Kamis, 02 Mei 2024

MENGENAL BULLYING: DARI TANDA-TANDA, DAMPAK, HINGGA SOLUSI

 

Nama                           : Aditya Nur Ihsan

NIM                            : 22310410133

Mata Kuliah                : Psikologi Abnormalitas

Dosen Pengampu        : FX. WAHYU WIDIANTORO S.Psi., MA

MENGENAL BULLYING: DARI TANDA-TANDA, DAMPAK, HINGGA SOLUSI



Banyaknya kasus bullying di lingkungan sekolah merupakan fenomena yang cukup meresahkan. Bullying atau perundungan terjadi ketika seseorang menggunakan kekuasaan untuk menyakiti orang lain. Penindasan dapat terjadi dalam berbagai bentuk seperti penindasan fisik (memukul, mendorong), penindasan verbal (menyebut nama baik, menggoda), penindasan sosial (pengucilan, menyebarkan rumor), dan penindasan maya (menggunakan platform digital untuk melecehkan atau mengintimidasi) sehingga korban merasa tertekan, trauma, dan tak berdaya. 

Berdasarkan data KPAI pada tahun 2023, KPAI menerima 1.559 kasus pengaduan, dengan 232 kasus di antaranya merupakan kasus bullying. Pada tahun 2022, seorang siswa SMP di Bandung meninggal dunia setelah mengalami bullying dari teman-temannya. Kasus bullying sering kali viral di media sosial, menunjukkan bahwa fenomena ini masih marak terjadi.

Memahami faktor-faktor yang memengaruhi bullying menjadi penting untuk merancang strategi pencegahan dan intervensi yang efektif. Faktor individu seperti agresivitas, impulsivitas, kurangnya empati, dan rendahnya self-esteem dapat mendorong seseorang untuk melakukan bullying. Faktor keluarga seperti pola asuh yang otoriter, kurangnya kasih sayang, dan exposure terhadap kekerasan di rumah juga dapat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi bullying. Faktor lingkungan seperti budaya sekolah yang tidak toleran, dan kurangnya pengawasan dari orang dewasa juga dapat meningkatkan risiko terjadinya bullying. Upaya pencegahan dan intervensi bullying perlu mempertimbangkan berbagai faktor ini untuk menciptakan lingkungan yang aman dan kondusif bagi semua.

Dampak dari bullying terhadap korban . Dampak psikologis dari bullying bisa sangat merugikan korbannya, seperti depresi, rendahnya kepercayaan diri, pemalu dan penyendiri, penurunan prestasi akademik, perasaan terlindungi dalam pergaulan, hingga munculnya pikiran untuk bunuh diri. Hal ini menunjukkan betapa seriusnya masalah bullying di lingkungan sekolah. Penting juga untuk memperhatikan bahwa penindasan dapat berlangsung dalam waktu yang lama , bahkan bertahun-tahun. Hal ini meningkatkan risiko dampak psikologis jangka panjang bagi korban. Selain itu, karakteristik anak usia sekolah yang masih egosentris juga dapat mempengaruhi persepsi mereka terhadap kejadian bullying.

Salah satu tantangan dalam mengatasi penindasan adalah seringnya hal ini tidak diketahui atau tidak dilaporkan. Para korban mungkin merasa malu atau takut untuk mengungkapkan pengalaman mereka, sementara orang-orang disekitarnya mungkin tidak melakukan intervensi karena takut menjadi sasarannya. Selain itu, dengan maraknya media sosial dan komunikasi online, cyberbullying semakin menjadi perhatian karena memungkinkan para pelaku intimidasi menargetkan korbannya secara anonim dan sepanjang waktu. Sekolah memainkan peran penting dalam mengatasi penindasan dengan menerapkan kebijakan anti-intimidasi, meningkatkan kesadaran di kalangan siswa dan staf, dan menyediakan layanan dukungan bagi mereka yang terkena dampak. Orang tua juga memainkan peran penting dalam mengenali tanda-tanda penindasan dan mendukung anak-anak mereka melalui komunikasi terbuka dan mencari bantuan bila diperlukan.

Terakhir, upaya pencegahan dan penanganan kasus bullying memerlukan kerjasama dari berbagai pihak termasuk orang tua, keluarga, guru-guru di sekolah serta pihak-pihak terkait lainnya. Dengan kesadaran akan berdampak negatif dari perilaku bullying dan langkah-langkah konkret untuk mengenali serta mengatasi kasus-kasus tersebut sejak dini di lingkungan sekolah, diharapkan kasus-kasus bullying dapat diminimalisir.

REFERENSI

Rahayu, B. A., & Permana, I. (2019). Bullying di sekolah: Kurangnya empati pelaku bullying dan pencegahan. Jurnal Keperawatan Jiwa7(3), 237-246.

Trisnani, R. P., & Wardani, S. Y. (2016). Perilaku bullying di sekolah. G-Couns: Jurnal Bimbingan dan Konseling1(1).

Abdullah, N. (2013). Meminimalisasi bullying di sekolah. Jurnal Magistra83, 50-55.

Darmayanti, K. K. H., Kurniawati, F., & Situmorang, D. D. B. (2019). Bullying di sekolah: Pengertian, dampak, pembagian dan cara menanggulanginya. Pedagogia17(1), 55-66.



Aditya Nur Ihsan – SP

22310410133Top of Form

 

0 komentar:

Posting Komentar