Kamis, 04 Mei 2023

Essay 3 Meringkas Jurnal : FAKTOR PSIKOLOGIS DAN SOSIOLOGIS KEMUNCULAN ALIRAN SESAT ALIRAN QURANIYAH DI JAWA BARAT

 

FAKTOR PSIKOLOGIS DAN SOSIOLOGIS KEMUNCULAN ALIRAN SESAT ALIRAN QURANIYAH DI JAWA BARAT

Vina Anggraini Yosi Ningrum

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Dr.,Dra.ARUNDATI SHINTA MA

 

Topik

aliran sesat, aliran Quraniyah, konsep teologis.

Sumber

Syarif,dede & Fakhruroji, Moch (2017). FAKTOR PSIKOLOGIS DAN SOSIOLOGIS KEMUNCULAN ALIRAN SESAT ALIRAN QURANIYAH DI JAWA BARAT. Al-Tahrir, Vol. 17, No. 1 Mei 2017 : 49-76.

Permasalahan

fenomena kemunculan aliran sesat di Indonesia lebih banyak disikapi dengan pendekatan teologis. Namun demikian, masalah kemunculan aliran sesat tidak hanya dapat dilihat sebagai masalah penyimpangan atau penistaan agama, tetapi juga masalah sosial dan psikologis.

Tujuan penelitian

Tulisan ini mendeskripsikan kemunculan aliran sesat dengan dua latar belakang tersebut dengan menjadikan aliran Quraniyah di Jawa Barat

isi

Kemunculan paham atau aliran keagamaan baru bukan merupakan fenomena baru dan tidak hanya terjadi di Indonesia saja. Secara historis, agama-agama besar di dunia telah menghadapi persoalan terkait munculnya paham dan aliran baru yang menyimpang dari ajaran utama. Dalam konteks masyarakat cutting edge, munculnya aliran agama berkaitan dengan peningkatan kebutuhan otherworldly sebagai salah satu hak asasi manusia. Kemunculan aliran-aliran agama baru ini bahkan sampai pada bentuk-bentuk yang tidak masuk akal, seperti seks bebas, telanjang massal, hiper-poligami massal, dan bunuh diri masal. Secara teoretis, paham atau aliran keagamaan adalah “pandangan atau doktrin teologis tertentu atas suatu agama.” Dalam Oxford English Word reference, ajaran sesat )blasphemy) adalah “pandangan atau doktrin teologis atau keagamaan yang dianggap berlawanan atau bertentangan dengan keyakinan, atau sistem keagamaan manapun, yang dianggap ortodoks atau ajaran yang benar. Anomali yang dimaksud adalah terjadinya abnormalitas pada masyarakat. Abnormalitas ini dapat berbentuk demograis, sosial, maupun psikologis.10 Abnormalitas perilaku seseorang tidak dapat diukur hanya dengan satu kategori atau kriteria tertentu sebab banyak dijumpai seorang individu dengan kategori ordinary dalam kepribadian, namun menunjukkan perilaku anomalous dalam pengertian sosial dan ethical. Sebuah paham dan aliran keagamaan baru dapat dinyatakan sebagai sesat apabila mengacu pada satu kumpulan kriteria tertentu. Dalam beberapa kasus yang melibatkan umat Islam, kriteria yang disusun MUI menjadi semacam indikator untuk menentukan apakah sebuah paham atau aliran pemikiran itu sesat atau tidak. Secara praktis, MUI merumuskan bahwa sebuah aliran sesat dapat dilihat melalui penyimpangan dari dasar-dasar Islam dengan sepuluh kriteria, antara lain: )1( Mengingkari salah satu rukun iman dan rukun islam, )2( Meyakini atau mengikuti aqidah yang tidak sesuai dengan dalil syar’i, )3( Meyakini turunnya wahyu sesudah al-Qur`an, )4( Mengingkari otentisitas dan kebenaran al-Qur`an, )5( Menafsirkan al-Qur`an tidak berdasar kaidah-kaidah tafsir, )6( Mengingkari kedudukan hadis Nabi sebagai sumber ajaran Islam, )7( Menghina, melecehkan, dan/atau merendahkan Nabi dan Rasul, )8( Mengingkari Nabi Muhammad Saw. sebagai Nabi dan Rasul terakhir, )9( Mengubah, menambah, dan mengurangi pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan syari’at, dan )10( Mengkairkan sesama muslim tanpa dalil syar’i. Namun demikian patut diakui bahwa terdapat banyak konteks yang menjadi penyebab munculnya paham atau aliran keagamaan yang dipandang sesat. Konteks latarbelakang sosial, psikologis, dan dinamika yang dialami tokoh dan pimpinan aliran dan paham tersebut layak pula menjadi pertimbangan lebih mendalam. Connoly dalam karyanya “Aneka Pendekatan Studi Agama” )1999(, menyebutkan beberapa pendekatan dalam memahami fenomena agama, mulai dari antropologis, feminis, fenomenologis, ilosois, psikologis, soiologis, hingga teologis. Connoly dalam karyanya “Aneka Pendekatan Studi Agama” )1999(, menyebutkan beberapa pendekatan dalam memahami fenomena agama, mulai dari antropologis, feminis, fenomenologis, ilosois, psikologis, soiologis, hingga teologis

