Endy Zhuans Saputra
Nim : 22310410071
Dosen Pengampu : Dr., Dra. Arundati Shinta,MA
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YK
|
Topik |
HUBUNGAN
ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN BURNOUT PADA KARYAWAN RUMAH SAKIT |
|
Sumber |
Rabiatul
Adawiyah, Jacobus
Belida Blikololong (2018) HUBUNGAN ANTARA
DUKUNGAN SOSIAL DAN BURNOUT PADA KARYAWAN RUMAH SAKIT. Jurnal
Psikologi Volume 11 No.2, Desember 2018 |
|
Permasalahan |
Para karyawan di rumah sakit sangat rentan mengalami
kelelahan karena mereka harus melayani pasien sepanjang waktu, mulai dari
pagi hingga malam, dengan berbagai macam jenis penyakit dan kondisi pasien
yang berbeda-beda. Selain itu, kurangnya waktu istirahat juga dapat
memperburuk situasi. Jika mereka terus menerus bekerja dalam kondisi seperti
itu, kemungkinan besar mereka akan mengalami stres yang berujung pada
burnout. Oleh karena itu,dukungan sosial sangat dibutuhkan untuk mengurangi
risiko burnout pada karyawan rumah sakit. |
|
Tujuan Penelitian |
Untuk
mengetahui hubungan antara dukungan sosial dan kelelahan kerja pada karyawan
rumah sakit di tangerang |
|
Isi |
Kelelahan kerja adalah kondisi kelelahan fisik, mental,
dan emosional yang muncul sebagai konsekuensi dari ketidaksesuaian antara
kondisi karyawan dengan pekerjaannya (lingkungan dan desain pekerjaan).
Sejauh ini fenomena kelelahan kerja masih belum mendapat perhatian serius
dari pihak manajemen organisasi, meskipun sudah banyak hasil penelitian yang
memperlihatkan bahwa kelelahan kerja menurunkan efektivitas organisasi
(Gunarsa, 2004). Menurut Maslach, Schaufeli dan Lieter (dalam Dedju & Hastjarjo, 2012). Kelelahan kerja merupakan fenomena yang tidak terpisahkan dari stres kerja yang banyak ditemukan pada profesi melayani manusia, yaitu profesi yang bergerak pada bidang jasa pelayanan kemanusian yang menuntut keterlibatan emosi yang tinggi. Beberapa penelitian telah dilakukan mengenai kelelahan kerja yang dialami pada beberapa profesi yang berkaitan dengan pelayanan jasa pada manusia, antara lain pada psikolog klinis, tenaga pengajar, pekerja sosial, pekerja industri, karyawan rumah sakit, dokter, dan perawat. Menurut Demerouti dkk Kondisi ini dikarenakan mereka dihadapkan pada kebutuhan untuk menjalin hubungan emosional dengan pasien yang sedang sakit dan memperlakukan dengan baik dan kesulitan dalam menghadapi klien-klien dan perilaku klien. Data dari website BMJ open, menurut Chou, Hu & Li
(2013) menyatakan bahwa kelelahan kerja pada profesi kesehatan yang berada di
rumah sakit regional Taiwan. Kelelahan kerja tertinggi terjadi pada perawat
sejumlah 66%, asisten dokter 61.8%, dokter 38.6%, staf administrasi 36.1% dan
teknisi medis 31.9%. Golembiewsky, (dalam Andarika, 2004) mengatakan bahwa akibat dari kelelahan kerja dapat muncul dalam bentuk berkurangnya
kepuasan kerja, memburuknya kinerja, dan produktivitas rendah. Apapun
penyebabnya, munculnya kelelahan kerja berakibat kerugian di pihak karyawan
maupun organisasi. |
|
Metode |
Metode penelitian kuantitatif |
|
Hasil |
Hasil akhir diperoleh nilai r = - 0,601 dengan nilai
signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,01) ,terdapat hubungan negatif yang signifikan antara
dukungan sosial dan burnout. Hasil ini
menunjukkan ada hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial dan
burnout. semakin tinggi dukungan sosial maka semakin rendah burnout, dan
sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial maka semakin tinggi burnout yang
dialami. Dengan demikian, hipotesis pada penelitian ini diterima. |
|
Diskusi |
Hubungan dukungan sosial dan burnout pada karyawan
menjadi perhatian khusus,hal ini dikarenakan pekerjaan yang mereka lakukan
dari pagi hingga malam yang nyaris diluar kemampuan mereka,tak hanya perihal
tenaga yang dikeluarkan lebih namun juga kesehatan mental dan kesabaran dan
ketekunan,sehingga dukungan sosial dari lingkungan dan orang terdekat dinilai
menjadi faktor penting untuk kesejahteraan karyawan di rumah sakit. |






0 komentar:
Posting Komentar