Sabtu, 28 Desember 2024

E:UAS Ekky wahyu mumpuni 22310420017

 Pengembangan Need for Achievement (nAff) pada Entrepreneur

M. EKKY WAHYU MUMPUNI

22310420017

Mata kuliah psikologi inovasi

Dosen pengampu : Dra. Arundhati Shinta, MA


AD_4nXcmgtIrBTsG84PaPHUT5A7YlBgj_yxn-K-MkyumAgI1gt8XN1QmtAhSmO2kkzW4r5TMEp13GB0EwKvTVJpoGLHWKxqE_ow93lP0S5n7PMmzAtwvwID2I5BMX5_L2vZ-_VmKX_wG-A.jpg


Karakteristik utama yang membedakan seorang entrepreneur dengan individu lainnya adalah semangat untuk berprestasi atau yang dikenal sebagai need for achievement (nAff). Konsep ini pertama kali dikembangkan oleh McClelland (1961) yang mendefinisikan nAff sebagai dorongan intrinsik seseorang untuk mencapai tujuan yang bermakna, menantang, dan melampaui kemampuan saat ini. Entrepreneur dengan nAff tinggi cenderung menetapkan tujuan yang sulit namun realistis. Jika tujuan tersebut terlalu mudah, motivasi mereka menurun karena merasa tidak cukup tertantang. Dengan kata lain, tantangan yang sesuai menjadi katalisator utama bagi pengembangan kemampuan seorang entrepreneur.

Namun, penguatan nAff tidak terjadi secara alami. McClelland (1965) mengemukakan bahwa nAff dapat ditingkatkan melalui pelatihan, kebiasaan positif, dan pengaruh lingkungan. Dalam konteks ini, cerita Harper mengenai tokoh Ruben di "The Crocodile River" menjadi contoh konkret. Ruben mengabaikan masalah-masalah kecil yang tidak relevan, untuk fokus pada tujuan besarnya, yaitu pengembangan perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa fokus terhadap hal-hal strategis adalah bagian integral dari nAff yang kuat. Namun, tidak semua individu memiliki kemampuan untuk mengesampingkan gangguan semacam itu, terutama jika tidak dilatih secara sistematis.

Permasalahan utama yang dihadapi mahasiswa dan calon entrepreneur dalam mengembangkan nAff adalah kurangnya paparan terhadap lingkungan yang mendukung. Lingkungan sosial dan profesional yang positif berperan besar dalam membentuk sikap kompetitif dan orientasi prestasi. Lingkungan yang tidak mendukung, seperti pergaulan dengan individu yang tidak memiliki visi yang jelas, dapat menghambat pengembangan nAff. Selain itu, kurangnya pemahaman tentang pentingnya menetapkan tujuan yang menantang seringkali membuat mahasiswa kehilangan motivasi untuk berkembang.

Solusi untuk mengatasi hambatan ini dapat dimulai dengan menciptakan lingkungan yang mempromosikan kompetisi sehat dan refleksi positif. Pertama, mahasiswa dapat dilatih untuk sering menulis jurnal harian yang berisi pencapaian, tantangan, dan solusi yang telah mereka temukan. Penetapan tujuan yang spesifik dan menantang secara signifikan meningkatkan performa individu. Dengan menuliskan pencapaian harian, mahasiswa dapat mengidentifikasi pola keberhasilan dan kegagalan, yang pada akhirnya mendorong mereka untuk terus memperbaiki diri.

Kedua, pengaruh sosial dapat dimanfaatkan melalui mentoring atau pembinaan. Mentoring oleh individu yang telah sukses dalam dunia entrepreneurship dapat memberikan inspirasi dan panduan konkret. Mentor yang berkualitas mampu membangun self-efficacy pada mentee, yang secara langsung mempengaruhi nAff. Oleh karena itu, perguruan tinggi dapat memfasilitasi program mentoring yang melibatkan entrepreneur berpengalaman untuk membimbing mahasiswa.

Ketiga, penguatan budaya kompetisi yang sehat di lingkungan pendidikan juga sangat penting. Kompetisi antar mahasiswa, seperti lomba ide bisnis atau inkubasi start-up, dapat menjadi stimulus yang efektif. Kompetisi semacam ini menciptakan atmosfer yang mendukung, sekaligus mendorong mahasiswa untuk menetapkan tujuan yang lebih tinggi.

Dalam penutup, pengembangan nAff bukanlah proses instan, tetapi dapat dicapai melalui latihan yang konsisten, dukungan lingkungan, dan pengaruh sosial yang positif. Dengan meniru pola pikir Ruben, mahasiswa dapat belajar untuk fokus pada tujuan utama dan mengesampingkan hal-hal sepele yang tidak relevan. Perguruan tinggi juga memiliki peran strategis dalam menciptakan ekosistem yang kondusif untuk pengembangan nAff ini. Dengan pendekatan yang sistematis, calon entrepreneur dapat meningkatkan semangat berprestasi mereka, yang pada akhirnya berkontribusi pada keberhasilan mereka di dunia profesional.


DAFTAR PUSTAKA

Locke, E. A., & Latham, G. P. (2002). Building a practically useful theory of goal setting and task motivation: A 35-year odyssey. American psychologist, 57(9), 705.

McClelland, D. C. (1965). Toward a theory of motive acquisition. American psychologist, 20(5), 321.

0 komentar:

Posting Komentar