KARAKTERISTIK
SAMPAH SUNGAI DAN PERILAKU MASYARAKAT PESISIR TERHADAP SAMPAH PLASTIK: STUDI
KASUS DI SUNGAI PANGARENGAN, KABUPATEN CIREBON
Psikologi Lingkungan
Essay 1 Meringkas Jurnal
Dosen Pengampu : Dr., Dra. Arundati Shinta MA
Afizain Azidzaki
Naufal Cahyadi Putra
21310410186
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45
YOGYAKARTA
Topik |
Perilaku masyarakat, pencemaran
sungai, sampah plastik |
Sumber |
Evi, F. Ayu. D.W., & Dwiyitno.
(2023). Karakteristik Sampah Sungai dan Perilaku Masyarakat Pesisir Terhadap
Sampah Plastik: Studi Kasus di Sungai Pengarengan, Kabupaten Cirebon. Jurnal
Ilmu Lingkungan. 21(1), 2023, 76-85. |
Permasalahan |
Masalah penggunaan plastik yang
terus meningkat namun tidak diikuti dengan pengelolaan atau penanganan yang
tepat sehingga menyebabkan sampah plastik yang berasal dari darat masuk ke
badan sungai kemudian berakhir di wilayah pesisir dan mencemari lingkungan. |
Tujuan
Penelitian |
Menganalisis karakteristik sampah plastik dan kelimpahannya di wilayah pesisir yang berasal dari sungai Menganalisis hubungan antara aspek pengetahuan dan sikap dengan perilaku masyarakat terkait dengan sampah plastik yang mencemari lingkungan |
Isi |
Penggunaan plastik berkembang dengan pesat sejak ditemukan
pada tahun 1950-anproduksi meningkat drastis dari 0,5 juta ton di tahun 40-an
menjadi 550 juta ton di tahun 2018 (Jeyasanta et al., 2020). Sayangnya,
kebanyakan plastik tidak dapat terurai secara alami dan pada akhirnya harus
didaur ulang, dihancurkan atau dibuang. Kabupaten Cirebon merupakan bagian
dari wilayah pantai utara Jawa yang memiliki aktivitas ekonomi kemaritiman
yang tinggi. Data timbulan sampah provinsi Jawa Barat tahun 2020 mencatat
bahwa jumlah timbulan sampah tahunan Kabupaten Cirebon menduduki peringkat
ke-4 di Jawa Barat, sebesar 477.442,72 ton (SISPN Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan, 2020). Alasan mengapa masyarakat pesisir
sering merusak lingkungan pesisir adalah kurangnya pengetahuan masyarakat
tentang kebijakan wilayah pesisir, rendahnya tingkat pendidikan, sifat
karakter masyarakat, dan tekanan pada biaya hidup. Menurut data Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) per tahun 2021, kebijakan dan aturan
yang telah diterapkan oleh pemerintah untuk mengurangi konsumsi plastik baru
terbatas pada pengurangan penggunaan plastik sekali pakai berupa kantong
plastik dan sedotan yang diujicobakan di 41 daerah dan Kabupaten Cirebon tidak
termasuk dalam daftar tersebut. Manusia merupakan salah satu
komponen biosfer dimana aspek pengetahuan, sikap, bersama dengan keterlibatan
emosional sebagai suatu kompleksitas yang disebut “kesadaran pro lingkungan”
memiliki tanggungjawab memberikan kontribusi maksimal untuk menciptakan
kondisi zero plastic, clean, dan green environment sebagai makhluk hidup yang
ramah lingkungan. |
Metode |
Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah non probability sampling, yaitu suatu metode
penentuan sampel dengan mengambil responden yang kebetulan berada di suatu
tempat sesuai dengan konteks penelitian Metode yang digunakan adalah
kelimpahan pelepasan sampah dan puing-puing sampah dikumpulkan di dua titik
sampling dengan menggunakan jaring yang memiliki ukuran mata jaring 5cm,
dipasang pada waktu pagi hari sesuai lebar sungai. |
Hasil |
1. Hasil penelitian menunjukkan total
kelimpahan puing sampah sungai adalah 13.200 ± 1.678 item dan 14.976 ± 1.772
item. Kelimpahan puing sampah sungai tertinggi adalah bungkus sampah plastik
tipis sebanyak 47% dan 46%, diikuti kayu ranting (39% dan 33%), styrofoam
(3,6% dan 5,5%), sedotan (1,8% dan 2,2%), gelas plastik (1,5% dan 2,6%),
kotak makanan, peralatan plastik, dll (1,4% dan 1,6%), serta plastik lainnya
(2,2% dan 2,3%). 2. Analisis statistik Kruskal Wallis
menunjukkan tidak terdapat perbedaan rata-rata yang siginifikan pada
kelimpahan total puing sampah sungai di kedua titik sampling p= 0,875 (p>
0,05). Hasil evaluasi perilaku masyarakat menunjukkan bahwa aspek pengetahuan
memiliki kategori penilaian sangat baik (4,08), aspek sikap dengan kategori
kurang baik (2,89), dan aspek perilaku dengan kategori baik (3,88). 3. Analisis korelasi Pearson menunjukan terdapat hubungan
positif yang kuat (r= 0,664) dan signifikan (0,000) antara aspek pengetahuan
dengan perilaku, kemudian aspek sikap dengan perilaku mempunyai hubungan
positif yang sangat lemah (r=0,183) dan signifikan (0,028). 4. Dari hasil pengamatan, mereka
tidak segan untuk membuang sampah (bungkus makanan dan botol minuman) ke
sungai atau bahkan meninggalkannya di lokasi |
Diskusi |
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh pada keikutsertaan dalam kegiatan mengelola sampah, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah memberi informasi dan pembinaan. Rendahnya tingkat pendidikan juga cenderung membuat masyarakat tidak tertarik untuk mencoba hal-hal baru terutama dalam hal pemilahan dan daur ulang sampah. Faktor lain yang dapat
menyebabkan seseorang tidak bersikap pro-lingkungan adalah kurangnya
fasilitas tempat sampah. |
0 komentar:
Posting Komentar