FAKTOR
PSIKOLOGIS DAN SOSIOLOGIS KEMUNCULAN ALIRAN SESAT ALIRAN QURANIYAH DI JAWA
BARAT
Vina
Anggraini Yosi Ningrum
Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Dr.,Dra.ARUNDATI SHINTA MA
| Topik | aliran sesat, aliran Quraniyah, konsep
  teologis. | 
| Sumber | Syarif,dede & Fakhruroji,
  Moch (2017). FAKTOR PSIKOLOGIS DAN SOSIOLOGIS KEMUNCULAN ALIRAN SESAT ALIRAN
  QURANIYAH DI JAWA BARAT. Al-Tahrir, Vol. 17, No. 1 Mei 2017 : 49-76. | 
| Permasalahan | fenomena kemunculan
  aliran sesat di Indonesia lebih banyak disikapi dengan pendekatan teologis.
  Namun demikian, masalah kemunculan aliran sesat tidak hanya dapat dilihat
  sebagai masalah penyimpangan atau penistaan agama, tetapi juga masalah sosial
  dan psikologis.  | 
| Tujuan penelitian | Tulisan ini
  mendeskripsikan kemunculan aliran sesat dengan dua latar belakang tersebut
  dengan menjadikan aliran Quraniyah di Jawa Barat  | 
| isi | Kemunculan paham atau
  aliran keagamaan baru bukan merupakan fenomena baru dan tidak hanya terjadi
  di Indonesia saja. Secara historis, agama-agama besar di dunia telah
  menghadapi persoalan terkait munculnya paham dan aliran baru yang menyimpang
  dari ajaran utama. Dalam konteks masyarakat cutting edge, munculnya aliran
  agama berkaitan dengan peningkatan kebutuhan otherworldly sebagai salah satu
  hak asasi manusia. Kemunculan aliran-aliran agama baru ini bahkan sampai pada
  bentuk-bentuk yang tidak masuk akal, seperti seks bebas, telanjang massal,
  hiper-poligami massal, dan bunuh diri masal. Secara teoretis, paham atau
  aliran keagamaan adalah “pandangan atau doktrin teologis tertentu atas suatu
  agama.” Dalam Oxford English Word reference, ajaran sesat )blasphemy) adalah
  “pandangan atau doktrin teologis atau keagamaan yang dianggap berlawanan atau
  bertentangan dengan keyakinan, atau sistem keagamaan manapun, yang dianggap
  ortodoks atau ajaran yang benar. Anomali yang dimaksud adalah terjadinya
  abnormalitas pada masyarakat. Abnormalitas ini dapat berbentuk demograis,
  sosial, maupun psikologis.10 Abnormalitas perilaku seseorang tidak dapat
  diukur hanya dengan satu kategori atau kriteria tertentu sebab banyak
  dijumpai seorang individu dengan kategori ordinary dalam kepribadian, namun
  menunjukkan perilaku anomalous dalam pengertian sosial dan ethical. Sebuah
  paham dan aliran keagamaan baru dapat dinyatakan sebagai sesat apabila mengacu
  pada satu kumpulan kriteria tertentu. Dalam beberapa kasus yang melibatkan
  umat Islam, kriteria yang disusun MUI menjadi semacam indikator untuk
  menentukan apakah sebuah paham atau aliran pemikiran itu sesat atau tidak.
  Secara praktis, MUI merumuskan bahwa sebuah aliran sesat dapat dilihat
  melalui penyimpangan dari dasar-dasar Islam dengan sepuluh kriteria, antara
  lain: )1( Mengingkari salah satu rukun iman dan rukun islam, )2( Meyakini
  atau mengikuti aqidah yang tidak sesuai dengan dalil syar’i, )3( Meyakini
  turunnya wahyu sesudah al-Qur`an, )4( Mengingkari otentisitas dan kebenaran
  al-Qur`an, )5( Menafsirkan al-Qur`an tidak berdasar kaidah-kaidah tafsir, )6(
  Mengingkari kedudukan hadis Nabi sebagai sumber ajaran Islam, )7( Menghina,
  melecehkan, dan/atau merendahkan Nabi dan Rasul, )8( Mengingkari Nabi
  Muhammad Saw. sebagai Nabi dan Rasul terakhir, )9( Mengubah, menambah, dan
  mengurangi pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan syari’at, dan )10(
  Mengkairkan sesama muslim tanpa dalil syar’i. Namun demikian patut diakui
  bahwa terdapat banyak konteks yang menjadi penyebab munculnya paham atau
