan Ke-2 

DIANA WIDIASTUTI 
NIM : 22310410034 
Mata Kuliah : Psikologi Lingkungan 
Dosen Pengampu : Dr. Dra. Arundanti Shinta, MA. 
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta


World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa polusi udara adalah pencemaran lingkungan di dalam atau di luar ruangan oleh bahan kimia, fisik, atau biologis apapun yang mengubah karakteristik alami atmosfer. Dikutip dari laman resminya, WHO menyatakan bahwa alat rumah tangga, kendaraan, industri, dan kebakaran hutan adalah sumber utama polusi udara. Partikel, karbon monoksida, ozon, nitrogen dioksida, dan sulfur dioksida adalah polutan yang berdampak pada kesehatan. Polusi udara luar dan dalam ruangan menyebabkan penyakit pernapasan dan masalah kesehatan lain, serta menjadi faktor utama morbiditas dan mortalitas.

Hampir semua orang di seluruh dunia (99%) menghirup udara yang tercemar dan melampaui batas pedoman WHO, terutama di negara berpenghasilan rendah dan menengah, seperti Indonesia. Polusi udara berasal dari faktor alam, seperti erupsi gunung berapi, kebakaran hutan, dan mikroorganisme, yang menghasilkan asap, debu, dan gas. Selain itu, polusi udara juga bisa disebabkan oleh perilaku manusia. Manusia juga berkontribusi terhadap polusi udara melalui berbagai aktivitas seperti berikut:

1.       Pembakaran, seperti membakar sampah, dalam rumah tangga, oleh kendaraan bermotor, dan industri, menghasilkan polutan seperti asap, debu, grit, dan gas seperti CO (karbon monoksida) dan NO (nitrogen monoksida).

2.       Peleburan. Proses peleburan juga berkontribusi, seperti dalam pembuatan baja, soda, semen, keramik, dan aspal. Proses ini menghasilkan debu, uap, dan berbagai jenis gas.

3.       Aktivitas pertambangan dan penggalian menghasilkan debu sebagai polutan utamanya.

4.       Proses pengolahan dan pemanasan, seperti dalam industri makanan, pemrosesan daging, ikan, atau penyamakan, juga berdampak. Polutan yang muncul meliputi asap, debu, dan bau yang bervariasi.

5.       Pembuangan limbah, baik dari industri maupun rumah tangga, melibatkan gas seperti hidrogen sulfida (H2S) yang menciptakan bau busuk.

6.       Proses kimia, seperti dalam pemurnian minyak bumi atau pengolahan mineral, menghasilkan debu, uap, dan gas sebagai polutan umumnya.

7.       Proses pembangunan, termasuk konstruksi gedung atau jalan, juga mengemisikan polutan seperti asap dan debu.

8.       Proses percobaan atom atau nuklir, gas dan debu radioaktif menjadi polutan utama.
Selain itu, adapun ciri-ciri pencemaran udara sebagai berikut:

1.       Kadar karbon dioksida tinggi

Udara tercemar memiliki kadar karbon dioksida yang tinggi, mengakibatkan kesulitan bernapas dan rasa sesak napas.

2.       Berwarna

Udara yang tercemar akan terlihat berwarna hitam keabu-abuan karena campuran zat-zat polutan berbahaya.

3.       Berbau

Udara tercemar memiliki bau yang tidak sedap dan dapat menyebabkan kesulitan bernapas, berbeda dengan udara segar yang bebas dari bau.

4.       Pengap

Udara yang tercemar dapat membuat lingkungan terasa pengap karena suhu meningkat akibat campuran gas hasil pembakaran dan pembuangan.

5.       Iritasi mata

Udara tercemar dapat menyebabkan mata menjadi merah dan teriritasi karena adanya zat-zat polutan yang membahayakan kesehatan.

(Sumber: https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6882533/polusi-udara-definisi-penyebab-dan-karakteristik.)

Yogyakarta sedang mengalami darurat sampah karena Tempat Pemrosesan Akhir atau TPA Regional Piyungan tak bisa beroperasi optimal. Akibatnya, banyak warga yang kalang kabut mengelola sampahnya. Tumpukan sampah muncul di banyak tempat dan sebagian warga nekat membakar sampah sehingga menimbulkan polusi udara. Pembakaran sampah dilakukan warga di kampung-kampung meskipun padat penduduk. Sungguh membahayakan, terutama bagi lansia dan bayi yang masih rentan terhadap penyakit infeksi saluran pernafasan.

Saya sebagai pengelola sekolah PAUD telah menghimbau orangtua/wali untuk menjauhkan anak-anak dari lingkungan tempat warga yang membakar sampah, jika tidak terlalu dibutuhkan, lebih baik anak diajak bermain di dalam rumah saja. Selain itu saya menghimbau kepada orangtua/wali agar anak-anak mengenakan masker saat datang dan pulang dari sekolah.

Saya telah berkoordinasi dengan Komite Sekolah dalam mengatasi darurat sampah ini. Hasil koordinasi tersebut antara lain, anak-anak tidak lagi mengenakan diaper sekali pakai, orangtua dan guru sama-sama berusaha memberikan toilet training untuk anak, sampah-sampah bungkus snack atau susu yang dibawa anak, akan diolah di rumah masing-masing, dan sekolah rutin menjadi nasabah bank sampah.



0 komentar:

Posting Komentar