"Asah Rasa Semangat untuk Berprestasi"
Esai 9 – UAS Psikologi Inovasi
Dosen Pengampu: Dra. Arundhati Shinta, MA.
oleh Septi Iing Hijjriyah (22310410132)
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Desember - 2024
_____
Sebagai manusia yang diberi kesempatan untuk hidup di muka bumi
dalam jangka waktu yang telah ditentukan oleh Allah, sudah seyogianya kita
maksimalkan segala kesempatan atau peluang yang ada dengan sebaik mungkin. Salah
satunya menjalani hidup dengan tujuan dan penuh kesungguhan dalam proses
mencapainya. Tentu proses untuk mencapai tujuan tadi tidak lantas dapat digapai
secara cuma-cuma, namun harus ada keinginan yang muncul dari dalam seorang
individu untuk bertindak dan melakukan sesuatu hal untuk mencapai tujuan
tertentu, kemudian hal ini biasa kita sebut sebagai motivasi. Kata kata
kebutuhan, keinginan, hasrat, dan dorongan, semuanya serupa dengan motif yang
merupakan asal dari kata motivasi. Nah, munculnya motivasi tadi sejalan dengan
teori kebutuhan yang dipopulerkan oleh Mc Clelland, salah satunya yaitu
Kebutuhan Pencapaian (Need for Achivement) di mana adanya dorongan untuk
melebihi, mencapai standar-standar, dan berusaha keras untuk berhasil.
Selain itu, pada dasarnya setiap orang memiliki motif dengan tujuan
yang berbeda-beda, seperti untuk memenuhi kebutuhan, untuk mengembangkan prestasi,
bahkan untuk mencapai kekuasaan. Perspektif Mc Gregor di sini pun sejalan
dengan fenomena yang ada, di mana setiap manusia punya perbedaan dalam
menumbuhkan motivasi tadi, ada yang mendorong diri sekuat dan sekeras yang dia
bisa demi mengetahui bahwa daya lenting dirinya dapat melampaui yang biasa. Kemudian
ada juga yang dalam proses mencapai tujuan hidupnya memilih menggunakan cara yang
itu-itu saja, berprasangka buruk dengan segala hal yang terjadi, maka dari situ
tanpa sadar dia bisa saja sedang membatasi kemampuan diri yang sebenarnya bisa
lebih jauh dari prasangka yang dia miliki. Jika ditanya terkait hal ini, saya
pribadi akan tegas mengatakan bahwa saya tergolong dalam orang pertama yang
akan mendorong keras diri saya untuk melampaui standar. Karena menurut saya,
semakin keras kita mendorong diri melampaui standar, hal tersebut bagian dari
cermin kesungguhan kita dalam mencapai sebuah tujuan.
Sekarang mari kita bergeser membahas pandangan ini jika dikaitkan
dengan psikologi inovasi. Teori mendalam dalam psikologi inovasi sering kali
membahas tentang bagaimana individu atau kelompok dapat beradaptasi terhadap
perubahan, menciptakan solusi baru, dan berinovasi. Psikologi inovasi mencakup
kreativitas dan penerimaan tantangan, yang berkaitan erat dengan kebutuhan
untuk berprestasi. Orang dengan N-Ach yang tinggi sering kali terlibat dalam
penemuan solusi baru dan pemecahan masalah yang kompleks, yang merupakan ciri
khas dari proses inovasi. Misalnya, dalam konteks peningkatan N-Ach, individu
yang menghadapi berbagai tantangan yang menantang (sebagaimana dibahas di atas)
lebih cenderung melakukan inovasi untuk mengatasi hambatan yang ada. Dengan
memandang tantangan sebagai peluang kreativitas, individu akan mengalami peningkatan
kinerja dan kreativitas.
Inovasi sering kali melibatkan sebuah perasaan nekad/percobaan dan
kegagalan, yang dapat dianggap sebagai bagian dari proses pembelajaran. Hal ini
berkaitan dengan teori inovasi psikologis yang menekankan pentingnya ketahanan
psikologis terhadap kegagalan dan kemampuan untuk belajar darinya. Dalam
konteks ini, N-Ach dapat ditingkatkan dengan meningkatkan efikasi diri dan
mengganti pandangan negatif terhadap kegagalan dengan memahami bahwa kegagalan
adalah bagian dari proses inovasi. Itulah mengapa, dalam hal motivasi dan cara untuk
mencapai sebuah kebutuhan/tujuan tadi perlu upaya di mana kita harus bijak
membiasakan diri berkata, memandang, menyikapi segala hal dengan
afirmasi/kata-kata positif.
Tidak hanya itu, upaya-upaya untuk meningkatkan N-ach tadi dapat
dimulai dengan menetapkan tujuan yang jelas dan menantang. Tujuan yang terlalu
mudah tidak akan meningkatkan rasa pencapaiannya, sedangkan tujuan yang terlalu
sulit dapat menyebabkan frustasi. Oleh karena itu, tujuan harus berada dalam
zona tantangan yang dapat dicapai dengan usaha yang cukup. Selain itu,
menantang diri dengan tugas yang beragam memungkinkan kita untuk keluar dari
zona nyaman untuk meningkatkan pencapaian. Seseorang akan merasa lebih
termotivasi jika ia terus-menerus menghadapi tantangan baru yang memungkinkan
dia untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan baru.
Pada intinya, mau cara mana yang akan kita pilih, jalan curam sedemikian rupa yang akan kita tempuh, pencapaian tetap lah pencapaian yang mana harus ditebus dengan dorongan keras dalam diri, kesungguhan, dan tantangan. Hal lainnya sebagai senjata untuk melawan tantangan ialah selalu bijak melahirkan afirmasi-afirmasi/prasangka positif. Semangat!
Daftar Pustaka
Lina, Marliani. Motivasi Kerja dalam Perspektif Douglas Mc
Gregor.
Motivasi Kerja. https://repository.uin-suska.ac.id/4409/3/BAB%20II%282%29.pdf
McClelland, D.C. (1961). The Achieving Society. Princeton
University Press.
Atkinson, J. W., & Feather, N. T. (1966). A theory of
achievement motivation. Wiley.
Schunk, D. H., Pintrich, P. R., & Meece, J. L. (2008).
Motivation and learning: Theory, research, and applications. Pearson/Merrill
Prentice Hall.
Bandura, A. (1986). Social Foundations of Thought and Action: A
Social Cognitive Theory. Prentice-Hall.
Deci, E. L., & Ryan, R. M. (2000). The "what" and
"why" of goal pursuits: Human needs and the self-determination of
behavior. Psychological Inquiry, 11(4), 227-268.
Budianto, E. (1999). Moral industri: Laporan dan renungan. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
Harper, M. (1984). Entrepreneur for the poor. London: Intermediate Technology Publications in association with GTZ (German Agency for Technical Co-operation).
0 komentar:
Posting Komentar