Minggu, 14 Mei 2023

PENTINGNYA QUALITY TIME PADA SINGLE PARENT DENGAN ANAK

 

PENTINGNYA QUALITY TIME PADA SINGLE PARENT DENGAN ANAK

 

Ujian Tengah Semester Psikologi Sosial

 

Dosen Pengampu : Dr., Dra. Arundati Shinta, MA.



AUSTANIVA

22310410060

 

 

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

2023



Link Photo Challenge : https://www.instagram.com/p/CsN0VbVLlGW/



PENDAHULUAN


Beberapa orang memiliki stigma yang berbeda dalam mengartikan kebersamaan dalam keluarga. Keluarga yang tidak nampak utuh atau akur akan menjadi bahan perbincangan masyarakat yang ada di lingkungan sekitar. Ada beberapa orang yang hanya berfikir saat pulang kerja melihat anggota keluarg ayang lengkap berada di rumah itu sudah cukup memberikan kebahagiaan. Ada pula keluarga yang berfikir bahwa memiliki quality tme bersama keluarga itu sangat penting untuk mendekatkan hubungan dalam satu keluarga, walau  hanya sekedar makan bersama, olah raga bersama atau jalan-jalan bersama. Kebersamaan dalam suatu keluarga memberikan efek kebahagiaan tersendiri bagi seorang anak. Namun apa yang terjadi jika oang tua tidak tinggal bersama? Bagi seorang anak kehidupannya akan terasa pincang. Pengasuhan anak oleh single parent (orang tua tunggal ayah atau ibu) adalah suatu fenomena sosial yang saat ini banyak terjadi di masyarakat. Orang tua yang menjadi single parent sedikit demi sedikit harus dapat membimbing dan memotivasi anak, terutama dalam mendukung anak untuk bersosialisasi di lingkungan sekitarnya. Menjadi single parent harus peka terhadap kadar tekanan yang dialami oleh anak. Mengingat banyak terjadi anak dari hasil pola asuh single parent yang sangat minim sekali mendapatkan perharian dari orangtuanya menjadikan stigma masyarakat bahwa anak single parent cenderung berperilaku dan bersifat negatif. Namun ada pula anak single parent yang pada akhirnya berhasil melewati setiap tekanan dan memiliki kualitas yang unggul. Pola asuh yang tepat dan lebih memperhatikan anak dapat menjadi salah satu faktor keberhasilan single parent dalam mendidika anaknya, namun tentu hal itu tidak mudah dan membutuhkan perjuangan yang ekstra.

 


PERMASALAHAN


Dalam hal membangun quality time seorang single parent dengan anaknya tentu memiliki lebih banyak hambatan dan permasalahan ibandingkan dengan orang tua yang utuh. Hambatan dan permasalahan yang sering timbul adalah :

  • Single parent harus bekerja lebih keras karena sudah tidak memiliki pasangan sebagai penopang hidup.
  • Single parent yang mengalami trauma karena perpisahan dengan pasangan, baik itu  karena kematian maupun perceraian dituntut untuk tetap kuat bertahan agar dapat kembali hidup normal bersama anak.
  • Single parent dituntut untuk menjadi 2 sosok sekaligus untuk anak agar anak dapat tumbuh secara normal dan tidak kekurangan kasih sayang.
  • Single parent yang sibuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan financial keluarga menyebabkan waktu untuk anak menjadi kurang dan terkadang single parent tidak paham bagaimana keadaan anak yang sebenarnya.
  • Single parent yang memiliki pendidikan rendah cenderung tidak dapat menguasai keadaan dan membiarkan anak tumbuh tanpa diarahkan dengan benar.

 


PEMBAHASAN


Katono (dalam Prajipto, 2007) mengungkapkan bahwa keluarga sendiri merupakan lembaga paling utama serta paling bertanggungjawab di tengah masyarakat dalam menjamin kesejahteraan sosial dan kelestarian biologis anak manusia karena di tengah keluargalah anak manusia dilahirkan serta di didik sampai menjadi dewasa. Orang tua berkewajiban mempersiapkan tubuh, jiwa dan mental anak untuk menghadapi segala bentuk pergaulan yang ada di masyarakat, sehingga seorang anak dapat tumbuh dan berkembang baik dari segi psikologis maupun sosialnya. Memang, memberikan pendidikan, kasih sayang dan perhatian yang sempurna untuk anak adalah tugas yang tidak mudah, terutama bagi single parent yang kesehariannya juga dituntut untuk memenuhi kebutuhan financial.

 

Single parent yang benar-benar telah siap dengan konsekuensi akibat dampak perpisahan/kematian pasangan cenderung akan mendidik anak lebih tegas dan memiliki keinginan yang kuat dalam membentuk karakter positif anak. Anak yang di didik oleh single parent yang menerapkan aturan yang tidak merugikan salah satu pihak dan konsekuen cenderung menjadi anak yang tidak memiliki masalah dalam interaksi sosial dan akademiknya. Berbeda dengan anak yang di didik oleh  orang tua yang tidak siap menjadi single parent, pola asuh single parent yang tidak siap dengan status, tuntutan dan tanggung jawabnya akan menimbulkan dampak yang negatif terhadap perkembangan anak, seperti anak cenderung tidak suka/minder dalam bersosialisasi, tingkat prestasi anak kurang bagus, anak ketagihan gadget/game dan anak akan menjadi sosok pemberontak.


 

PENYELESAIAN


Quality time single parent dengan anak dapat dijadikan salah satu solusi untuk mendekatkan hubungan orang tua dengan anak. Single parent yang meluangkan waktu setidaknya untuk makan bersama anak, mengajari anak belajar, mengajak anak ke taman bermain saat akhir minggu dan mengajak anak beraktifitas bersama seperti memasak, olah raga atau liburan dapat meningkatkan kualitas hubungan. Single parent dengan anak akan merasa terhubung dan tidak ada sekat yang membatasi hubungan mereka. Hal lain yang perlu diterapkan oleh single parent adalah menerapkan aturan yang pasti dalam keluarga, single parent dan anak bisa membuat kesepakatan bersama seperti kapan waktu untuk boleh bermain gadgetgame, jam berapa maksimal single parent harus sudah di rumah, menentukan 1 hari khusus dalam 1 minggu untuk kegiatan bersama.


 

REFERENSI


Prajipto, Veronika. 2007. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola pengasuhan single parent mother. Skripsi. Universias Katholik Soegijapranata, Semarang

 

Shofi Nur Amalia. 2023. Resiliensi sosial pada anak single parent usia dasar. Volume 05, No. 02, Januari-Februari 2023



Related Posts:

0 komentar:

Posting Komentar