ESSAY 3
MERINGKAS JURNAL
Hubungan Antara Dukungan Sosial
Dengan Penyesuaian Diri Remaja Di Panti Asuhan.
Siti Hanipah
(22310410010)
Dosen Pengampun:
Dr. DRA. Arundanti Shinta, MA
Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Topik |
Masa remaja dianggap sebagai masa labil yaitu di mana individu berusaha mencari jati dirinya dan mudah sekali menerima informasi dari luar dirinya tanpa ada pemikiran lebih lanjut (Hurlock, 1980). Remaja yang berusaha menemukan identitas dirinya dihadapkan pada situasi yang menuntut harus mampu menyesuaikan diri bukan hanya terhadap dirinya sendiri tetapi juga pada lingkungannya, dengan demikian remaja dapat mengadakan interaksi yang seimbang antara diri dengan lingkungan sekitar. Penyesuaian diri menuntut kemampuan remaja untuk hidup dan bergaul secara wajar terhadap lingkungannya, sehingga remaja merasa puas terhadap diri sendiri dan lingkungannya (Willis, 2005). Penyesuaian diri akan menjadi salah satu bekal penting dalam membantu remaja pada saat terjun dalam masyarakat luas. Penyesuaian diri juga merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan jiwa dan mental individu. Banyak remaja yang tidak dapat mencapai kebahagiaan dalam hidupnya karena ketidak mampuannya dalam menyesuaikan diri, baik dengan lingkungan keluarga, sekolah, pekerjaan dan masyarakat pada umumnya. Sehingga nantinya cenderung menjadi remaja yang rendah diri, tertutup, suka menyendiri, kurang adanya percaya diri serta merasa malu jika berada diantara orang lain atau situasi yang terasa asing baginya. Begitu juga pada remaja yang tinggal di panti asuhan, lingkungan panti asuhan menjadi lingkungan sosial yang utama dalam mengadakan penyesuaian diri. Keberadaannya di panti asuhan membuat mereka mampu belajar mendapatkan pengalaman bersosialisasi pertama kalinya baik dengan teman-teman panti atau pengasuh. Remaja dituntut dapat berkembang dan menyesuaikan diri agar menjadi modal utama mereka ketika berada dalam masyarakat luas. Apabila remaja tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, maka remaja akan memiliki sikap negatif dan tidak bahagia. |
|
Sumber |
Kumalasari Fani, Ahyani
L. N. (2012). Hubungan Antara Dukungan
Sosial Dengan Penyesuaian Diri Remaja Di Panti Asuhan. Jurnal Psikologi PITUTUR.
28 November. Vol 1. |
|
Ringkasan |
Penyesuaian
diri didefinisikan sebagai interaksi yang kontinyu dengan diri sendiri, yaitu
apa yang telah ada pada diri sendiri, tubuh, perilaku, pemikiran serta
perasaan, dengan orang lain dan dengan lingkungan (Calhoun, 1990).
Penyesuaian diri juga dapat diartikan sebagai penguasaan,
yaitu memiliki kemampuan untuk membuat rencana dan mengorganisasi
respon-respon sedemikian rupa, sehingga bisa mengatasi segala macam konflik,
kesulitan dan frustrasi-frustrasi secara efisien (Sunarto dan Hartono, 1994). Menurut
Mappiare (1982) penyesuaian diri merupakan suatu usaha yang dilakukan agar
dapat diterima oleh kelompok dengan jalan mengikuti kemauan kelompoknya. Sedangkan
(Kartono, K, 2000) menyebutkan penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk
mencapai harmoni pada diri sendiri dan pada lingkungan, sehingga rasa
permusuhan, dengki, iri hati, prasangka, depresi, kemarahan dan lain-lain
emosi negatif sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan kurang efisien
bisa dikikis habis. Menurut
Alberlt & Emmons dalam Pramadi (1996) ada empat aspek dalam penyesuaian
diri, yaitu: a. Aspek self knowledge dan self insight, yaitu
kemampuan mengenal kelebihan dan kekurangan diri. b. Aspek self objectifity dan self acceptance, yaitu
apabila individu telah mengenal dirinya,
ia bersikap realistik yang kemudian mengarah pada penerimaan diri. c. Aspek self development dan self control, yaitu
kendali diri berarti mengarahkan diri, regulasi pada impuls-impuls,
pemikiran- pemikiran, kebiasaan, emosi, sikap dan tingkah laku yang sesuai. d. Aspek satisfaction, yaitu adanya rasa puas
terhadap segala sesuatu yang telah dilakukan. Menurut
Soeparwoto, dkk (2004) faktor penyesuaian diri dikelompokkan menjadi dua
bagian yaitu: 1. Faktor Internal a.
Motif, yaitu
motif-motif sosial seperti motif berafiliasi, motif berprestasi dan motif
mendominasi. b.
b. Konsep diri
remaja, yaitu bagaimana remaja memandang dirinya sendiri, baik dari aspek
fisik, psikologis, sosial maupun aspek akademik. c.
Persepsi
remaja, yaitu pengamatan dan penilaian remaja terhadap objek, peristiwa dan
kehidupan, baik melalui proses kognisi maupun afeksi untuk membentuk konsep
tentang objek tertentu. d.
Sikap remaja,
yaitu kecenderungan remaja untuk berperilaku positif atau negatif. e.
Intelegensi dan
minat. f.
Kepribadian 2. Faktor eksternal a.
