Sabtu, 04 Mei 2024

Memahami Dan Mengatasi Perilaku Abnormal: Kasus Pembunuhan Anak Oleh Ibu Kandung

Tugas Psikologi Abnormalitas

Dosen pengampu: FX. WAHYU WIDIANTORO S.Psi.

(Semester Genap 2023/2024)

Juliani Mariati Larosa (22310410072)

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta



Hubungan antara ibu dan anak dianggap sebagai salah satu ikatan paling mendasar karena dilandasi dengan kasih sayang, pengasuhan dan perlindungan. Namun, ketika ikatan ini dirusak oleh kekerasan yang dilakukan ibu terhadap anak, maka situasinya akan menjadi berubah, di mana seorang ibu melakukan kekerasan terhadap anaknya sendiri. Seperti peristiwa yang baru saja terjadi tepatnya di Cleveland, Ohio, Amerika Serikat (AS), di mana seorang ibu tega meninggalkan anaknya yang masih balita sendirian di rumah dan dia pergi berlibur selama 10 hari dengan teman prianya. Bahkan, lebih mengerikannya lagi balita yang berusia 16 bulan itu ditinggalkan bersama beberapa botol susu saja, dan akhirnya meninggal dunia.

Fenomena seperti ini merupakan spektrum perilaku menyimpang karena mencakup kekerasan fisik, penganiayaan yang dikontrol oleh emosi dan dilakukan oleh ibu kandung sendiri. Jika dilihat dari sudut pandang psikologis perilaku tersebut dapat ditinjau dan dipengaruhi oleh banyak sekali faktor. Faktor-faktor itu bisa saja terjadi karena dipengaruhi oleh riwayat trauma gangguan psikologis, stres, ketidakmampuan mengelola emosi atau kurangnya self control serta masalah-masalah yang berhubungan dengan interpersonal sang ibu. Hurlock penelitian Aroma dan Seminar (dalam Pusadan, 2021) menemukan bahwa individu dengan self control yang rendah senang melakukan resiko dan melanggar aturan tanpa memikirkan efek panjangnya, sebaliknya pada self control yang tinggi tentunya hal ini juga berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam berkomunikasi. Bisa diartikan bahwa perilaku agresi orang tua (dalam kasus ini adalah ibu) bisa diminimalisir jika self control tinggi. Sifat agresif mampu mendorong seseorang untuk berperilaku abnormal, sementara jika seseorang memiliki self control yang baik maka akan bisa mengurangi atau menekan dorongan untuk memenuhi kebutuhan agresinya dan membantu orang tersebut untuk merespon sesuai dengan norma yang berlaku. Pernyataan tersebut sama dengan ungkapan Risnawati dan Ghufron (dalam Pusadan, 2021) menyatakan bahwa self control merupakan usaha yang dilakukan untuk meminimalisir dampak negatif baik secara individu maupun kelompok dan lingkungannya akibat dari keterbatasan sumber daya yang dimilikinya.

Perilaku abnormal ini bisa muncul bukan karena tanpa sebab, namun dapat terjadi karena latar belakang pendidikan yang menyimpang, lingkungan yang tidak memadai akan berpengaruh pada pola asuh dan perilaku seseorang meliputi kelainan, Psikologi dan kejiwaan pelaku yang bisa mempengaruhi caranya berpikir dan bertindak dalam mengambil keputusan atau memecahkan masalah. Kondisi keluarga yang tidak harmonis merupakan salah satu stressor dari lingkungan yang bisa menyebabkan terjadinya tekanan dan mengakibatkan stres sehingga berdampak pada sikap dan akhirnya membuat keputusan untuk mencari ketenangan di luar lingkup keluarga. Perilaku abnormal ini bisa timbul sebagai bentuk trauma di masa lalu atau pengalaman buruk yang pernah dialami. Manifestasi perilaku abnormal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu:

1. Tekanan psikologis: Dari kasus baby jailyn, kemungkinan Candelario (ibunya) sedang mengalami tekanan psikologis. Terlihat dari perilaku kasarnya kepada bayi itu karena dari berita yang diposting ternyata menyatakan bahwa Candelario bukan cuman sekali meninggalkan bayinya itu namun sering dan lebih memilih pergi bekerja atau liburan dan memilih meninggalkan bayinya sendiri tanpa ada yang merawat. Biasanya perilaku ini muncul mungkin karena ibunya menderita trauma yang belum terselesaikan, gangguan psikologis, dan stres yang luar biasa sehingga memilih mekanisme penanggulangan yang maladaptif dan menimbulkan perilaku berbahaya.

