KEYAKINAN
YANG MENDUKUNG TINDAK KEKERASAN PERUNDUNGAN 
BERDASARKAN PERSPEKTIF
PERBEDAAN JENIS KELAMIN
Afini
Musyarofah.J
22310410113
Mahasiswa
Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Dr.,Dra.ARUNDATI SHINTA MA
| Topik | Analisis perbedaan jenis kelamin,
  keyakinan yang mendukung tindak perundungan di sekolah. | 
| Sumber | Borualogo, I.S.,
  Sulisworo, K. & Hedi, W. (2023). Keyakinan Yang Mendukung Tindak
  Kekerasan Perundungan Berdasarkan Perspektif Perbedaan Jenis Kelamin. Jurnal
  Psikologi Sosial, 21(01), 83-97. | 
| Permasalahan | Frekuensi
  terjadinya kasus perundungan di Indonesia yang tergolong cukup tinggi.
  meskipun demikian, Pemerintah Republik Indonesia telah menunjukkan keseriusan
  dalam menangani perundungan di sekolah melalui Permendikbud Nomor 82 tahun
  2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan
  Satuan Pendidikan. Namun, perundungan tetap cenderung mengalami peningkatan. | 
| Tujuan penelitian | Penelitian ini dilakukan
  untuk menganalisis kontribusi keyakinan yang mendukung tindak kekerasan terhadap
  tindakan perundungan pada siswa laki-laki dan siswa perempuan tingkat SD dan
  SMP. serta untuk mengisi kesenjangan informasi mengenai kontribusi keyakinan
  yang mendukung tindak kekerasan terhadap tindakan perundungan melalui perspektif
  perbedaan jenis kelamin, sehingga diharapkan dapat memberikan masukan berharga
  bagi orang tua dan guru dalam upaya prevensi tindakan perundungan di sekolah. | 
| Isi | ·        
  Perilaku perundungan adalah frekuensi individu
  melakukan tindakan perundungan secara berulang, yang terjadi karena adanya
  perbedaan kekuatan di antara pelaku dan korban. ·        
  karakteristik individu yang diuji pengaruhnya
  adalah jenis kelamin sebagai moderator terhadap keyakinan yang mendukung
  tindak kekerasan dan tindak perundungan baik secara fisik, verbal, maupun
  psikologis. ·        
  Siswa laki-laki lebih sering melakukan
  tindakan perundungan dibandingkan siswa perempuan.  ·        
  Secara signifikan menunjukkan bahwa keyakinan
  yang mendukung tindak kekerasan fisik, verbal, dan psikologis pada siswa
  laki-laki lebih tinggi daripada keyakinan yang mendukung tindak kekerasan
  pada siswa perempuan. ·        
  Perundungan verbal di sekolah merupakan perundungan
  yang paling sering terjadi, karena pada umumnya guru menilai bahwa mengejek
  sesama siswa adalah bentuk candaan padahal bagi siswa ejekan ini merupakan
  bentuk perundungan karena mereka jadi sakit hati. | 
| Metode | ·      
  Penelitian ini merupakan penelitian non- eksperimental
  yang mengkaji kontribusi dari keyakinan yang mendukung tindak kekerasan terhadap
  perilaku perundungan (fisik, verbal, dan psikologis) pada siswa SD dan siswa
  SMP yang dianalisis berdasarkan perbedaan jenis kelamin. ·      
  Subjek penelitian terdiri dari 11 SD dan 10
  SMP dengan Sampel representatif dari siswa SD kelas 4, 5, dan 6, serta siswa
  SMP kelas 7, 8, dan 9 di Kota Bandung. Total sampel sebanyak 1,539 siswa dan
  diambil melalui teknik sampling klaster berstrata yang diambil secara acak. ·      
  Metode pengambilan Informasi mengenai
  keyakinan yang mendukung tindak kekerasan diukur menggunakan Beliefs
  Supporting of Violence yang dikembangkan oleh Bosworth et al. (1999) dan
  telah diterjemahkan ke dalam konteks Indonesia dengan mengikuti prosedur
  adaptasi alat ukur seperti dijelaskan oleh Borualogo et al.(2019). Alat ukur
  ini terdiri dari 6 pertanyaan, yaitu ; 1.      
  Jika saya menghindar dari perkelahian, saya
  akan dianggap pengecut/penakut,  2.      
  Tidak apa-apa jika memukul seseorang yang
  memukul kamu duluan,  3.      
  Jika anak lain mengganggu saya, saya biasanya
  tidak dapat menyuruhnya berhenti kecuali saya memukulnya,  4.      
  Jika saya menolak untuk berkelahi, teman-teman
  akan menganggap bahwa saya penakut,  5.      
  Saya tidak perlu berkelahi, karena ada
  cara-cara lain untuk mengatasi kemarahan,  6.       Jika
  saya mau, saya biasanya dapat membicarakan asal muasal penyebab masalahnya
  dengan seseorang yang mengajak saya berkelahi. Dengan memilih 5 skala jawaban pada setiap pertanyaan, yaitu; Sangat
  Tidak setuju = 1, Tidak setuju = 2, Agak tidak setuju = 3, Setuju = 4 dan
  Sangat setuju = 5 Skala jawaban bersifat terbalik untuk pertanyaan nomor 5
