PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT MELALUI BANK SAMPAH
Psikologi Lingkungan Essay 1 Meringkas Jurnal
Dosen Pengampu: Dr., Dra. Arundati Shinta MA
Nourindra Hafiz Adityawan
21310410193
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Topik |
Bank Sampah,
Pengelolaan Sampah, Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif |
Sumber |
Yusa Eko Saputro, Kismartini,
Syafrudin (2015). Pengelolaan sampah berbasis masyarakat melalui bank sampah.
Indonesian
Journal of Conservation Volume 04, Nomor 1, tahun 2015[ISSN: 2252-9195].
83-94 |
Perma-salahan |
Sampah yang tidak tertangani dengan
baik dapat mengganggu estetika lingkungan, menimbulkan bau serta
mengakibatkan berkembangnya penyakit. Gangguan lingkungan oleh sampah dapat
timbul mulai dari sumber sampah, dimana penghasil sampah tidak melakukan
penanganan sampah dengan baik. Bank sampah adalah salah satu strategi
penerapan 3R (reduce, reuse dan recycle) dalam pengelolaan sampah pada
sumbernya di tingkat masyarakat. Pelaksanaan bank sampah pada prinsipnya adalah
salah satu rekayasa sosial untuk mengajak masyarakat Kelurahan Sidomulyo
Kabupaten Semarang memilah sampah. Dengan menukarkan sampah dengan uang atau
barang berharga yang dapat ditabung, masyarakat akhirnya terdidik untuk
menghargai sampah sehingga mereka mau memilah sampah. |
Tujuan |
Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis pengelolaan Bank Sampah Kelompok Peduli Lingkungan Serasi
Kelurahan Sidomulyo Kabupaten Semarang ditinjau dari aspek pengelolaan sampah
(teknis operasional, kelembagaan, hukum, pembiayaan dan peran serta
masyarakat) dan menganalisis dampak sosial, ekonomi dan lingkungan sebagai
akibat dari adanya Bank Sampah Kelompok Peduli Lingkungan Serasi Kelurahan
Sidomulyo Kabupaten Semarang. |
Isi |
Volume timbulan sampah penduduk Kelurahan Sidomulyo berdasarkan hasil perhitungan adalah 4.640,08 m3 /tahun. Apabila dibandingkan, timbulan sampah rata-rata Kabupaten Semarang adalah 2,82 lt/org/hr. Bank Sampah menurut Yayasan Unilever Indonesia, 2013, adalah suatu sistem pengelolaan sampah kering secara kolektif yang mendorong masyarakat untuk berperan serta aktif di dalamnya. Sistem ini akan menampung, memilah dan menyalurkan sampah bernilai ekonomi pada pasar sehingga masyarakat mendapat keuntungan ekonomi dari menabung sampah. Pembangunan bank sampah sebenarnya tidak dapat berdiri sendiri tetapi harus disertai integrasi dengan gerakan 3R secara menyeluruh di kalangan masyarakat. Hal ini perlu dilakukan agar manfaat langsung yang dirasakan masyarakat tidak hanya kuatnya ekonomi kerakyatan tetapi juga pembangunan lingkungan yang hijau dan bersih sehingga dapat menciptakan masyarakat yang sehat. Statistik perkembangan pembangunan Bank Sampah di Indonesia pada bulan Februari 2012 adalah 471 buah jumlah Bank Sampah yang sudah berjalan dengan jumlah penabung sebanyak 47.125 orang dan jumlah sampah yang terkelola adalah 755.600 kg/ bulan dengan nilai perputaran uang sebesar Rp. 1.648.320.000 perbulan. Angka statistik ini meningkat menjadi 886 buah Bank Sampah berjalan sesuai data bulan Mei 2012, dengan jumlah penabung sebanyak 84.623 orang dan jumlah sampah yang terkelola sebesar 2.001.788 kg/ bulan serta menghasilkan uang sebesar Rp . 3.182.281.000 perbulan. Awal dari gerakan untuk mengelola sampah didasari atas keprihatinan dan kepedulian warga atas banyaknya sampah yang dibuang oleh warga ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) setiap harinya tanpa dilakukan pemilahan terlebih dahulu. Warga merasa bahwa sebenarnya volume sampah yang dibuang di TPS masih bisa dikurangi karena mereka melihat sampah-sampah yang ada di TPS masih bisa dijual lagi dan mempunyai nilai ekonomi. Menindaklanjuti hal tersebut, ibu-ibu PKK RT 02 RW 02 Kelurahan Sidomulyo mendirikan Kelompok Peduli Lingkungan Serasi, sebuah kelompok swadaya masyarakat yang program kegiatannya adalah melakukan pemilahan sampah rumah tangga. Masing-masing rumah tangga di wilayah RT 02 RW 02 Kelurahan Sidomulyo memilah sampah yang masih mempunyai nilai ekonomi menjadi 3 (tiga) jenis: kertas, plastik dan kaca. Selanjutnya setiap minggu sekali hasil pemilahan tersebut dikumpulkan dan dijual ke pengepul. Hasil penjualan dimasukkan ke dalam kas ibu-ibu PKK RT 02 RW 02 Kelurahan Sidomulyo. Kegiatan pemilahan sampah yang dilakukan oleh Kelompok Peduli Lingkungan Serasi ini kemudian menarik perhatian Pemerintah Kelurahan Sidomulyo untuk lebih mengembangkan kegiatan pemilahan sampah ini menjadi kegiatan 3R (reduce, reuse dan recycle) dalam lingkup yang lebih luas yakni lingkup 1 (satu) Kelurahan Sidomulyo dalam bentuk kegiatan bank sampah. |
Metode |
Langkah-langkah yang diambil
