Jumat, 03 Mei 2024

Yusuf Khoirul Anas: Selfharm: Luka di Jiwa, Bayang-bayang Bipolar

 

Selfharm: Luka di Jiwa, Bayang-bayang Bipolar

Tugas Individu Psikologi Abnormalitas

Dosen Pengampu: FX. Wahyu Widiantoro, S. Psi., MA



Yusuf Khoirul Anas

22310410003

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PROKLAMASI 45

YOGYAKARTA

 

 

Selfharm, atau tindakan menyakiti diri sendiri, bagaikan luka tersembunyi yang mencengkeram jiwa para penderitanya. Di balik luka fisik yang terlihat, terdapat luka batin yang jauh lebih dalam, menggerogoti rasa percaya diri dan harga diri. Fenomena ini kian meresahkan, terutama bagi mereka yang berjuang melawan gangguan bipolar. Bipolar, bagaikan badai di dalam diri, menghadirkan fluktuasi emosi yang ekstrem. Manik yang penuh euforia, depresi yang menjerumuskan ke dalam jurang kesedihan, dan segala transisi di antaranya. Bagi para penyandang bipolar, selfharm sering kali menjadi pelarian dari rasa sakit batin yang tak tertahankan.

Mengapa Selfharm terjadi pada pengidap bipolar? Emosi yang intens, pengidap bipolar sering mengalami emosi yang intens, baik mania maupun depresi. Rasa sakit emosional ini bisa begitu kuat hingga mereka merasa perlu melukai diri sendiri untuk melepaskannya. Kehilangan kontrol, fluktuasi emosi yang ekstrem dapat membuat pengidap bipolar merasa kehilangan kontrol atas diri mereka sendiri. Selfharm dapat menjadi cara untuk mendapatkan kembali rasa kontrol, meskipun hanya sesaat. Kurangnya dukungan, pengidap bipolar sering kali merasa malu dan terisolasi. Kurangnya dukungan sosial dan profesional dapat membuat mereka semakin rentan terhadap selfharm. Penyalahgunaan zat, pengidap bipolar lebih berisiko menyalahgunakan zat, yang dapat memperburuk gejala dan meningkatkan kemungkinan selfharm.

Dampak selfharm pada pengidap bipolar dapat memperparah gejala bipolar, seperti depresi, kecemasan, dan ide bunuh diri. Meningkatkan risiko kematian, selfharm meningkatkan risiko kematian akibat bunuh diri. Menimbulkan luka fisik, luka fisik akibat selfharm dapat meninggalkan bekas permanen dan membutuhkan perawatan medis. Mengganggu hubungan, selfharm dapat merusak hubungan dengan keluarga, teman, dan pasangan.

Selfharm pada pengidap bipolar dapat dilakukan dengan pengobatan yang tepat untuk bipolar dapat membantu mengendalikan gejala dan mengurangi risiko selfharm. Terapi seperti terapi perilaku kognitif (CBT) dapat membantu pengidap bipolar mengembangkan mekanisme koping yang lebih sehat. Dukungan dari keluarga, teman, dan kelompok pendukung dapat membantu pengidap bipolar merasa terhubung dan diterima. Jika Anda atau orang yang Anda kenal mengalami selfharm, segera cari bantuan profesional dari psikolog atau psikiater.

Selfharm bukan solusi. Luka di jiwa para pengidap bipolar membutuhkan pertolongan, bukan pelarian melalui luka fisik. Dengan memahami dan mendukung mereka, kita dapat membantu mereka keluar dari jerat selfharm dan menemukan jalan menuju pemulihan. Ingatlah, Anda tidak sendirian. Ada banyak orang yang peduli dan ingin membantu. Segera cari bantuan profesional dan temukan jalan menuju pemulihan

 

0 komentar:

Posting Komentar