DISONANSI KOGNITIF
Esai 3 – Wawancara tentang Disonansi Kognitif
Psikologi Inovasi
Dosen Pengampu :Dr., Dra. Arundati Shinta, M.A
Oleh: Risky Candra Heryana (21310410155)
Rokok, sebagai produk dari proses pengolahan tembakau, telah menjadi bagian
integral dari budaya konsumsi di banyak masyarakat di seluruh dunia. Sebagai
produk yang dijual secara massal, rokok telah menjadi subjek perdebatan yang
intens terkait dengan dampaknya terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.
Dalam setiap batang rokok yang diisap, terkandung ribuan senyawa kimia
berbahaya, termasuk nikotin, tar, dan karbon monoksida, yang telah terbukti
secara ilmiah dapat menyebabkan berbagai penyakit serius, seperti kanker,
penyakit jantung, dan gangguan pernapasan. Selain itu, proses pembakaran rokok
juga menyebabkan polusi udara dan limbah yang merugikan lingkungan.
Meskipun kesadaran akan bahaya rokok telah meningkat, masih banyak orang
yang tetap memilih untuk merokok, baik sebagai bentuk kebiasaan, koping
mekanisme, atau pengaruh budaya. Banyak faktor yang memengaruhi keputusan
seseorang untuk merokok, termasuk tekanan sosial, stres, dan iklan yang merayu.
Sebagai hasilnya, kebiasaan merokok sering kali sulit untuk diubah, meskipun
individu menyadari konsekuensi negatifnya.
Pada kesempatan kali ini, saya melakukan wawancara dengan seorang seorang
perokok aktif:
IDENTITAS SUBJEK
Inisial : DS
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 22 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa aktif
SETTING
Hari/ tanggal :Sabtu, 20 April 2024
Pukul : 21.30 – 22.05 WIB
Tempat : Sebuah warung kopi
PERCAKAPAN
Risky: Apa yang membuat Anda mulai merokok?
DS: Saya mulai merokok karena teman-teman di lingkungan kampus juga
merokok, dan saya ingin terlihat lebih dewasa dan menyesuaikan diri.
Risky: Bagaimana Anda merasakan dampak merokok terhadap kesehatan Anda?
DS: Saya mulai merasakan sesak napas dan batuk-batuk, terutama setelah
merokok dalam jumlah banyak.
Risky: Apakah Anda pernah mencoba berhenti merokok? Jika ya, apa yang
membuat Anda kembali merokok?
DS: Saya pernah mencoba beberapa kali, terutama setelah melihat informasi
tentang bahaya merokok. Namun, stres dan tekanan akademik membuat saya kembali
merokok.
Risky: Bagaimana lingkungan dan teman-teman Anda memengaruhi keputusan Anda
untuk merokok?
DS: Lingkungan kampus yang mayoritas perokok membuat saya sulit untuk tidak
merokok. Teman-teman juga sering mengajak merokok saat sedang bersosialisasi.
Risky: Apakah Anda merasa sulit untuk mengendalikan keinginan untuk
merokok? Mengapa?
DS: Ya, terutama saat saya merasa stres. Merokok membuat saya merasa lebih
rileks dan dapat melupakan masalah sejenak.
Bedasar wawancara di atas, perilaku yang dilakukan DS merupakan salah satu
perilaku disonansi kognitif. DS menggunakan beberapa mekanisme pertahanan diri.
Pertama, DS menggunakan rasionalisasi untuk menjaga perilaku merokoknya. DS
merokok untuk terlihat lebih dewasa dan menyesuaikan diri dengan teman-teman
yang juga merokok, sehingga merokok dianggapnya sebagai suatu kebutuhan sosial
yang wajar.
Kedua, DS menggunakan pembenaran untuk merokok meskipun mengetahui
bahayanya. DS mencoba berhenti merokok setelah menyadari dampak negatifnya,
namun stres dan tekanan akademik membuatnya kembali merokok. Hal ini mungkin
merupakan upaya DS untuk mengurangi konflik kognitif antara kesadaran akan
bahaya merokok dan kebutuhannya untuk merokok sebagai bentuk koping mekanisme
terhadap stres.
Hubungan dengan psikologi inovasi dapat dilihat dari resistensi DS terhadap
perubahan perilaku (berhenti merokok) meskipun mengetahui dampak negatifnya. DS
mungkin mengalami kesulitan untuk mengadopsi perilaku baru karena terikat
dengan kebiasaan lama dan sulit untuk mengubah pola pikir serta tindakan yang
sudah terbentuk. Dalam konteks psikologi inovasi, perubahan perilaku memerlukan
adopsi inovasi baru (berhenti merokok) yang sering kali sulit dilakukan tanpa
dukungan sosial dan motivasi yang kuat.
Daftar Pustaka
Prochaska, J. O., & DiClemente, C. C. (1983). Stages and processes of
self-change of smoking: Toward an integrative model of change. Journal of
Consulting and Clinical Psychology, 51(3), 390–395.
Bandura, A. (1977). Social learning theory. Englewood Cliffs, NJ: Prentice
Hall.
Irianty, H., & Hayati, R. (2019). Gambaran perilaku merokok pada
mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat
(FKM) di Kampus XXX. Jurnal Ilmiah Manusia Dan Kesehatan, 2(2), 306-321
Sarwono, S. W. (1995) Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: Rajawali Pers.
Festinger, L. (1957). A theory of cognitive dissonance. Stanford University
Press.
0 komentar:
Posting Komentar