Selasa, 14 Mei 2024

Esai 3 Psikologi Inovasi : Wawancara Disonansi Kognitif Risky Candra Heryana (21310410155)

 

DISONANSI KOGNITIF

Esai 3  Wawancara tentang Disonansi Kognitif

Psikologi Inovasi

Dosen Pengampu :Dr., Dra. Arundati Shinta, M.A

Oleh: Risky Candra Heryana (21310410155)


 

Rokok, sebagai produk dari proses pengolahan tembakau, telah menjadi bagian integral dari budaya konsumsi di banyak masyarakat di seluruh dunia. Sebagai produk yang dijual secara massal, rokok telah menjadi subjek perdebatan yang intens terkait dengan dampaknya terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Dalam setiap batang rokok yang diisap, terkandung ribuan senyawa kimia berbahaya, termasuk nikotin, tar, dan karbon monoksida, yang telah terbukti secara ilmiah dapat menyebabkan berbagai penyakit serius, seperti kanker, penyakit jantung, dan gangguan pernapasan. Selain itu, proses pembakaran rokok juga menyebabkan polusi udara dan limbah yang merugikan lingkungan.

Meskipun kesadaran akan bahaya rokok telah meningkat, masih banyak orang yang tetap memilih untuk merokok, baik sebagai bentuk kebiasaan, koping mekanisme, atau pengaruh budaya. Banyak faktor yang memengaruhi keputusan seseorang untuk merokok, termasuk tekanan sosial, stres, dan iklan yang merayu. Sebagai hasilnya, kebiasaan merokok sering kali sulit untuk diubah, meskipun individu menyadari konsekuensi negatifnya.

 

Pada kesempatan kali ini, saya melakukan wawancara dengan seorang seorang perokok aktif:

 

IDENTITAS SUBJEK

Inisial                 : DS

Jenis kelamin     : Laki-laki

Usia                    : 22 tahun

Pekerjaan           : Mahasiswa aktif

 

SETTING

Hari/ tanggal :Sabtu, 20 April 2024

Pukul             : 21.30 – 22.05 WIB

Tempat          : Sebuah warung kopi

PERCAKAPAN

Risky: Apa yang membuat Anda mulai merokok?

DS: Saya mulai merokok karena teman-teman di lingkungan kampus juga merokok, dan saya ingin terlihat lebih dewasa dan menyesuaikan diri.

Risky: Bagaimana Anda merasakan dampak merokok terhadap kesehatan Anda?

DS: Saya mulai merasakan sesak napas dan batuk-batuk, terutama setelah merokok dalam jumlah banyak.

Risky: Apakah Anda pernah mencoba berhenti merokok? Jika ya, apa yang membuat Anda kembali merokok?

DS: Saya pernah mencoba beberapa kali, terutama setelah melihat informasi tentang bahaya merokok. Namun, stres dan tekanan akademik membuat saya kembali merokok.

Risky: Bagaimana lingkungan dan teman-teman Anda memengaruhi keputusan Anda untuk merokok?

DS: Lingkungan kampus yang mayoritas perokok membuat saya sulit untuk tidak merokok. Teman-teman juga sering mengajak merokok saat sedang bersosialisasi.

Risky: Apakah Anda merasa sulit untuk mengendalikan keinginan untuk merokok? Mengapa?

DS: Ya, terutama saat saya merasa stres. Merokok membuat saya merasa lebih rileks dan dapat melupakan masalah sejenak.

 

Bedasar wawancara di atas, perilaku yang dilakukan DS merupakan salah satu perilaku disonansi kognitif. DS menggunakan beberapa mekanisme pertahanan diri. Pertama, DS menggunakan rasionalisasi untuk menjaga perilaku merokoknya. DS merokok untuk terlihat lebih dewasa dan menyesuaikan diri dengan teman-teman yang juga merokok, sehingga merokok dianggapnya sebagai suatu kebutuhan sosial yang wajar.

Kedua, DS menggunakan pembenaran untuk merokok meskipun mengetahui bahayanya. DS mencoba berhenti merokok setelah menyadari dampak negatifnya, namun stres dan tekanan akademik membuatnya kembali merokok. Hal ini mungkin merupakan upaya DS untuk mengurangi konflik kognitif antara kesadaran akan bahaya merokok dan kebutuhannya untuk merokok sebagai bentuk koping mekanisme terhadap stres.

 

Hubungan dengan psikologi inovasi dapat dilihat dari resistensi DS terhadap perubahan perilaku (berhenti merokok) meskipun mengetahui dampak negatifnya. DS mungkin mengalami kesulitan untuk mengadopsi perilaku baru karena terikat dengan kebiasaan lama dan sulit untuk mengubah pola pikir serta tindakan yang sudah terbentuk. Dalam konteks psikologi inovasi, perubahan perilaku memerlukan adopsi inovasi baru (berhenti merokok) yang sering kali sulit dilakukan tanpa dukungan sosial dan motivasi yang kuat.

 

Daftar Pustaka

Prochaska, J. O., & DiClemente, C. C. (1983). Stages and processes of self-change of smoking: Toward an integrative model of change. Journal of Consulting and Clinical Psychology, 51(3), 390–395.

 

Bandura, A. (1977). Social learning theory. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.

 

Irianty, H., & Hayati, R. (2019). Gambaran perilaku merokok pada mahasiswa  Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) di Kampus XXX. Jurnal Ilmiah Manusia Dan Kesehatan, 2(2), 306-321

 

Sarwono, S. W. (1995) Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: Rajawali Pers.

 

Festinger, L. (1957). A theory of cognitive dissonance. Stanford University Press.

0 komentar:

Posting Komentar