Topik | Pengelolaan sampah, Kesehatan Lingkungan |
Sumber | Vol. 1, No. 1, April 2021, Hal. 62-70 DOI: doi.org/10.31849/pengmaskesmas.v1i1/5516. Peningkatan Pengetahuan dan Kesadaran Masyarakat tentang Pengelolaan Sampah dengan Pesan Jepapah. Jurnal Pengabdian Kesehatan Masyarakat (Pengmaskesmas) |
Permasalahan | kurangnya pengetahuan warga Situ Pladen tentang jenis dan pengelolaan sampah, kurangnya kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah, hampir seluruh informan memiliki pendidikan terakhir SMP, tidak tersedianya tempat penampungan sampah sementara, kurangnya fasilitas pengangkut sampah ke TPA, tidak tersedianya tempat sampah di depan rumah warga, kurangnya SDM untuk mengangkut sampah, tidak adanya sosialisasi kebijakan terkait pengelolaan sampah dan kurangnya keterpaparan informasi mengenai pengelolaan sampah. |
Tujuan penelitian | Untuk meningkatkan kesadaran serta pemahaman warga mengenai Pengelolaan Sampah Mandiri dan Penjemputan Sampah Terpilah |
Isi | · Pada tahun 2016, jumlah timbulan sampah di Indonesia mencapai 65,2 juta ton per tahun (Badan Pusat Statistik, 2018). Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada tahun 2020 timbulan sampah di Indonesia sudah mencapai 72 juta ton per tahun. Belum semua sampah sudah terkelola dengan baik, masih ada sekitar 36% atau sekitar 9 juta ton sampah yang tidak terkelola setiap tahunnya. Jenis sampah yang mendominasi timbulan sampah di Indonesia adalah sampah rumah tangga, yaitu 32,5% (KLHK, 2020). Pulau Jawa yang di dalamnya memiliki kawasan megapolitan Jabodetabek, merupakan daerah yang menghasilkan sampah paling banyak di Indonesia dengan 21,2 ton sampah per tahunnya yang didominasi oleh sampah rumah tangga, yaitu sekitar 44,5% (Handono, 2010) · Sampah yang tidak tertangani dengan baik akan menimbulkan kerusakan di lingkungan, menimbulkan bau serta berisiko menimbulkan penyakit. Kerusakan lingkungan akibat sampah dapat terjadi dimulai dari sumber sampah. Kota Jakarta sebagai Ibu Kota Indonesia sudah mampu mengangkut 100% sampahnya dari sampah yang dihasilkan (KLHK, 2019). Sedangkan Kota Depok yang merupakan salah satu daerah di kawasan Jabodetabek memproduksi 1.307 ton sampah per hari dan yang tertangani hanya 850 ton sampah per harinya (Badan Perencanaan Pembangunan dan Penelitian Pengembangan Daerah, 2019). Akibatnya, sampah yang tidak tertangani tersebut akan mencemari lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. · Pengelolaan sampah menjadi masalah bagi Pemerintah Kota Depok. Sebagian besar sampah tidak tertampung di TP A dan banyak sampah yang dibuang di sembarang tempat, salah satunya di Situ. Kota Depok sendiri memiliki 25 Situ yang berfungsi sebagai irigasi lokal, perikanan, sanitasi, pengendali air , air minum, industri dan rekreasi (BPPT , 2011). Salah satu Situ yang sempat bermasalah dan menjadi tempat pembuangan sampah adalah Situ Pladen yang terletak di Beji, Kota Depok. Akibat sampah yang mencemari Situ Pladen, kualitas air di sana menjadi sangat buruk dan mengandung limbah beracun serta sampah menjadi menumpuk sehingga dapat menyebabkan banjir serta membahayakan kesehatan (Badan Perencanaan Pembangunan dan Penelitian Pengembangan Daerah Kota Depok, 2019). Oleh karena itu, perlu adanya intervensi guna memperbaiki dan menjaga kelestarian dari Situ Pladen. · Kesadaran masyarakat dalam menjaga Situ Pladen dipengaruhi oleh banyak faktor . Apabila menggunakan pendekatan teori Lawrence Green, yang menjelaskan bahwa perilaku ditentukan atau dibentuk dari beberapa faktor, diantaranya: (1.) Faktor Pendorong (predisposing factor). Faktor pendorong merupakan faktor yang berasal dari dalam individu yang memberikan alasan atau motivasi untuk perilaku tersebut (Green dan Kreuter, 2005). Faktor ini meliputi