Kamis, 21 September 2023

PSI.LINGKUNGAN E1 MERINGKAS JURNAL oleh AFIZAIN AZIDZAKI NAUFAL C.P

 

KARAKTERISTIK SAMPAH SUNGAI DAN PERILAKU MASYARAKAT PESISIR TERHADAP SAMPAH PLASTIK: STUDI KASUS DI SUNGAI PANGARENGAN, KABUPATEN CIREBON

 

Psikologi Lingkungan Essay 1 Meringkas Jurnal

Dosen Pengampu : Dr., Dra. Arundati Shinta MA 


Afizain Azidzaki Naufal Cahyadi Putra

21310410186

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PROKLAMASI 45

YOGYAKARTA

 

Topik

Perilaku masyarakat, pencemaran sungai, sampah plastik

Sumber

Evi, F. Ayu. D.W., & Dwiyitno. (2023). Karakteristik Sampah Sungai dan Perilaku Masyarakat Pesisir Terhadap Sampah Plastik: Studi Kasus di Sungai Pengarengan, Kabupaten Cirebon. Jurnal Ilmu Lingkungan. 21(1), 2023, 76-85.

Permasalahan

Masalah penggunaan plastik yang terus meningkat namun tidak diikuti dengan pengelolaan atau penanganan yang tepat sehingga menyebabkan sampah plastik yang berasal dari darat masuk ke badan sungai kemudian berakhir di wilayah pesisir dan mencemari lingkungan.

Tujuan Penelitian

    Menganalisis karakteristik sampah plastik dan kelimpahannya di wilayah pesisir yang berasal dari sungai

       Menganalisis hubungan antara aspek pengetahuan dan sikap dengan perilaku masyarakat terkait dengan sampah plastik yang mencemari lingkungan

 

 

 

 

 

 

 

Isi

    Penggunaan plastik berkembang dengan pesat sejak ditemukan pada tahun 1950-anproduksi meningkat drastis dari 0,5 juta ton di tahun 40-an menjadi 550 juta ton di tahun 2018 (Jeyasanta et al., 2020). Sayangnya, kebanyakan plastik tidak dapat terurai secara alami dan pada akhirnya harus didaur ulang, dihancurkan atau dibuang.

       Kabupaten Cirebon merupakan bagian dari wilayah pantai utara Jawa yang memiliki aktivitas ekonomi kemaritiman yang tinggi. Data timbulan sampah provinsi Jawa Barat tahun 2020 mencatat bahwa jumlah timbulan sampah tahunan Kabupaten Cirebon menduduki peringkat ke-4 di Jawa Barat, sebesar 477.442,72 ton (SISPN Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2020).

        Alasan mengapa masyarakat pesisir sering merusak lingkungan pesisir adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kebijakan wilayah pesisir, rendahnya tingkat pendidikan, sifat karakter masyarakat, dan tekanan pada biaya hidup.

Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) per tahun 2021, kebijakan dan aturan yang telah diterapkan oleh pemerintah untuk mengurangi konsumsi plastik baru terbatas pada pengurangan penggunaan plastik sekali pakai berupa kantong plastik dan sedotan yang diujicobakan di 41 daerah dan Kabupaten Cirebon tidak termasuk dalam daftar tersebut.

Manusia merupakan salah satu komponen biosfer dimana aspek pengetahuan, sikap, bersama dengan keterlibatan emosional sebagai suatu kompleksitas yang disebut “kesadaran pro lingkungan” memiliki tanggungjawab memberikan kontribusi maksimal untuk menciptakan kondisi zero plastic, clean, dan green environment sebagai makhluk hidup yang ramah lingkungan.

Metode

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability sampling, yaitu suatu metode penentuan sampel dengan mengambil responden yang kebetulan berada di suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian

Metode yang digunakan adalah kelimpahan pelepasan sampah dan puing-puing sampah dikumpulkan di dua titik sampling dengan menggunakan jaring yang memiliki ukuran mata jaring 5cm, dipasang pada waktu pagi hari sesuai lebar sungai.

Hasil

1.  Hasil penelitian menunjukkan total kelimpahan puing sampah sungai adalah 13.200 ± 1.678 item dan 14.976 ± 1.772 item. Kelimpahan puing sampah sungai tertinggi adalah bungkus sampah plastik tipis sebanyak 47% dan 46%, diikuti kayu ranting (39% dan 33%), styrofoam (3,6% dan 5,5%), sedotan (1,8% dan 2,2%), gelas plastik (1,5% dan 2,6%), kotak makanan, peralatan plastik, dll (1,4% dan 1,6%), serta plastik lainnya (2,2% dan 2,3%).

2.  Analisis statistik Kruskal Wallis menunjukkan tidak terdapat perbedaan rata-rata yang siginifikan pada kelimpahan total puing sampah sungai di kedua titik sampling p= 0,875 (p> 0,05). Hasil evaluasi perilaku masyarakat menunjukkan bahwa aspek pengetahuan memiliki kategori penilaian sangat baik (4,08), aspek sikap dengan kategori kurang baik (2,89), dan aspek perilaku dengan kategori baik (3,88).

3.   Analisis korelasi Pearson menunjukan terdapat hubungan positif yang kuat (r= 0,664) dan signifikan (0,000) antara aspek pengetahuan dengan perilaku, kemudian aspek sikap dengan perilaku mempunyai hubungan positif yang sangat lemah (r=0,183) dan signifikan (0,028).

4.  Dari hasil pengamatan, mereka tidak segan untuk membuang sampah (bungkus makanan dan botol minuman) ke sungai atau bahkan meninggalkannya di lokasi

Diskusi

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh pada keikutsertaan dalam kegiatan mengelola sampah, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah memberi informasi dan pembinaan

Rendahnya tingkat pendidikan juga cenderung membuat masyarakat tidak tertarik untuk mencoba hal-hal baru terutama dalam hal pemilahan dan daur ulang sampah. 

Faktor lain yang dapat menyebabkan seseorang tidak bersikap pro-lingkungan adalah kurangnya fasilitas tempat sampah.

0 komentar:

Posting Komentar