UJIAN AKHIR SEMESTER
PSIKOLOGI INOVASI
“NEED FOR ACHIEVEMENT SEBAGAI KUNCI SUKSES
ENTREPRENEUR”
Dosen Pengampu: Dr,. Dra. ARUNDATI SHINTA, MA.
AISYAH ZULAINA
22310410067
PSIKOLOGI SJ
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA
DESEMBER 2024
Salah satu karakteristik utama seorang entrepreneur adalah semangat untuk
berprestasi, yang dikenal sebagai need for achievement (nAff). Konsep
ini pertama kali dikemukakan oleh David McClelland dari Harvard University
dalam penelitiannya, nAff menggambarkan dorongan untuk mencapai tujuan
yang menantang dan melampaui batas kemampuan. Individu dengan nAff tinggi cenderung menetapkan tujuan yang memotivasi mereka untuk bekerja keras
dan mencapai hasil maksimal. Jika tujuan terlalu mudah, mereka kehilangan
gairah karena merasa tidak tertantang. McClelland juga menjelaskan bahwa nAff
dapat dilatih melalui kebiasaan berpikir positif, menetapkan tujuan yang
kompetitif, dan berinteraksi dengan individu yang berkualitas.
Dalam konteks kasus The Crocodile River (Harper, 1984), tokoh Ruben
menunjukkan karakteristik nAff yang tinggi. Ruben memilih untuk fokus
pada perkembangan perusahaannya daripada mengurusi permasalahan sepele, seperti
membantu Lorena yang tersakiti oleh Atong, seorang pengusaha persewaan perahu. Ruben
memprioritaskan tujuan utamanya dan mengabaikan masalah yang menurutnya tidak
relevan dengan kemajuan bisnisnya. Sikap ini mencerminkan bagaimana fokus pada
hal-hal penting dapat membantu seorang entrepreneur mencapai kesuksesan.
Pada teori McClelland(1961, dalam Bezzina, 2010) tentang kebutuhan untuk
mencapai prestasi mengusulkan bahwa individu yang memiliki kebutuhan untuk
mencapai prestasi berusaha untuk unggul, dan mencapai kemajuan. Biasanya orang
seperti itu menetapkan target tinggi tetapi memungkinkan untuk diperoleh dan
berusaha untuk mencapainya melalui usaha sendiri.
Namun, menurut pandangan saya, perilaku Ruben menunjukkan sisi nyata yang
mungkin relevan untuk mencapai tujuan, tetapi kurang mempertimbangkan aspek
empati dan hubungan sosial jangka panjang. Dalam kehidupan nyata, masalah yang
tampak sepele sering kali memiliki dampak yang lebih luas, terutama dalam
membangun kepercayaan dan reputasi. Membantu Lorena, bisa menjadi bentuk
kepedulian yang menciptakan nilai tambah bagi Ruben sebagai individu dan
pemimpin. Dalam hal ini, Ruben dapat mengambil sikap yang lebih seimbang antara
fokus pada tujuan dan empati terhadap sesama.
Ketidakseimbangan seperti ini juga dapat dikaitkan dengan jurnaling
refleksi yang saya kembangkan dalam program SMART Refleksi di sekolah
penugasan. Jurnaling tersebut bertujuan untuk membantu siswa mengelola emosi,
mengembangkan kesadaran diri, dan meningkatkan tanggung jawab. Dalam refleksi
ini, siswa diajak untuk menilai prioritas mereka, tetapi juga mempertimbangkan
dampak tindakan mereka terhadap orang lain. Pendekatan ini menekankan bahwa kesuksesan tidak hanya bergantung pada
pencapaian tujuan, tetapi juga pada kemampuan membangun hubungan yang bermakna
dengan orang-orang di sekitar.
Dalam dunia bisnis, banyak entrepreneur sukses yang menunjukkan
keseimbangan antara fokus pada tujuan dan empati. Mereka tidak hanya berorientasi
pada keuntungan tetapi juga peduli terhadap dampak sosial. Sebagai contoh,
banyak pengusaha sosial saat ini yang berhasil menciptakan inovasi sambil
memperhatikan kebutuhan komunitas mereka. Ini menunjukkan bahwa nilai
kemanusiaan tidak perlu dikorbankan demi tujuan profesional.
Saya percaya bahwa kebiasaan refleksi dan pengelolaan emosi dapat membantu
individu membangun kesadaran diri yang lebih baik. Kesadaran diri ini akan
menjadi dasar yang kokoh untuk menetapkan prioritas dengan tetap memperhatikan
dampak terhadap orang lain. Jika sikap seperti ini diterapkan, entrepreneur
tidak hanya akan mencapai kesuksesan material tetapi juga memberikan dampak
positif yang lebih luas kepada masyarakat.
Melalui kombinasi fokus, empati, dan refleksi, seorang entrepreneur tidak
hanya akan mencapai keberhasilan dalam bisnis, tetapi juga menjadi individu
yang dihormati dan dipercaya. Ruben adalah contoh penting bagaimana nAff
dapat mencorong seseorang untuk tetap konsisten terhadap prioritas, tetapi
perlu dilengkapi dengan kemampuan memahami dampak sosial dari setiap keputusan.
Kesuksesan yang tercapai ketika seseorang mampu menyeimbangkan antara pencapian
pribadi dan kontribusi terhadap lingkungan sosialnya. Pada akhirnya,
keberhasilan sejati seorang entrepreneur adalah ketika ia mampu memberikan
manfaat yang luas, bukan hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi
orang-orang di sekitarnya.
Referensi:
Al-Karim, A. Y. S., & Handoyo, S. (2013). Kepribadian entrepreneur
pada mahasiswa universitas airlangga. Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi, 2(1), 33-42.
Bezzina, F. (2010). Characteristics of the Maltese Entrepreneur. International
Journal of Arts and Sciences, 3(7), 292-312.
Budianto, E. (1999). Moral industri: Laporan dan renungan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Harper, M. (1984). Entrepreneur for the poor. London: Intermediate
Technology Publications in association with GTZ (German Agency for Technical
Co-operation).
0 komentar:
Posting Komentar