pengetahuan, sikap, pendidikan, pekerjaan, status ekonomi (Damayanti, 2017). (2.) Faktor Pendukung (enabling factor). Faktor pendukung merupakan anteseden untuk perubahan perilaku atau lingkungan yang memungkinkan motivasi atau kebijakan terkait lingkungan untuk direalisasikan (Green dan Kreuter, 2005). Faktor pendukung dapat mempengaruhi perilaku secara langsung maupun tidak langsung melalui lingkungan (Gielen et al, 2008). Faktor pendukung dapat meliputi ketersediaan sarana dan prasarana (Lestari, 2015; Priyoto, 2018), dan keterpaparan informasi (Nurhadyana, 2012). (3.) Faktor penguat (reinforcing factor). Faktor penguat merupakan faktor yang mengikuti perilaku yang memberikan penghargaan atau insentif berkelanjutan untuk ketekunan atau pengulangan perilaku (Green dan Kreuter, 2005). Faktor penguat mencakup petugas kesehatan, tokoh masyarakat, atau orang yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan (Nurdina, 2008), adanya kebijakan dan peran tokoh masyarakat (Lestari, 2015; Priyoto, 2018). |
Metode | · peneliti melakukan penelitian kuantitatif menggunakan kuesioner untuk mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh terhadap kesadaran warga Situ Pladen dalam melakukan pengelolaan sampah. Adapun sampel yang diambil merupakan sampel minimal, yaitu 30 responden. · Metode dalam kegiatan intervensi ini dimulai dari analisis situasi dan menentukan prioritas masalah. Kemudian melakukan pengembangan instrumen dengan menggunakan kuesioner tentang pengelolaan sampah yang baik dan benar. Setelah itu melakukan survey determinan yang mempengaruhi perilaku pengelolaan sampah. Sasaran dari kegiatan intervensi ini adalah warga di sekitar Situ Pladen. Lokasi yang digunakan untuk melangsungkan intervensi berada di Situ Pladen, Jalan Ridwan Rais, Kecamatan Beji, Kota Depok, dan dilaksanakan pada 28 Januari hingga 28 Februari 2021. · Kegiatan intervensi dilakukan dengan pemberian poster kepada 30 responden. Setelah kegiatan intervensi dilakukan, diberikan post-test untuk mengukur tingkat pengetahuan responden dan mengetahui hasil yang diperoleh.
|
Hasil | Intervensi yang dilakukan berupa pemberian edukasi dengan media poster dan stiker mengenai pengelolaan sampah. Sebelumnya, responden diminta untuk mengisi pre test dan setelah diberikan edukasi responden diminta untuk mengisi post test. Hal tersebut dilakukan untuk mengukur peningkatan pengetahuan warga Situ Pladen mengenai pengelolaan sampah. Intervensi diberikan kepada seluruh responden secara door to door sehingga tidak ada perkumpulan warga. Hal lain yang juga dilakukan adalah memberikan tempat sampah kepada responden yang merupakan warga Situ Pladen sebanyak 3 (tiga) buah sebagai sarana untuk warga melakukan pemilahan sampah secara mandiri. Kemudian, memberikan tempat sampah besar kepada petugas kebersihan di Situ Pladen sebagai sarana untuk menampung sampah yang sudah dipilah sementara sebelum dibawa ke TP A. Berdasarkan hasil pre dan post test, terdapat peningkatan pengetahuan warga Situ Pladen sebesar 42,6% setelah dilakukan intervensi berupa pemberian edukasi mengenai pengelolaan sampah. |
Dikusi | · pendidikan kesehatan mempunyai peranan penting dalam mendorong perilaku sehingga menimbulkan perilaku positif dari masyarakat. karena melalui pendidikan, manusia mengetahui dan sadar akan bahaya sampah terhadap lingkungan, terutama bahaya pencemaran terhadap kesehatan manusia. · Dalam mengubah kebiasaan masyarakat diperlukan keterlibatan dari semua pihak, salah satunya adalah dukungan atau kebijakan pemerintah mengenai sampah (UU nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah). · Kesadaran masyarakat terhadap kebijakan mengenai sampah, akan membantu dalam upaya pengelolaan masyarakat. |







0 komentar:
Posting Komentar