Jumat, 17 Mei 2024

RESUME WEBINAR ADIKSI: Tahap Perubahan Perilaku

 

RESUME WEBINAR

KELAS ONLINE DAN DISKUSI KONSEP DASAR TERAPI KASUS ADIKSI: TAHAP PERUBAHAN PERILAKU

Sebagai Tugas Mata Kuliah Psikologi Abnormalitas

Dosen Pengampu: Bapak FX. WAHYU WIDIANTORO, S.Psi., MA

AISYAH ZULAINA

22310410067

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PROKLAMASI 45

YOGYAKARTA

 

Kelas online dan diskusi gratis ini diselenggarakan oleh Psy Update Indonesia pada tanggal 5 Mei 2024 yang dimulai pukul 20.00 WIB dengan pemateri dr. Firdaus Yamani, Sp.KJ (K) yang merupakan psikiater konsultan adiksi RSJ Sambang Lihum. Webinar ini memfasilitasi Kelas Eksklusif via Zoom, Certificate, Softcopy materi, Recording, Ebook/pdf, dan Giveaway E-Money bagi yang beruntung. Webinar tersebut juga dapat diikuti oleh PPDS Psikiatri, Mahasiswa Psikologi, Psikiater (terutama early career psychiatrist), Psikolog, Nakes, Konselor, dan Peneliti.

Zat adiktif adalah zat aktif yang jika dikomsumsi oleh organisme hidup, maka dapat menyebabkan kerja biologi serta menimbulkan efek ketergantungan. Ada dua tipe adiktif yaitu Zat dan Perilaku. Seseorang dapat menjadi kecanduan banyak zat, termasuk alcohol, obat-obatan terlarang, obat resep, dan tembakau. Zat adiktif yang paling sering digunkan diantaranya yaitu ada tembakau, alcohol, ganja, obat penghilang rasa sakit, kokain, heroin, benzodiazepine, stimulan, inhalansia, dan juga obat penenang. Kecanduan zat dapat terjadi ketika seseorang mulai menggunakan suatu zat, baik untuk rekreasi, untuk mengobati diri sendiri, atau sebagai resep, dan kemudian mengembangkan toleransi terhadap zat-zat tersebut. Ketika mereka mengembangkan toleransi, mereka akan membutuhkan lebih banyak zat untuk mendapatkan efek yang sama. Seiring waktu, hal ini dapat mengakibatkan ketergantungan fisik dari zat tersebut. Selain kecanduan zat, kecanduan perilaku juga dapat terjadi oleh seseorang ketika orang tersebut tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikan tindakannya seputar perilaku tertentu. Kecanduan perilaku yang umum terjadi seperi kecanduan seks (termasuk pornografi), kecanduan judi, kecanduan makanan ataupun kecanduan internet. Banyak orang yang menggunakan aktivias ini untuk kesenangan atau untuk membantu mereka mengatasi emosi yang tidak nyaman dan kemudian mendapati diri mereka tidak dapat berhenti melakukannya. Pada akhirnya, kecanduan perilaku dapat merusak kesehatan fisik dan emosional seseorang. Mereka juga dapat memberikan tekanan yang signifikan pada hubungan-hubungan penting. Kebanyakan orang dengan kecanduan perilaku memerlukan pengobatan dan dukungan untuk mengatasinya, seperti penyalahgunaan narkoba.

