MENGELOLA SAMPAH SKALA RUMAH TANGGA SECARA
MANDIRI BERBASIS “ZERO WASTE”
Psikologi
Lingkungan
Essay 1 :
Meringkas Jurnal Pengelolaan Sampah
Afini Musyarofah.J
22310410113
Dosen Pengampu : Dr., Dra. Arundati Shinta,
MA
Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Topik |
Pengelolaan Sampah, Zero Waste, Sampah, Rumah Tangga |
Sumber |
Widiarti, Ika Wahyuning. (2012). Pengelolaan Sampah
Berbasis “Zero Waste” Skala Rumah Tangga Secara Mandiri. Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan. 4(2), Juni 2012, 101-113 |
Permasalahan |
Sampah terus meningkat seiring bertambahnya populasi
dan gaya hidup seseorang. Hal ini juga
mempengaruhi ketersediaan lahan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang jadi
semakin cepat penuh dan akhirnya tidak mampu lagi menampung jumlah sampah
yang terus menumpuk. Sampah-sampah ini tidak terkelola dengan baik karena
rendahnya teknologi pengelolaan sampah dan rendahnya infrastruktur yang ada
menyebabkan permasalahan sampah yang cukup rumit. Selain itu, kesadaran dan
peran masyarakat dalam mengelola sampah yang masih sangat minim menambah
rumitnya permasalahan sampah ini. |
Tujuan Penelitian |
Sebagai upaya untuk menekan peningkatan jumlah sampah
hingga nol sampah yang akan masuk ke TPA. |
Isi |
∙
Hasil sampah rumah
tangga jika dilihat berdasarkan jumlah anggota keluarga yang rata-rata
terdiri dari 3-6 orang. Maka, setiap orang menyumbang sampah sebanyak 0.5
kg/hari maka setiap rumah akan menghasilkan sampah 1,5-3 kg/hari. Sampah ini
ada yang organik, anorganik dan sampah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya).
Sampah organik adalah yang paling banyak dihasilkan, yaitu sekitar 70% dari
sisa makanan, sisa potongan sayur dan buah atau sampah dari hasil menyapu
halaman. Sampah anorganik ada sekitar 28% yang dihasilkan dari sampah kertas,
plastik, kaca dan kain. Sedangkan sampah B3 ada sekitar 2% yang dihasilkan
dari lampu bohlam/neon dan batu baterai. Dengan keberagaman sampah inilah
maka, diperlukan teknik pengelolaan sampah yang baik agar dapat mengurangi jumlah
sampah yang akan dibuang ke TPA. ∙
Pengelolaan sampah zero waste adalah cara mengelola
sampah dengan melakukan pemilikan, pengomposan, dan pengumpulan barang layak
jual. Tujuannya agar jumlah sampah yang masuk ke TPA bisa seminimal mungkin,
bahkan bisa jadi nol. ∙
Dalam rumah tangga
pengelolaan sampah harus dilakukan oleh seluruh anggota keluarga agar dapat
berjalan dengan baik. Cara memudahkan dalam pengelolaan sampah itu adalah
dengan menyediakan 2 tempat sampah
untuk yang organik (basah) dan anorganik (kering). ∙
Pengelolaan sampah
organik secara mandiri. Sampah yang sudah dipilah menjadi sampah basah dan
kering kemudian dilakukan pengomposan untuk sampah basah dalam alat komposter
dan pengumpulan sampah layak jual untuk sampah kering. Sampah organik yang
sudah menjadi kompos dapat digunakan sebagai pupuk tanaman agar tumbuh subur. ∙
Pengelolaan sampah
anorganik dikelola oleh pihak ketiga seperti pemulung, pengusaha daur ulang,
tukang loak dan bank sampah. Dan hampir semua sampah anorganik memiliki nilai
jual. Sehingga jika menjualnya maka, bisa mendapatkan nilai tambah ekonomi. ∙
Pengelolaan sampah
B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya) dalam rumah tangga tidak boleh asal-asalan.
Cara mengelola sampah B3 ini adalah dengan menyimpan selama maksimal 90 hari
dan ditandai khusus bahwa sampah tersebut adalah sampah B3 agar petugas
Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) tahu. Kemudian sampah itu diangkut
ke (TPS) terdekat kemudian barulah diangkut e TPA oleh petugas kebersihan. ∙
Pengelolaan sampah
di skala rumah tangga bisa diinisiasi oleh salah satu anggota keluarga yang
bertindak sebagai agent of change (agen
perubahan). ∙
Faktor-faktor yang
mempengaruhi partisipasi pemilahan sampah dalam rumah tangga antara lain
adalah; pendidikan, jenis kelamin dan persepsi individu. Semakin tinggi
pendidikan semakin baik persepsi seseorang terhadap kebersihan sehingga
semakin tinggi kemampuan memilah sampahnya. Sedangkan untuk jenis kelamin
maka, perempuan lebih tinggi kemampuannya dalam memilah sampah dibanding
laki-laki. |
Metode |
∙
Menggunakan metode
penelitian deskriptif analisis karena berusaha mengidentifikasi ,
menganalisis dan mencari alternatif pemecahan masalahnya dengan memberikan
deskripsi upaya pengelolaan sampah pada skala rumah tangga. ∙
Sumber datanya
diperoleh dari data sekunder berupa jurnal ilmiah, buku teks dan data lainnya
yang berkaitan. |
Hasil |
∙
Pengelolaan sampah
rumah tangga berbasis zero waste
secara mandiri diawali melakukan pemilahan jenis sampah, pengomposan sampah
organik (basah) dan pengumpulan sampah anorganik layak jual. ∙
Ada 3 cara untuk
mengelola sampah anorganik yang layak jual, yaitu; diberikan kepada pemulung,
dijual ke tukang loak, atau ditabung di bank sampah. ∙
Agar pengelolaan
sampah berbasis zero waste secara
mandiri dirumah tangga bisa berhasil maka, diperlukan adanya agent of charge sekaligus block leader yang dapat memberikan
informasi dan motivasi pada anggota keluarga. |
Diskusi |
∙
Pengelolaan sampah
berbasis zero waste sebetulnya
sangat mudah dilakukan yaitu dengan menerapkan prinsip Reduce, reuse, recycle (3R). ∙
Adanya bank sampah
di lingkungan sekitar memudahkan masyarakat dalam mengamalkan prinsip zero waste pada skala rumah tangga.
Terlebih bank sampah juga bisa menjadi tambahan pendapat ekonomi. ∙
Tingkat pendidikan
maupun jenis kelamin seharusnya bukan menjadi sebab untuk tidak mengelola
sampah. Karena dalam isu-isu lingkungan hidup tidak ada yang namanya gender stereotype . |
0 komentar:
Posting Komentar