Keluarga
terutama pola asuh orang tua. b. Kondisi sekolah. c. Kelompok sebaya d. Prasangka sosial e. Hukum dan norma sosial Penyesuaian
diri remaja di panti asuhan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh remaja
untuk mempertemukan tuntutan diri sendiri dengan lingkungan, baik secara
aktif maupun pasif yang melibatkan respon mental dan tingkah laku, sehingga
tercapai hubungan yang harmonis antara diri sendiri dengan lingkungan tempat
tinggalnya yaitu panti asuhan (Prasetyo, E dan Ningtias, Y, 2007). Bagi
remaja yang tinggal di panti asuhan, lingkungan panti asuhan merupakan
lingkungan sosial utama yang mereka kenal, sehingga remaja perlu melakukan
penyesuaian diri sesuai dengan lingkungan dimana remaja
berada yaitu panti asuhan dan sesuai kebutuhan yang dituntut dari lingkungan
tersebut agar proses pencapaian keharmonisan dalam mengadakan hubungan yang
memuaskan bersama orang lain dan lingkungannya dapat tercapai. Rook
dalam Smet (1994) mengatakan bahwa dukungan sosial merupakan salah satu
fungsi dari ikatan sosial, dan ikatan-ikatan sosial tersebut menggambarkan
tingkat kualitas umum dari hubungan interpersonal. |
|
Permasalahannya |
Remaja dituntut dapat berkembang dan menyesuaikan
diri agar menjadi modal utama mereka ketika berada dalam masyarakat luas.
Apabila remaja tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, maka
remaja akan memiliki sikap negatif dan tidak bahagia. |
|
Tujuan Penelitian |
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara
empirik hubungan antara dukungan sosial dengan penyesuaian diri pada remaja
di panti asuhan. |
|
Metode Penelitian |
Definisi Operasional Variabel Penyesuaian diri
merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh individu untuk mempertemukan
tuntutan diri sendiri dengan lingkungan, baik secara aktif maupun pasif yang
melibatkan respon mental dan tingkah laku, sehingga tercapai hubungan yang
harmonis antara diri dengan lingkungannya. Untuk mengukur penyesuaian diri
remaja, penulis menggunakan skala yang disusun berdasarkan aspek penyesuaian
diri yaitu aspek self knowledge dan self insight, aspek self objectifity dan
self acceptance, aspek self development dan self control, aspek satisfaction
yang dikemukakan oleh Pramadi (1996, h.240). |
|
Hasil |
Uji Validitas dan Reliabilitas Hasil Uji Validitas a.
Skala
Penyesuaian Diri Item skala
penyesuaian diri dari 45 item terdapat 13 item yang gugur dengan koefisien
-0,019 sampai 0,141 dan 32 item yang valid dengan koefisien validitas
berkisar antara 0,206 sampai 0,728. b.
Skala Dukungan
Sosial Sedangkan item skala Dukungan Sosial dari 60 item terdapat 13 item
yang gugur dengan koefisien -0,030 sampai 0,196 dan 47 item yang valid dengan
koefisien validitas berkisar antara 0,227 sampai 0,762. Hasil Uji Reliabilitas Perhitungan reliabiitas dimulai setelah dilakukan
uji validitas, kemudian item yang valid dicari koefisiennya dengan teknik
Cronbach Alpha. a. Reliabilitas Skala Penyesuaian Diri Hasilnya
menunjukkan bahwa penyesuaian diri mempunyai reliabilitas Alpha (rtt) sebesar
0,812 dan pada putaran kedua mempunyai reliabilitas Alpha (rtt) sebesar
0,914. b. Reliabilitas dukungan sosial Hasilnya menunjukkan
bahwa pada putaran pertama dukungan sosial mempunyai reliabilitas Alpha (rtt)
sebesar 0,911 dan pada putaran kedua mempunyai reliabilitas Alpha (rtt)
sebesar 0,933. Hasil secara lengkap dapat dilihat pada lampiran B-2. |
|
Diskusi |
Penelitian ini subyek remaja yang mengisi skala
berusia antara 13-18 tahun. Remaja pada usia ini merupakan masa peralihan
dari kanak-kanak menuju dewasa. Setiap tahap perkembangannya remaja pastinya
mengalami berbagai perubahan, baik perubahan fisik, kepribadian, maupun
perilaku sosial. Disinilah remaja mulai dituntut dapat berperan dengan
lingkungan sekitarnya. Remaja selain bisa beradaptasi juga harus mampu
menyesuaikan dirinya secara psikologis. Karena pada masa ini remaja mulai
berinteraksi dengan lingkup yang lebih luas. Namun kenyataannya masih banyak
remaja yang kesulitan dalam penyesuaian dirinya diberbagai lingkungan.
Menurut Hurlock (1980, h.213) salah satu tugas perkembangan masa remaja yang
tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial. Untuk mencapai
tujuan dari pola sosialisasi, remaja harus membuat banyak penyesuaian baru.
Bagi remaja yang tinggal di panti asuhan, lingkungan panti asuhan merupakan
lingkungan sosial yang utama dalam mengadakan penyesuaian diri. Penyesuaian
diri mrupakan suatu usaha yang dilakukan oleh remaja untuk mempetemukan
tuntutan diri sendiri dengan lingkungan yang melibatkan respon mental dan
tingkah laku, sehingga tercapai hubungan yang selaras dan harmonis antara
diri dengan lingkungannya (Schneiders dalam Pramadi, 1996, h.334). Untuk
mencapai penyesuaian diri yang maksimal, remaja di panti asuhan juga
memerlukan dukungan sosial dari orang- orang terdekat dilingkungannya yaitu
dari pengasuh dan teman-teman sesama penghuni panti asuhan. Hurlock (1980,
h.214) mengatakan bahwa remaja dapat memperoleh dukungan sosial dari teman
sebaya, berupa perasaan senasib yang menjadikan adanya hubungan saling mengerti, simpati yang tidak didapat
dari orang tuanya sekalipun. |
|
0 komentar:
Posting Komentar