  dan 6. Semakin tinggi skor mengindikasikan semakin kuatnya keyakinan siswa
  dalam mendukung tindak kekerasan. ·      
  Metode pengambilan data mengenai Perilaku
  perundungan diukur menggunakan alat ukur yang dikembangkan oleh Cole et al.
  (2006) dan telah diadaptasi ke dalam konteks Indonesia dengan mengacu pada
  prosedur adaptasi alat ukur lintas budaya (Borualogo et al., 2019). Alat ukur
  ini terdiri dari 10 pertanyaan, yaitu:  1.      
  Saya memukul anak lain secara sengaja 2.      
  Saya menendang anak lain secara sengaja 3.      
  Saya menarik anak lain dengan kasar secara
  sengaja 4.      
  Saya mendorong anak lain secara sengaja 5.      
  Saya mengancam untuk menyakiti anak lain 6.      
  Saya mengancam untuk mengambil barang-barang
  anak lain 7.      
  Saya berkata kasar kepada anak lain 8.      
  Saya mengejek anak lain dengan panggilan yang
  buruk 9.      
  Saya melarang anak lain untuk berteman dengan
  anak tertentu 10.   Saya
  menghalangi anak lain untuk bergabung dengan kegiatan yang saya lakukan. Terdapat
  empat pilihan skala untuk menjawab, yaitu; Tidak pernah = 1, Sekali = 2, dua
  atau tiga kali = 3, dan Lebih dari tiga kali = 4. Skor yang tinggi
  mengindikasikan frekuensi yang lebih sering dalam melakukan tindakan
  perundungan. Pertanyaan nomor 1 hingga nomor 4 merupakan tindakan perundungan
  fisik, pertanyaan nomor 5 sampai nomor 8 merupakan tindakan perundungan
  verbal, sedangkan pertanyaan nomor 9 dan 10 merupakan tindakan perundungan
  psikologis. ·      
  Analisis data menggunakan regresi linier
  dengan PROCESS v4.1 untuk menguji jenis kelamin sebagai variabel moderator
  terhadap keyakinan yang mendukung tindak kekerasan dan tindakan perundungan,
  dan analisis Deskriptif yang menyajikan frekuensi tindakan perundungan serta
  nilai rerata (M) dan Standard Deviation (SD) untuk melihat signifikansi
  perbedaan kekuatan keyakinan yang mendukung tindak kekerasan pada kelompok
  siswa laki-laki dan siswa perempuan. | 
| Hasil | ·        
  Menunjukkan bahwa keyakinan yang mendukung
  tindak kekerasan memberikan kontribusi signifikan bagi individu dalam melakukan
  tindakan perundungan baik secara fisik, verbal, maupun secara psikologis. ·        
  Jenis kelamin tidaklah menjadi moderator atas
  keyakinan yang mendukung tindak kekerasan dan tindakan perundungan. ·        
  Hasil analisis menunjukkan bahwa kontribusi
  keyakinan yang mendukung tindak kekerasan hanya berkisar antara 1.4% hingga
  9.3%. Artinya, terdapat faktor-faktor lain yang memberikan kontribusi lebih
  besar bagi terjadinya tindakan perundungan di sekolah. ·        
  Studi yang dilakukan oleh Brewer et al. (2018)
  menunjukkan bahwa iklim sekolah menjadi prediktor perundungan di mana guru
  dan seluruh komponen sekolah perlu menciptakan rasa aman agar siswa terhindar
  dari rasa takut mendapatkan penyerangan. | 
| Diskusi | ·        
  Penelitian ini dibahas menggunakan pendekatan sosioekologi
  dari Bronfenbrenner (1979). Walaupun teori ini teori klasik, tetapi sering
  digunakan sebagai dasar teoretis dalam menjelaskan model pengaruh lingkungan terhadap
  individu di setiap level sistem yang berbeda untuk menjelaskan karakteristik individu
  yang berinteraksi dengan konteks lingkungan yang dapat meningkatkan atau mencegah
  tindakan perundungan (Hong & Espelage, 2012). ·        
  Guru perlu mengubah cara berinteraksi dengan
  siswa-siswi di sekolah dengan memberikan perhatian serius terhadap laporan
  yang disampaikan siswa terkait perundungan verbal, dan tidak menganggapnya
  hanya sekedar candaan saja. ·        
  Orang tua dan guru perlu memperhatikan secara
  serius perkiraan apa saja yang bisa menjadi penyebab terjadinya perundungan
  di sekolah, sehingga dapat dilakukan upaya untuk menekan angka kejadian
  perundungan dengan mempertimbangkan perbedaan jenis kelamin siswa. ·        
  Penelitian ini hanya menguji jenis kelamin
  sebagai moderator bagi kontribusi keyakinan yang mendukung tindak kekerasan
  terhadap tindakan perundungan, sehingga tidak dapat mengetahui faktor-faktor
  lain yang berkontribusi bagi terjadinya variasi tindakan perundungan pada
  siswa laki-laki dan siswa perempuan. | 
 

 






 
 
 
 
 
 
 
 
0 komentar:
Posting Komentar