  aliran keagamaan yang dipandang sesat. Konteks latarbelakang sosial,
  psikologis, dan dinamika yang dialami tokoh dan pimpinan aliran dan paham
  tersebut layak pula menjadi pertimbangan lebih mendalam. Connoly dalam
  karyanya “Aneka Pendekatan Studi Agama” )1999(, menyebutkan beberapa
  pendekatan dalam memahami fenomena agama, mulai dari antropologis, feminis,
  fenomenologis, ilosois, psikologis, soiologis, hingga teologis. Connoly dalam
  karyanya “Aneka Pendekatan Studi Agama” )1999(, menyebutkan beberapa
  pendekatan dalam memahami fenomena agama, mulai dari antropologis, feminis,
  fenomenologis, ilosois, psikologis, soiologis, hingga teologis | 
| metode | menggunakan studi
  kasus ,penelitian ini dilakukan di wilayah Kecamatan Cipeundeuy, Kabupaten
  Bandung Barat, Jawa Barat. Penggunaan studi kasus bertujuan untuk membuat
  gambaran tentang sebuah fenomena sehingga fokus penelitian ini bukan pada
  Aliran Quraniyah sebagai aliran sesat, tetapi lebih menjadikannya sebagai
  instrumen untuk memahami fenomena yang boleh jadi juga muncul di tempat lain.
  Meskipun aliran ini berkembang secara terbatas di wilayah Kecamatan
  Cipeundeuy, namun mendapat respon dan reaksi publik di wilayah Bandung secara
  luas setelah penanganan ormas-ormas Islam dan MUI setempat terhadap aliran
  ini. Popularitas Aliran Quraniyah semakin luas setelah pendiri aliran ini,
  yakni Rohmansyah, menyampaikan ajakan dan ajarannya secara on discuss di
  acara keagaman pada sebuah radio di Bandung. | 
| hasil | Aliran Quraniyah
  didirikan oleh Rohmansyah. Ia merupakan seorang peternak ikan di Kampung
  Banjarsari, RT 01/07, Desa Nyenang Kec. Cipeundeuy, Kab. Bandung Barat.
  Secara geograis, Cipeundeuy merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Bandung
  Barat. Wilayah ini dilintasi Sungai Citarum yang membentang dari utara hingga
  selatan. Meskipun aliran ini bernama Quraniyah, namun sama sekali tidak ada
  kaitannya dengan mushaf al-Quran. Quraniyah dalam hal ini adalah paham,
  gagasan, pendapat dan tafsiran Rohmansyah yang didapatnya dari Jibril.
  Menurutnya, pernyataan yang selama ini disampaikan kepada keluarganya
  merupakan solusi terhadap persoalan yang dilihat dan dihadapinya dalam
  kehidupan seharihari. Dia mengistilahkan pendapatnya tersebut sebagai
  “zakat”, Penyebutan Quraniyah terhadap aliran ini pada awalnya diberikan oleh
  sejumlah elemen ormas Islam yang melakukan investigasi pada ajaran Rohmansyah
  karena Rohmanysah meyakini bahwa ajaran yang diterimanya dari Jibril
  merupakan wahyu sebagaimana yang dialami Nabi Muhammad | 
| diskusi | Berbeda dengan
  pendekatan sosiologis yang lebih mengungkapkan aspek eksternal dari fenomena
  agama, pendekatan psikologis mengungkap dimensi psikis, seperti emosi,
  pengalaman individual dan kejiwaan dalam pengalaman keagamaan manusia. Dalam
  ranah kajian psikologi ada dua wilayah berbeda terkait pembahasan agama.
  Pertama ada psikologi agama (brain research of religion) dan psikologi
  keagamaan (devout brain research). Aspek-aspek psikologis pemimpin sekte dan
  aliran sesat menjadi hal yang krusial dalam memahami fenomena aliran sesat.
  Sebuah overview yang dilakukan oleh American Psychiatric Affiliation
  menunjukkan bahwa dalam sejumlah kelompok agama baru atau aliran-aliran
  otherworldly baru terdapat unsur-unsur psikopatologi dari para pemimpin dan
  penganutnya. Beberapa gejala yang ditemukan beberapa gangguan kepribadian
  seperti; halusinasi dan atau fancy | 
 
 






 
 
 
 
 
 
 
 
0 komentar:
Posting Komentar