Sabtu, 28 Desember 2024

Essai UAS: Psikologi Inovasi - Pentingnya Membangun Karakteristik Seorang Entrepreneur - Evan Prima Pohan (23310420033)

“PENTINGNYA MEMBANGUN KARAKTERISTIK SEORANG ENTREPRENEUR”


PSIKOLOGI INOVASI
ESAI UAS

Dosen Pengampu: Dr., Dra. Arundati Shinta, MA. 


Evan Prima Pohan
(23310420033)


FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45

YOGYAKARTA

2024


Pentingnya Membangun Karakteristik Seorang Entrepreneur

Menjadi seorang entrepreneur yang sukses bukanlah perkara yang mudah, terutama dalam konteks persaingan global yang semakin ketat. Salah satu tantangan utama adalah bagaimana individu dapat membangun karakteristik yang mendukung kesuksesan tersebut. Di antara berbagai karakteristik yang dibutuhkan, need for achievement (nAff) atau dorongan untuk berprestasi adalah salah satu yang paling menonjol. Karakteristik ini, sebagaimana dijelaskan oleh McClelland (1961), mengacu pada motivasi internal untuk mencapai tujuan yang menantang dan memberikan kepuasan pribadi. Namun, tidak semua individu secara alami memiliki nAff yang tinggi. Dalam banyak kasus, karakteristik ini perlu dilatih dan dikembangkan melalui berbagai strategi yang terarah.


Menurut pandangan saya, nAff adalah elemen fundamental yang membedakan seorang entrepreneur biasa dari yang luar biasa. Konsep ini menekankan pentingnya menetapkan tujuan yang sedikit lebih tinggi dari kemampuan saat ini untuk terus mendorong diri mencapai sesuatu yang lebih baik. Namun, saya juga melihat bahwa banyak individu, khususnya di Indonesia, menghadapi hambatan internal dan eksternal yang menghalangi pengembangan nAff ini. Misalnya, budaya kolektif sering kali membuat seseorang lebih fokus pada kepentingan sosial daripada pencapaian individu. Di sisi lain, kurangnya dukungan institusional, seperti pelatihan kewirausahaan yang praktis, juga menjadi kendala besar (PPPSDM Kementerian Ketenagakerjaan, 2019).


Dalam konteks ini, saya menganggap penting untuk mengembangkan strategi yang efektif untuk membangun nAff. Saya setuju dengan McClelland (1961) bahwa nAff dapat dilatih, misalnya dengan menulis hal-hal positif yang sifatnya kompetitif atau bergaul dengan individu yang memiliki kualitas unggul. Strategi ini relevan dan sejalan dengan social learning theory yang dikemukakan oleh Bandura (1977), yang menekankan bahwa perilaku dan motivasi seseorang dapat dipengaruhi oleh pengamatan dan interaksi dengan lingkungan sekitar. Dalam pengalaman saya, lingkungan yang kompetitif namun mendukung dapat menjadi katalisator penting dalam membangun motivasi seperti ini.


Saya juga ingin menyoroti bahwa memiliki nAff yang tinggi saja tidak cukup. Dalam kasus Ruben yang diceritakan oleh Harper (1984), ia mampu mengesampingkan permasalahan kecil untuk fokus pada bisnisnya. Ini adalah contoh bagus tentang bagaimana fokus dapat membawa hasil yang signifikan. Namun, saya merasa bahwa dalam konteks masyarakat Indonesia, fokus yang terlalu ekstrem pada bisnis saja bisa menjadi tidak realistis. Entrepreneur juga harus memperhatikan aspek-aspek sosial dan nilai-nilai budaya yang melekat dalam kehidupan mereka. Sebagai contoh, di banyak komunitas lokal, kolaborasi dan dukungan sosial sering kali menjadi faktor penentu keberhasilan bisnis.


Selain itu, dalam membangun nAff, saya percaya penting untuk memadukannya dengan ketahanan emosional. Dunia bisnis penuh dengan tantangan, dan saya yakin seorang entrepreneur yang memiliki nAff yang kuat juga harus mampu menghadapi kegagalan dengan cara yang konstruktif. Menurut PPPSDM Kementerian Ketenagakerjaan (2019), entrepreneur muda di Indonesia sering kali memiliki semangat tinggi tetapi kurang memiliki ketahanan mental. Oleh karena itu, pendidikan kewirausahaan yang holistik, yang mencakup pelatihan pengelolaan emosi dan adaptabilitas, sangat diperlukan.


Saya berpandangan bahwa pengembangan nAff juga membutuhkan dukungan dari pemerintah dan institusi pendidikan. Kurikulum yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan problem-solving akan membantu mahasiswa untuk lebih percaya diri dalam menetapkan dan mencapai tujuan yang menantang. Dalam hal ini, menurut saya pelatihan kewirausahaan tidak hanya harus berfokus pada teori, tetapi juga memberikan pengalaman langsung melalui simulasi bisnis atau magang di perusahaan rintisan.


Kesimpulannya, saya berpandangan bahwa nAff adalah salah satu karakteristik utama yang harus dikembangkan oleh siapa pun yang ingin menjadi entrepreneur yang sukses. Namun, membangun karakteristik ini membutuhkan usaha yang konsisten, dukungan lingkungan, dan pendekatan yang holistik. Saya percaya bahwa mahasiswa atau individu yang berminat pada kewirausahaan perlu memahami pentingnya menetapkan tujuan yang menantang, belajar dari lingkungan yang kompetitif, dan tetap seimbang dengan nilai-nilai sosial mereka. Dengan cara ini, mereka tidak hanya dapat mencapai kesuksesan bisnis, tetapi juga memberikan dampak positif bagi komunitas mereka.


Daftar Pustaka

Tirto.id. (2021). Pengertian Kewirausahaan serta Manfaat, Karakteristik, & Dimensinya.

McClelland, D. C. (1961). The Achieving Society. Princeton, NJ: Van Nostrand.

Bandura, A. (1977). Social Learning Theory. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.

PPPSDM Kementerian Ketenagakerjaan. (2019). Penelitian Karakteristik Entrepreneur Muda di Indonesia.

Harper, M. (1984). Entrepreneur for the poor. London: Intermediate Technology Publications in association with GTZ (German Agency for Technical Co-operation). 

Suharti, L., & Sirine, H. (2011). Entrepreneurial intention among Indonesian university students. Journal of Business and Management.



0 komentar:

Posting Komentar