Sabtu, 04 Mei 2024

Anak-Anak Gaza Butuh Bantuan Psikologis

 Anak-Anak Gaza Butuh Bantuan Psikologis




Angelina Puspaningrum

NIM : 23310440135

Mata Kuliah : Psikologi Abnormalitas

Dosen Pengampu : FX. WAHYU WIDIANTORO S.Psi., MA.

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta



Kementerian Kesehatan Gaza mengungkapkan bahwa hingga Maret 2024 setidaknya sudah ada 31.045 orang tewas dan 72.654 orang lainnya mengalami luka-luka sejak 7 Oktober 2023. Sayangnya, anak-anak dan perempuan merupakan kelompok yang paling terdampak dari perang tersebut. Menurut Al Jazeera, 72 persen korban yang ada merupakan anak-anak dan perempuan.


SOS Children’s Villages, sebuah organisasi afiliasi UNICEF yang berfokus pada keluarga dan anak-anak, setidaknya telah menampung 55 orang anak-anak berusia di bawah 10 tahun yang seluruhnya telah kehilangan orang tuanya akibat perang. Seorang staf di organisasi tersebut melaporkan bahwa mereka telah menerima seorang anak berusia 4 tahun yang sebelumnya ditinggalkan di pos pemeriksaan. Balita tersebut didiagnosa menderita mutisme selektif, sehingga menjadi sulit bagi para petugas untuk membantu menemukan keberadaan orang tuanya. 


Mutisme selektif (selective mutism) adalah salah satu bentuk dari gangguan kecemasan (anxiety disorder). Gangguan ini paling banyak diderita oleh anak usia dini, meskipun tidak menutup kemungkinan terjadi pada usia yang lebih tua. Para penderitanya menunjukkan kesulitan atau bahkan tidak mampu untuk berbicara dalam kondisi yang mengharuskan mereka dapat berbicara di situasi sosial. Gejala lain yang mungkin terjadi adalah perasaan malu yang ekstrim, menarik diri, kemelekatan yang berlebihan, hingga amarah yang meledak-ledak. Anak-anak yang menderita gangguan ini sering kali mengalami gangguan kecemasan lainnya, seperti gangguan kecemasan sosial (social anxiety disorder atau disebut juga social phobia). Dengan bertambahnya usia, gejala mutisme selektif akan perlahan menghilang, sementara gejala dari kecemasan sosial akan tetap bertahan. Seperti gangguan mental lainnya, gangguan kecemasan secara umum merupakan hasil dari perpaduan faktor biologis, psikologis, serta interaksi sosial yang kompleks. 


Mutisme selektif dan gangguan kecemasan lainnya dapat ditangani dengan melakukan psikoterapi atau “talk therapy”. Psikoterapi yang lumrah digunakan dalam penanganan gangguan kecemasan ialah Cognitive Behavior Therapy (CBT).  Terapi ini dapat membantu individu untuk mendapatkan cara berpikir, bertindak dan berperilaku baru yang berbeda. Para penderita akan diajarkan mengenai cara dalam mengahadapi situasi, kejadian, tempat, maupun orang-orang yang mungkin memicu kecemasan mereka. Selain CBT, gangguan kecemasan juga dapat ditangani menggunakan Acceptance and Commitment Therapy (ACT). Terapi ini berfokus dalam peran mindfulness dan goal setiing untuk menurunkan ketidaknyamanan dan kecemasan yang dirasakan.


Referensi :

Alfonso, J., Liu, Z., Evan-Lacko, S.. (2018) . Treatment gap for anxiety disorders is global: results of the World Mental Health Surveys in 21 countries. 35(3), 195-208.

American Psychiatric Association. (unknown). What Are Anxiety Disorders? https://www.psychiatry.org/patients-families/anxiety-disorders/what-are-anxiety-disorders. Diakses pada 1 Mei 2024 pukul 15.15 WIB.

Medistiara, Y. (2024). Korban Tewas di Gaza Capai 31 Ribu, 72% Anak-anak dan Perempuan. https://news.detik.com/internasional/d-7234956/korban-tewas-di-gaza-capai-31-ribu-72-anak-anak-dan-perempuan. Diakses pada 1 Mei 2024 pukul 09.10 WIB.

BBC News Indonesia. (2024). 'Kami hanya ingin perang berakhir' – Kisah anak-anak Gaza yang menjadi yatim piatu akibat perang. https://www.bbc.com/indonesia/articles/cnlnjlw9rgvo. Diakses pada 1 Mei 2024 pukul 10.25 WIB.



0 komentar:

Posting Komentar