metode

menggunakan studi kasus ,penelitian ini dilakukan di wilayah Kecamatan Cipeundeuy, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Penggunaan studi kasus bertujuan untuk membuat gambaran tentang sebuah fenomena sehingga fokus penelitian ini bukan pada Aliran Quraniyah sebagai aliran sesat, tetapi lebih menjadikannya sebagai instrumen untuk memahami fenomena yang boleh jadi juga muncul di tempat lain. Meskipun aliran ini berkembang secara terbatas di wilayah Kecamatan Cipeundeuy, namun mendapat respon dan reaksi publik di wilayah Bandung secara luas setelah penanganan ormas-ormas Islam dan MUI setempat terhadap aliran ini. Popularitas Aliran Quraniyah semakin luas setelah pendiri aliran ini, yakni Rohmansyah, menyampaikan ajakan dan ajarannya secara on discuss di acara keagaman pada sebuah radio di Bandung.

hasil

Aliran Quraniyah didirikan oleh Rohmansyah. Ia merupakan seorang peternak ikan di Kampung Banjarsari, RT 01/07, Desa Nyenang Kec. Cipeundeuy, Kab. Bandung Barat. Secara geograis, Cipeundeuy merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Bandung Barat. Wilayah ini dilintasi Sungai Citarum yang membentang dari utara hingga selatan. Meskipun aliran ini bernama Quraniyah, namun sama sekali tidak ada kaitannya dengan mushaf al-Quran. Quraniyah dalam hal ini adalah paham, gagasan, pendapat dan tafsiran Rohmansyah yang didapatnya dari Jibril. Menurutnya, pernyataan yang selama ini disampaikan kepada keluarganya merupakan solusi terhadap persoalan yang dilihat dan dihadapinya dalam kehidupan seharihari. Dia mengistilahkan pendapatnya tersebut sebagai “zakat”, Penyebutan Quraniyah terhadap aliran ini pada awalnya diberikan oleh sejumlah elemen ormas Islam yang melakukan investigasi pada ajaran Rohmansyah karena Rohmanysah meyakini bahwa ajaran yang diterimanya dari Jibril merupakan wahyu sebagaimana yang dialami Nabi Muhammad

diskusi

Berbeda dengan pendekatan sosiologis yang lebih mengungkapkan aspek eksternal dari fenomena agama, pendekatan psikologis mengungkap dimensi psikis, seperti emosi, pengalaman individual dan kejiwaan dalam pengalaman keagamaan manusia. Dalam ranah kajian psikologi ada dua wilayah berbeda terkait pembahasan agama. Pertama ada psikologi agama (brain research of religion) dan psikologi keagamaan (devout brain research). Aspek-aspek psikologis pemimpin sekte dan aliran sesat menjadi hal yang krusial dalam memahami fenomena aliran sesat. Sebuah overview yang dilakukan oleh American Psychiatric Affiliation menunjukkan bahwa dalam sejumlah kelompok agama baru atau aliran-aliran otherworldly baru terdapat unsur-unsur psikopatologi dari para pemimpin dan penganutnya. Beberapa gejala yang ditemukan beberapa gangguan kepribadian seperti; halusinasi dan atau fancy

 

0 komentar:

Posting Komentar