Orang yang berada pada kecanduan harus merubah perilakunya, ketika ada klien yang perlu ditangani, perlu diketahui sejauh mana klien ini berada pada tahapan perubahan yang mana. Ada beberapa tahapan perubahan perilaku yang dialami oleh pecandu dimulai dari Pre-contemplation  Contemplation  Preparation  Action  Maintenance  Relapse (or lapse)  Pre-contemplation. Pada Pre-contemplation, seseorang belum berpikir untuk berubah dan tidak tertarik pada bantuan orang lain, cenderung defensive dan bertahan pada kebiasaannya yang kurang baik, cenderung defensive pada upaya orang lain yang menekannya untuk berhenti. Tidak merasa ada masalah dari kebiasaannya tersebut serta klien butuh untuk diingatkan kesadarannya sebelum ia menyadari bahwa ia perlu berubah. Pada tahap kedua Contemplation, seseorang mulai menyadari konsekuensi yang, muncul dari kebiasaanya dan mulai menyediakan waktu untuk berpikir mengenai masalahnya, cenderung ragu-ragu atau ambivalens, mulai mempertimbangkan kemungkinan menghentikan kebiasaannya dengan menimbang untung dan rugi, masih ragu akan keuntungan jangka panjangnya, serta perlunya waktu beberapa minggu untuk dapat melewati fase kontemplasi. Dalam contemplation perlunya motivational support needed dimana dengan membantu klien untuk mengakhiri ambivalensinya dan memilih untuk berubah, membantu klien dengan “timbangan pro dan kontra”, dan membantu klien untuk membangun rasa percaya diri untuk berubah. Pada tahap ketiga Preparation, seseorang dapat membuat komitmen untuk berubah dan motivasi berubah akan terlihat, mulai mengambil langkah kecil untuk berhenti dan mengumpulkan banyak informasi mengenai cara berubah dan mengumpulkan banyak startegi yang dapat membantu seseorang berubah. Pada tahap ini banyak klien yang melewati fase ini langsung ke aksi, yang gagal biasanya karena belum mendapatkan informasi yang cukup. Pada tahap ketiga ini juga dukungan emotional yang dibutuhkan berupa membantu klien mengidentifikasi strategi perubahan dan pilih yang sesuai dengan keaadaannya, membantu klien untuk membuat perencanaan untuk berubah dan mengevaluasi kemampuan untuk berubah serta adanya evaluasi akan ketrampilan klien. Pada tahap keempat yaitu Action, dimana seseorang yakin bisa mengubah perilaku dan kebiasaanya, aktif mengambil langkah untuk berubah dengan teknik-teknik yang bervariasi, mulai mereview komitmen berubahnya dan mengembangkan cara untuk bertahan. Menggunakan reward untuk mempertahankan motivasi, dan mencari serta mau menerima bantuan serta mencari dukungan. Dukungan emosional yang dibutuhkan diantaranya yaitu membantu klien memilih strategi untuk berubah, membantu klien menjalani strategi tersebut dan membantu ia untuk mempelajari bagaiamana mencegah relaps, menormalisasi ambivalens dan mengafirmasi untuk keberhasilan. Tahap selanjutnya, Maintenance dimana seseorang mampu menghindari godaan untuk kembali ke kebiasaan lama dengan sukses, bertahan dan mulai mengingatkan diri sendiri mengenai perubahan yang sudah mereka alami, mulai membuat aturan dan menerima ketrampilan baru dalam menghadapi kehidupan dan mencegah relaps, serta mampu mengantisipasi situasi berisiko yang bisa buat relaps. Dukungan emosional yang dibutuhkan meliputi membantu klien mengembangkan ketrampilan baru, bersosialisasi dan beraktivitas untuk memperkuat pemulihan, dan membantu dan dukung klien dalam mempertahankan coping yang baik dan mengembangkan tujuan hidup. Tahap keenam, Relaps dimana muncul motivasi konflik, konflik mungkin saja berbeda-beda, kekambuhan ini menyebabkan kemunduruan ke tahap perubahan yang lebih awal, klien biasanya akan menawar dan bertanya seperti “apakah saya ingin mencoba lagi atau tidak?” “apakah saya mampu mempertahankan pemulihan ini”. Dukungan emosional yang didapatkan berupa membantu untuk segera pulih, membantu untuk meningkatkan rasa percaya diri untuk bisa berubah, membantu untuk menjalani proses pemulihan, dan kenali serta antisipasi faktor internal dan eksternal penyebab relapase.

Terdapat tiga aturan dalam perubahan perilaku ini yaitu The Willingness Ruler, The Confidence Ruler, dan The Readiness Ruler. The Willingness Ruler, dimana digunakan untuk mengukur seberapa besar keinginan seseorang untuk melakukan suatu tindakan. The Confidence Ruler, mengukur seberapa yakin seseorang terhadap lemampuannya untuk melakukan atau mengambil tindakan dan The Readiness Rules digunakan untuk mengukur seberapa siap seseorang untuk mengambil tindakan.

Begitu kiranya materi yang disampaikan oleh pemateri pada webinar tersebut. Setelah sesi pemaparan materi terdapat sesi wawancara dengan menghadiri klien, laki-laki berusia 30 tahun asal Jawa Timur sebagai narasumber dengan kecanduan pornografi. Klien ini  sudah kecanduan sejak duduk di bangku sekolah menengah atas, jadi aktivitas biasanya adalah melihat “porno” setelah pulang sekolah, bermula hanya melihat foto saja dan merambah ke video. Klien tersebut mengakui bahwa hal itu terjadi ketika klien melihat lawan jenis yang memiliki tubuh bagus, putih, dan mulus. Klien melakukan aktivitas tersebut 3-5 kali dan mengalami orgasme berkali-kali. Klien juga mengakui bahwa dirinya suka melihat “porno” dengan yang sesama jenis. Klien merasa ketika dirinya sedih pelampiasannya ke aktivitas tersebut, melihat foto atau video porno. Klien pernah dirawat inap sebanyak tiga kali dan terakhir pada tahun 2017 dikarenakan obat yang telah diresepkan tidak diminum dengan alasan tidak cocok, sedangkan saat ini klien dalam keadaan stabil. Klien ini bekerja di sebuah pabrikdan kecanduannya membuat dia merasa bersalah karena mengganggu aktivitas bekerja dan dijauhi oleh orang disekitarnya. Dokter menyarankan untuk menggunakan handphone yang tidak bisa internet terlebih dahulu atau jika menggunakan handphone bisa didampingi.

Dari materi dan sedikit Tanya jawab yang dipaparkan dalam webinar tersebut dapat dikatakan bahwa seseorang yang sudah kecanduan dan ketergantungan akan adiktif ini termasuk dalam perilaku abnormal dengan gejala atau karakteristik yang ditulis pada DSM. Yang dimana perilaku abnormal ini dibahas juga pada mata kuliah Psikologi Abnormalitas. Dengan belajar psikologi abnormalitas kita jadi paham apa itu abnormalitas, bentuk dan jenisnya, karakteristik nya sepeerti apa dan lain sebagaianya, dan kita menjadi mampu mengelompokkan mana yang abnormal dan tidak. Maka dari itu, penting sekali mengikuti perkuliahan Psikologi Abnormalitas karena dapat membantu lebih dalam memahami penyebab gangguan dapat terjadi dan mengerti penanganan apa yang efektif dari gangguan yang muncul. Serta mari upayakan mewujudkan masyarakat yang sehat, cerdas, dan sejahtera hari ini dan untuk masa depan dengan menjauhi berbagai hal kecanduan yang bersifat negatif.

Lampiran:




Related Posts:

0 komentar:

Posting Komentar