Sabtu, 28 Desember 2024

Esai 9 UAS Psikologi Inovasi - Septi Iing Hijjriyah - 22310410132 - SP

"Asah Rasa Semangat untuk Berprestasi"

Esai 9 – UAS Psikologi Inovasi

Dosen Pengampu: Dra. Arundhati Shinta, MA.



oleh Septi Iing Hijjriyah (22310410132)

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Desember - 2024

_____

    Sebagai manusia yang diberi kesempatan untuk hidup di muka bumi dalam jangka waktu yang telah ditentukan oleh Allah, sudah seyogianya kita maksimalkan segala kesempatan atau peluang yang ada dengan sebaik mungkin. Salah satunya menjalani hidup dengan tujuan dan penuh kesungguhan dalam proses mencapainya. Tentu proses untuk mencapai tujuan tadi tidak lantas dapat digapai secara cuma-cuma, namun harus ada keinginan yang muncul dari dalam seorang individu untuk bertindak dan melakukan sesuatu hal untuk mencapai tujuan tertentu, kemudian hal ini biasa kita sebut sebagai motivasi. Kata kata kebutuhan, keinginan, hasrat, dan dorongan, semuanya serupa dengan motif yang merupakan asal dari kata motivasi. Nah, munculnya motivasi tadi sejalan dengan teori kebutuhan yang dipopulerkan oleh Mc Clelland, salah satunya yaitu Kebutuhan Pencapaian (Need for Achivement) di mana adanya dorongan untuk melebihi, mencapai standar-standar, dan berusaha keras untuk berhasil.

    Selain itu, pada dasarnya setiap orang memiliki motif dengan tujuan yang berbeda-beda, seperti untuk memenuhi kebutuhan, untuk mengembangkan prestasi, bahkan untuk mencapai kekuasaan. Perspektif Mc Gregor di sini pun sejalan dengan fenomena yang ada, di mana setiap manusia punya perbedaan dalam menumbuhkan motivasi tadi, ada yang mendorong diri sekuat dan sekeras yang dia bisa demi mengetahui bahwa daya lenting dirinya dapat melampaui yang biasa. Kemudian ada juga yang dalam proses mencapai tujuan hidupnya memilih menggunakan cara yang itu-itu saja, berprasangka buruk dengan segala hal yang terjadi, maka dari situ tanpa sadar dia bisa saja sedang membatasi kemampuan diri yang sebenarnya bisa lebih jauh dari prasangka yang dia miliki. Jika ditanya terkait hal ini, saya pribadi akan tegas mengatakan bahwa saya tergolong dalam orang pertama yang akan mendorong keras diri saya untuk melampaui standar. Karena menurut saya, semakin keras kita mendorong diri melampaui standar, hal tersebut bagian dari cermin kesungguhan kita dalam mencapai sebuah tujuan.

    Sekarang mari kita bergeser membahas pandangan ini jika dikaitkan dengan psikologi inovasi. Teori mendalam dalam psikologi inovasi sering kali membahas tentang bagaimana individu atau kelompok dapat beradaptasi terhadap perubahan, menciptakan solusi baru, dan berinovasi. Psikologi inovasi mencakup kreativitas dan penerimaan tantangan, yang berkaitan erat dengan kebutuhan untuk berprestasi. Orang dengan N-Ach yang tinggi sering kali terlibat dalam penemuan solusi baru dan pemecahan masalah yang kompleks, yang merupakan ciri khas dari proses inovasi. Misalnya, dalam konteks peningkatan N-Ach, individu yang menghadapi berbagai tantangan yang menantang (sebagaimana dibahas di atas) lebih cenderung melakukan inovasi untuk mengatasi hambatan yang ada. Dengan memandang tantangan sebagai peluang kreativitas, individu akan mengalami peningkatan kinerja dan kreativitas.

    Inovasi sering kali melibatkan sebuah perasaan nekad/percobaan dan kegagalan, yang dapat dianggap sebagai bagian dari proses pembelajaran. Hal ini berkaitan dengan teori inovasi psikologis yang menekankan pentingnya ketahanan psikologis terhadap kegagalan dan kemampuan untuk belajar darinya. Dalam konteks ini, N-Ach dapat ditingkatkan dengan meningkatkan efikasi diri dan mengganti pandangan negatif terhadap kegagalan dengan memahami bahwa kegagalan adalah bagian dari proses inovasi. Itulah mengapa, dalam hal motivasi dan cara untuk mencapai sebuah kebutuhan/tujuan tadi perlu upaya di mana kita harus bijak membiasakan diri berkata, memandang, menyikapi segala hal dengan afirmasi/kata-kata positif.

    Tidak hanya itu, upaya-upaya untuk meningkatkan N-ach tadi dapat dimulai dengan menetapkan tujuan yang jelas dan menantang. Tujuan yang terlalu mudah tidak akan meningkatkan rasa pencapaiannya, sedangkan tujuan yang terlalu sulit dapat menyebabkan frustasi. Oleh karena itu, tujuan harus berada dalam zona tantangan yang dapat dicapai dengan usaha yang cukup. Selain itu, menantang diri dengan tugas yang beragam memungkinkan kita untuk keluar dari zona nyaman untuk meningkatkan pencapaian. Seseorang akan merasa lebih termotivasi jika ia terus-menerus menghadapi tantangan baru yang memungkinkan dia untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan baru.

    Pada intinya, mau cara mana yang akan kita pilih, jalan curam sedemikian rupa yang akan kita tempuh, pencapaian tetap lah pencapaian yang mana harus ditebus dengan dorongan keras dalam diri, kesungguhan, dan tantangan. Hal lainnya sebagai senjata untuk melawan tantangan ialah selalu bijak melahirkan afirmasi-afirmasi/prasangka positif. Semangat!


Daftar Pustaka

    Lina, Marliani. Motivasi Kerja dalam Perspektif Douglas Mc Gregor.

    Motivasi Kerja. https://repository.uin-suska.ac.id/4409/3/BAB%20II%282%29.pdf

    McClelland, D.C. (1961). The Achieving Society. Princeton University Press.

    Atkinson, J. W., & Feather, N. T. (1966). A theory of achievement motivation. Wiley.

    Schunk, D. H., Pintrich, P. R., & Meece, J. L. (2008). Motivation and learning: Theory, research, and applications. Pearson/Merrill Prentice Hall.

    Bandura, A. (1986). Social Foundations of Thought and Action: A Social Cognitive Theory. Prentice-Hall.

    Deci, E. L., & Ryan, R. M. (2000). The "what" and "why" of goal pursuits: Human needs and the self-determination of behavior. Psychological Inquiry, 11(4), 227-268.

    Budianto, E. (1999). Moral industri: Laporan dan renungan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

    Harper, M. (1984). Entrepreneur for the poor. London: Intermediate Technology Publications in association with GTZ (German Agency for Technical Co-operation).

0 komentar:

Posting Komentar