Septi Iing Hijjriyah
22310410132
Psikologi
Abnormalitas
Fx. Wahyu Widiantoro S.Psi., MA.
Rawan Cemas kala Skripsi, Implementasi Tawakal Jurus Jitu Coping Stress
dalam Lingkup Psikologi Abnormalitas
Sejak dahulu
kala, manusia memang identik dengan rasa cemas, ragu, khawatir, was-was, tidak
percaya diri, dan kumpulan hal-hal negatif lainnya. Jika beberapa hal tadi mulai
berlebih dan terjadi cukup lama karena adanya sebuah tekanan, maka mereka akan terakumulasi
menjadi satu, akan meledak sewaktu-waktu, kemudian menjelma menjadi hal tak
terduga yang mungkin di masa kini biasa kita menyebutnya sebagai, stress. Istilah
yang tentu sudah familiar di telinga, namun bisa saja pemaknaannya masih kerap
salah kaprah.
Dalam kasusnya,
manusia zaman sekarang sangat mudah melontarkan istilah stress tanpa
benar-benar paham pemaknaan yang sesungguhnya. Sebenarnya, stres merupakan
bagian alami dan penting dari kehidupan, akan tetapi apabila berat dan
berlangsung lama dapat merusak kesehatan kita. Itulah kenapa, stres termasuk
dalam gangguan atau kondisi abnormal. Kemudian, bagaimana kita bisa membedakan
mana kondisi yang layak disebut stres dan mana yang tidak? Kita langsung
saja ambil contoh kasusnya yang diadopsi dari hasil penelitian skripsi Program
Studi Tasawuf dan Psikoterapi Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah,
Universitas Islam Negeri K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan.
Menurut hasil
dalam skripsi tersebut, intensitas kasus mahasiswa akan cenderung merasa
tertekan saat sampai di fase mengerjakan skripsi terbilang cukup sering. Timbul
perasaan khawatir yang berlebihan, perasaan ragu-ragu dalam melakukan tindakan.
Perasaan yang berlebihan tadi akan menguras tenaga yang sesuai pada gejala
kecemasan. Mengapa demikian, karena dalam proses penyusunan skripsi sering kali
menyita waktu dan pikiran hingga menjadikan mahasiswa merasa terbebani, belum
lagi dalam menghadapi dosen pembimbing yang minta ini dan itu saat revisi. Oleh
karena itu, mengerjakan skripsi dapat menjadi salah satu sumber kecemasan bagi
mahasiswa, bahkan hingga dapat mengakibatkan stres. Selain skripsi, asal
kecemasan lainnnya adalah tuntunan orang tua yang mengharuskan lulus secepatnya
dan kurangnya informasi serta relasi, sehingga menyebabkan pergerakan menjadi
terbatas.
Kemudian
bagaimana bisa tawakal memiliki korelasi dengan ruang lingkup Psikologi dan
Psikologi Abnormalitas?
Sebelumnya,
mari pahami terlebih dahulu apa itu tawakal. Pada dasarnya, tawakal merupakan
sikap berserah, pada siapa? Pada Allah. Kemudian bagaimana bisa cemas tadi
dapat muncul? Karena ia terperdaya oleh dirinya sendiri, tidak yakin pada
kemampuan yang ia punya, kemudian bisa saja tidak memiliki support social yang
lebih mendukung. Setelah paham pemaknaan tawakal, mari beralih pada konsep tawakal
itu sendiri. Konsep selalu akan berlawanan dengan hambatan, dan sikap kurangnya
mengenal serta percaya pada kemampuan diri lah menjadi salah satu asbab
terhambatnya sikap tawakal, kemudian berakhir dengan rasa khawatir dan cemas.
Rasa cemas berlebih maupun stres tadi sikap abnormal, manusia harus melawannya
dengan coping stres, bisa melalui diri sendiri maupun support social.
Salah satu
coping stress yang berasal dari diri sendiri yaitu sikap penerimaan diri (self
acceptance). Penerimaan ini didasarkan pada pujian yang relatif objektif
terhadap talenta-talenta, kamampuan dan nilai umum yang unik dari seseorang,
sebuah pengakuan realistik terhadap keterbatasan dan sebuah rasa puas yang
penuh akan talenta maupun keterbatasan dirinya. Menurut Jersild (dalam Novira,
2016), penerimaan diri adalah kesediaan untuk menerima dirinya yang mencangkup
keadaan fisik, psikologi sosial, dan pencapaian dirinya, baik kelebihan maupun
kekurangan yang dimilikinya.
Dari uraian
konsep di atas, dapat dikatakan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara
tawakal dengan kondisi abnormalitas. Di mana semakin tinggi penerimaan diri,
maka tingkat stres terutama disebabkan oleh skripsi akan cenderung rendah,
kemudian tingkat tawakal atau sikap berserahnya akan meningkat karena konsep
tawakal sendiri selalu percaya bahwa setiap yang terjadi telah diatur, kemudian
skenario Allah tidak akan pernah gagal. Dari sana lah kemudian sikap berserah
seseorang berangkat.
0 komentar:
Posting Komentar