untuk menemukan informan yang tepat dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut: (1)Peneliti menemui gatekeeper, dalam hal ini adalah Lurah
Sidomulyo, untuk mendapatkan informasi mengenai siapa saja yang terlibat
dalam kegiatan Bank Sampah Kelompok Peduli Lingkungan Serasi Kelurahan
Sidomulyo; (2) Dari Lurah Sidomulyo diharapkan didapat informasi siapa orang
yang bisa digunakan sebagai key informant dalam penelitian ini; (3) Peneliti
menemui key informant dimaksud untuk mendapatkan informasi tentang Bank
Sampah Kelompok Peduli Lingkungan Serasi Kelurahan Sidomulyo; (4) Untuk
verifikasi data, dilakukan triangulasi dengan mewancarai tokoh masyarakat dan
perwakilan masyarakat setempat. |
Hasil |
Dari hasil penelitian diketahui bahwa awal dari gerakan untuk mengelola sampah ini didasari atas keprihatinan dan kepedulian warga atas banyaknya sampah yang dibuang oleh warga ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) setiap harinya tanpa dilakukan pemilahan terlebih dahulu. Warga merasa bahwa sebenarnya volume sampah yang dibuang di TPS masih bisa dikurangi karena mereka melihat sampah-sampah yang ada di TPS masih bisa dijual lagi dan mempunyai nilai ekonomi. Berdasarkan analisis, prosentase pengurangan sampah anorganik dari hasil pemilahan sampah oleh Bank Sampah Kelompok Peduli Lingkungan Serasi Kelurahan Sidomulyo secara keseluruhan baru sekitar 0,43% dari total sampah anorganik yang dihasilkan oleh penduduk Kelurahan Sidomulyo. Besarnya sampah yang berhasil dipilah 2.287,87 kg dari total 524.103 sampah anorganik. Prosentase bagi hasil yang digunakan oleh Bank Sampah Kelompok Peduli Lingkungan Serasi Kelurahan Sidomulyo bervariasi mulai dari 5:95 (5% untuk bank sampah, 95% untuk nasabah) sampai dengan 10:90 (10% untuk bank sampah, 90% untuk nasabah) tergantung dari harga jual sampah. Dari hasil observasi peneliti, kelembagaan Bank Sampah Kelompok Peduli Lingkungan Serasi Kelurahan Sidomulyo masih belum sesuai dengan PermenLH no.13 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan Recycle melalui Bank Sampah, yang menyatakan bahwa bentuk kelembagaan dari bank sampah dapat berbentuk yayasan atau koperasi. Saat ini kelembagaan Bank Sampah Kelompok Peduli Lingkungan Serasi Kelurahan Sidomulyo masih berbentuk prakoperasi dan belum mempunyai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Dampak sosial dari Bank Sampah Kelompok Peduli Lingkungan Serasi diidentifikasi dari ada tidaknya perubahan perilaku dalam penanganan sampah rumah tangga. Sebanyak 66,7% responden menjawab bahwa dengan menjadi anggota Bank Sampah Kelompok Peduli Lingkungan Serasi Kelurahan Sidomulyo telah mempengaruhi mereka untuk membuang sampah pada tempatnya, 33,3 % sisanya menjawab cukup mempengaruhi mereka untuk membuang sampah pada tempatnya serta tidak ada responden yang menjawab bahwa adanya bank sampah tidak mempengaruhi mereka untuk membuang sampah pada tempatnya. Sebanyak 33,3 % responden menyatakan bahwa dengan adanya Bank Sampah Kelompok Peduli Lingkungan Serasi Kelurahan Sidomulyo, lingkungan sekitar menjadi bersih dan 66,7 % responden menyatakan kondisi lingkungan menjadi cukup bersih. Dengan adanya bank sampah, keberadaan sampah lebih berarti karena lebih baik ditabungkan daripada terbuang sia-sia atau dibakar |
Diskusi |
Bank Sampah Kelompok Peduli Lingkungan Serasi didirikan oleh ibu-ibu PKK RT 02 RW 02 Kelurahan Sidomulyo dengan tujuan mengurangi sampah anorganik yang dibuang ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Blondo. Namun, prosentase pengurangan sampah anorganik yang berhasil dipilah oleh bank sampah masih rendah. Kelembagaan bank sampah masih berbentuk prakoperasi dan belum memiliki Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Bank sampah ini belum menjalani evaluasi formal sejak didirikan pada tahun 2012, namun umpan balik informal dari masyarakat telah diberikan kepada pengelola bank sampah. Saran yang diberikan termasuk kebutuhan akan layanan pengumpulan sampah door-to-door dan promosi lebih lanjut tentang pengelolaan sampah melalui bank sampah Kurangnya analisis mendalam membatasi pemahaman tentang tantangan yang dihadapi bank sampah dan menghambat pengembangan strategi perbaikan yang efektif. Keterbatasan ini menghambat pemahaman menyeluruh mengenai pengelolaan dan dampak bank sampah, sehingga membatasi potensi strategi pengelolaan sampah yang efektif. Selain itu, tidak adanya evaluasi formal terhadap bank sampah sejak didirikan pada tahun 2012 merupakan keterbatasan yang signifikan. Evaluasi formal sangat penting untuk menilai keberlanjutan jangka panjang dan dampak bank sampah. Tanpa evaluasi formal, sulit untuk menentukan efektivitas operasi bank sampah dan mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan. |
0 komentar:
Posting Komentar