Sabtu, 04 Mei 2024

Septi Iing Hijjriyah-22310410132-SP-Artikel 2 Psikologi Abnormalitas

Septi Iing Hijjriyah

22310410132

Psikologi Abnormalitas

Fx. Wahyu Widiantoro S.Psi., MA.


Rawan Cemas kala Skripsi, Implementasi Tawakal Jurus Jitu Coping Stress dalam Lingkup Psikologi Abnormalitas

 


Sejak dahulu kala, manusia memang identik dengan rasa cemas, ragu, khawatir, was-was, tidak percaya diri, dan kumpulan hal-hal negatif lainnya. Jika beberapa hal tadi mulai berlebih dan terjadi cukup lama karena adanya sebuah tekanan, maka mereka akan terakumulasi menjadi satu, akan meledak sewaktu-waktu, kemudian menjelma menjadi hal tak terduga yang mungkin di masa kini biasa kita menyebutnya sebagai, stress. Istilah yang tentu sudah familiar di telinga, namun bisa saja pemaknaannya masih kerap salah kaprah.

Dalam kasusnya, manusia zaman sekarang sangat mudah melontarkan istilah stress tanpa benar-benar paham pemaknaan yang sesungguhnya. Sebenarnya, stres merupakan bagian alami dan penting dari kehidupan, akan tetapi apabila berat dan berlangsung lama dapat merusak kesehatan kita. Itulah kenapa, stres termasuk dalam gangguan atau kondisi abnormal. Kemudian, bagaimana kita bisa membedakan mana kondisi yang layak disebut stres dan mana yang tidak? Kita langsung saja ambil contoh kasusnya yang diadopsi dari hasil penelitian skripsi Program Studi Tasawuf dan Psikoterapi Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah, Universitas Islam Negeri K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan.

Menurut hasil dalam skripsi tersebut, intensitas kasus mahasiswa akan cenderung merasa tertekan saat sampai di fase mengerjakan skripsi terbilang cukup sering. Timbul perasaan khawatir yang berlebihan, perasaan ragu-ragu dalam melakukan tindakan. Perasaan yang berlebihan tadi akan menguras tenaga yang sesuai pada gejala kecemasan. Mengapa demikian, karena dalam proses penyusunan skripsi sering kali menyita waktu dan pikiran hingga menjadikan mahasiswa merasa terbebani, belum lagi dalam menghadapi dosen pembimbing yang minta ini dan itu saat revisi. Oleh karena itu, mengerjakan skripsi dapat menjadi salah satu sumber kecemasan bagi mahasiswa, bahkan hingga dapat mengakibatkan stres. Selain skripsi, asal kecemasan lainnnya adalah tuntunan orang tua yang mengharuskan lulus secepatnya dan kurangnya informasi serta relasi, sehingga menyebabkan pergerakan menjadi terbatas.

Kemudian bagaimana bisa tawakal memiliki korelasi dengan ruang lingkup Psikologi dan Psikologi Abnormalitas?

Sebelumnya, mari pahami terlebih dahulu apa itu tawakal. Pada dasarnya, tawakal merupakan sikap berserah, pada siapa? Pada Allah. Kemudian bagaimana bisa cemas tadi dapat muncul? Karena ia terperdaya oleh dirinya sendiri, tidak yakin pada kemampuan yang ia punya, kemudian bisa saja tidak memiliki support social yang lebih mendukung. Setelah paham pemaknaan tawakal, mari beralih pada konsep tawakal itu sendiri. Konsep selalu akan berlawanan dengan hambatan, dan sikap kurangnya mengenal serta percaya pada kemampuan diri lah menjadi salah satu asbab terhambatnya sikap tawakal, kemudian berakhir dengan rasa khawatir dan cemas. Rasa cemas berlebih maupun stres tadi sikap abnormal, manusia harus melawannya dengan coping stres, bisa melalui diri sendiri maupun support social.

Salah satu coping stress yang berasal dari diri sendiri yaitu sikap penerimaan diri (self acceptance). Penerimaan ini didasarkan pada pujian yang relatif objektif terhadap talenta-talenta, kamampuan dan nilai umum yang unik dari seseorang, sebuah pengakuan realistik terhadap keterbatasan dan sebuah rasa puas yang penuh akan talenta maupun keterbatasan dirinya. Menurut Jersild (dalam Novira, 2016), penerimaan diri adalah kesediaan untuk menerima dirinya yang mencangkup keadaan fisik, psikologi sosial, dan pencapaian dirinya, baik kelebihan maupun kekurangan yang dimilikinya.

Dari uraian konsep di atas, dapat dikatakan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara tawakal dengan kondisi abnormalitas. Di mana semakin tinggi penerimaan diri, maka tingkat stres terutama disebabkan oleh skripsi akan cenderung rendah, kemudian tingkat tawakal atau sikap berserahnya akan meningkat karena konsep tawakal sendiri selalu percaya bahwa setiap yang terjadi telah diatur, kemudian skenario Allah tidak akan pernah gagal. Dari sana lah kemudian sikap berserah seseorang berangkat.

0 komentar:

Posting Komentar