Budaya Jawa Gagal Mencegah 'Klithih'
Essay 1 Psikologi Sosial
Dosen Pengampu : Dr., Dra. Arundati Shinta, MA.
Novita Prabandari
22310410039
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Topik | |
Sumber | Suprapto, Sarwo. 2013. “Budaya Jawa Gagal Mencegah Klithih”. Kedaulatan Rakyat. 13 April 2023 halaman 11. |
Ringkasan | Rentetan kasus kriminal jalanan yang dilakukan oleh remaja, yang sering disebut klithih masih terus terjadi. Dan juga premanisme terselubung yang membuat otoritas ketertiban dan keamanan tak mampu berkutik. Pelaku klithih di Yogya mayoritas berasal dari keluarga jawa yang tinggal di Yogya dan bukan remaja dari luar Yogya. Secara teoritis, keluarga jawa adalah keluarga yang masih mengamalkan tata nilai budaya dan sosial Jawa. Walaupun Yogya mendapat predikat pusat budaya jawa, tak ada jaminan bahwa mayoritas keluarga jawa masih mengimplementasikan nilai-nilai budaya dan sosial Jawa. Terkadang nilai-nilai budaya dan sosial Jawa tadi gagal orang tua internalisasikan kepada putra putrinya. Para ahli ilmu sosial menengarai,perubahan sosial saat ini menimbulkan dampak yang begitu dahsyat. Khususnya keluarga-keluarga di lingkungan masyarakat tuban yang paling terkena dampak negatifnya. Dengan kemampuan ekonomi yang pas-pasan dan lingkungan yang kurang sehat, sementara gaya hidupnya yang ingin meniru kelompok sosial menegah atas membuat para orangtua kurang perhatian cukup untuk mendidik putra-putrinya. Implikasi selanjutnya, perkembangan kejiwaan, intelektual dan sosial sebagian generasi muda urban menegah ke bawah akan mengalami deviasi sosial. Kalau pada akhirnya upaya pelestarian pengembangan budaya Jawa di DIY gagal mencegah lahirnya perilaku asosial, mungkin strategi pelestarian dan pengembangannya masih perlu diperbaiki. |
Permasalahan | Salah satu faktor yang mempengaruhi kegagalan pemerintah dalam menangani klitih adalah kurangnya koordinasi antara pihak keamanan dan pemerintah. Polisi dan aparat keamanan seringkali bertindak sendiri-sendiri tanpa berkoordinasi dengan pihak lain, termasuk pihak pemerintah. Hal ini dapat memperburuk situasi dan memicu konflik yang lebih besar. Dengan kemampuan ekonomi pas-pasan dan lingkungan social kurang hangat, sementara gaya hidupnya ingin meniru kelompok social menengah ke atas, mayoritas orang tua keluarga kurang memiliki perhatian cukupuntuk mendidik putra-putrinya. Perkembangan kejiwaa, intelektual dan pola pergaulan cenderung kurang terperhatikan maksiamal. Kalau pada akhirnya upaya pelestarian pengembangan budaya jawa di DIY gagal mencegah lahirnya perilaku social generiasi muda, mungkin perkembangan kejiwaan, intelektual dan sosial sebagian generasi muda urban menegah kebawah tadi mengalami deviasi sosial. |
Opini Saya | Setelah melihat faktor-faktor diatas, kita juga patut bertanya. Hal apa saja sih yang sudah dilakukan pemerintah Jogjakarta dalam menangani kasus ini, dan apakah efektif dalam pelaksanaannya? Ada beberapa upaya yang harus di ambil oleh pemerintah untuk mengurangi terjadinya korban klitih. Hal-hal tersebut anatara lain sebagai berikut: · Komisi D menyarankan agar para pelajat tidak diperkenankan membawa kendaraan bermotor ke sekolah · Mengusulkan pemasangan CCTV yang disertai face recognition di setiap lampu merah yang ada · Adanya bimbingan konseling yang diberlakukan oleh lembaga-lembaga swadaya masyarakat kepada para remaja dan pelajar. |
0 komentar:
Posting Komentar