2. Copping behavior atau keterampilan mengatasi masalah: hal ini berkaitan dengan kurangnya pengaturan emosi dan keterampilan dalam memecahkan masalah yang efektif dan dapat berkontribusi pada manifestasi perilaku kasar sebagai upaya yang salah arah untuk mengelola tantangan dan memicu stres pribadi. Terlihat bahwa Candelario sebelumnya merupakan ibu tunggal yang berusaha merawat anaknya karena telah ditinggalkan oleh suaminya. Kemungkinan Ibu ini sedang berusaha melawan emosi karena kewalahan untuk mengurus anak-anaknya (2 anak). Bahkan dikatakan bahwa ibu itu telah mencoba melukai dirinya sendiri pada awal tahun 2023, bahkan dia ternyata biasanya mengonsumsi obat antidepresan yang diberi oleh dokter ahli. Namun, Candelario memilih berhenti mengkonsumsi tanpa mengurangi dosisnya sehingga bisa memicu atau menyebabkan efek samping.

3. Gangguan mental: biasanya ibu yang melakukan penyiksaan terhadap anaknya mungkin mengalami gangguan mental seperti gangguan kepribadian, gangguan mood, atau gangguan stress pasca-trauma atau (PTSD). Hal ini terbukti ketika status Candelario diketahui, bahwa ternyata dia baru saja mengalami perceraian. Peristiwa ini mungkin membuat Dia sangat terpukul dan membuat mentalnya terganggu sehingga mempengaruhi kemampuannya untuk mengatasi stres dan konflik sehingga menyalurkan agresi pada anaknya.

Setelah mengenal dan memahami beberapa perilaku abnormal yang ditinjau dari kasus ini, kita tahu bahwa ternyata hal tersebut bisa timbul dari gangguan-gangguan psikologis yang pernah atau sedang terjadi. Sangat perlu pendekatan holistik yang mencakup berbagai layanan atau upaya perlindungan yang dibutuhkan dan diantaranya yaitu:

1. Dukungan terapi: memberikan intervensi psikologis yang disesuaikan untuk ibu berdasarkan pengalaman ataupun hal yang dirasakan, seperti terapi yang berfokus pada trauma, berfokus pada perilaku kognitif, dan program pendidikan orang tua yang bertujuan untuk mengatasi penyebab utama perilaku kasar atau agresi kepada anak.

2. Pelayanan sosial: hal ini mencakup memastikan akses terhadap sumber daya komunitas, untuk mendukung langkah-langkah keamanan sosial supaya bisa membantu keluarga (dalam kasus ini orang tua tunggal yaitu ibu kandungnya) untuk membantu menghadapi tantangan kompleks yang ditimbulkan oleh trauma, stres atau depresi agar bisa membina lingkungan keluarga yang sehat.

3. Perlindungan hukum: dalam hal ini bisa dilibatkan pihak keamanan seperti perlindungan hukum untuk menjamin keselamatan dan kesejahteraan anak, yang mencakup dukungan pemerintah seperti perlindungan anak, atau kunjungan yang diawasi serta upaya hukum lainnya yang sesuai untuk melindungi anak dari bahaya kekerasan.

Kesimpulannya, permasalahan kekerasan bahkan sampai pembunuhan kepada anak oleh orang tua dalam kasus ini adalah ibu mencakup banyak aspek dan menuntut pemahaman yang berbeda-beda dengan strategi intervensi. Nah, idealnya dengan mengenali faktor-faktor psikologis dari kekerasan yang dilakukan ibu terhadap anak dan meninjau intervensi komprehensif yang berpusat pada anak, diharapkan bisa memfasilitasi penyembuhan, dan mencegah keberlanjutan kasus penganiayaan bahkan sampai pada kematian. Melalui upaya kolaboratif dan juga multidisiplin, kemajuan dapat dicapai dalam mengatasi kekerasan pada ibu terhadap anak dan meningkatkan kesejahteraan anak-anak dan keluarga.

Daftar Pustaka

Mariana. (2024, Maret 26). Kronologi Baby Jaylin Tewas Ditelantarkan Ibu Kandung Liburan 10 Hari, Pelaku Divonis Seumur Hidup. https://banjarmasin.tribunnews.com/amp/2024/03/26/kronologi-baby-jaylin-tewas-ditelantarkan-ibu-kandung-liburan-10-hari-pelaku-divonis-seumur-hidup?page=3

Ningrum, Ayu, P.M. & Setiyanto, B. (2014). Analisis Tindak Pidana Pembunuhan Anak yang Dilakukan Oleh Ibu Kandung. Jurnal Universitas Sebelas Maret, 3(2), 133-141

Pusadan, Syah, R.F.A. (2021). Perilaku Agresi Orang Tua Terhadap Anak di Kota Makassar Ditinjau dari Self Control dan Kemampuan Komunikasi. Jurnal Psikologi, 19(1), 34-41

0 komentar:

Posting Komentar