Selasa, 19 September 2023

Polusi Udara & Dampak Terhadap Lingkungan Hidup

 Tugas Essay Pertemuan Ke-2
Psikologi Lingkungan
Christoper Gracia Siregar
(23310420056)
Dosen Pengampu : Dr., Dra. Arundati Shinta, M.A
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Polusi Udara & Dampak Terhadap Lingkungan Hidup

https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20230815204755-199-986547/5-sumber-polusi-udara-jakarta-kata-ahli-dan-pejabat

Polusi Udara

    Perkembangan teknologi transportasi yang begitu pesat membuat jarak menjadi tidak berarti, manusia dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dengan lebih mudah dan dalam hitungan jam, bahkan untuk beberapa jarak hanya dalam hitungan menit saja. Hal ini tidak lepas dari penggunaan kendaraan bermotor sebagai akomodasi (kendaraan) manusia dalam kehidupan sehari-hari, akibatnya penggunaan Bahan Bakar Minyak tidak lepas dari kebutuhan sehari-hari umat manusia pada era modern. Setiap kendaran yang menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM) sebagai emisi gas buang sebagai hasil akhir. 

    Kendaraan bermotor menjadi semakin canggih dan nyaman untuk digunakan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari, hal ini mengakibatkan perkembangan industri angkutan umum menjadi semakin beragam mulai dari bus kota, pesawat terbang, kapal laut, kereta api, sepeda motor, hingga mobil pribadi yang digunakan oleh Masyarakat di Indonesia terutama di perkotaan. Emisi gas buang yang dihasilkan oleh kendaraan ini menjadi kontributor utama pencemaran udara yang banyak terjadi di kota-kota besar Indonesia. Pencemaran sendiri dapat didefinisikan sebagai hadirnya satu atau beberapa substansi biologi, kimia, dan fisik di atmosfer dalam jumlah banyak diluar batas normal yang dapat membahayakan Kesehatan manusia hingga mengganggu kelestarian alam sekitar. Selain manusia polusi udara juga dapat memberikan efek negatif terhadap kesehatan hewan dan tumbuhan yang ada di bumi, hingga merusak bagunan (properti) yang ada di lingkungan tersebut. 

    Polusi udara tidak hanya terjadi di luar ruangan, tetapi juga terjadi di dalam ruangan. Polusi udara di dalam ruangan memiliki dampak yang lebih berbahaya bagi kesehatan dibanding polusi udara di luar ruangan (Nahar et al., 2016). Menurut United States EPA, manusia terpapar polusi udara dalam ruangan 2 hingga 5 kali lebih banyak, bahkan 100 kali lebih tinggi daripada tingkat polusi di luar ruangan (Indanazulfa & Rodhiah., 2022). Hal ini menunjukan bahwa kualitas udara di dalam ruangan memiliki peran penting dalam Kesehatan manusia. Semakin tinggi polusi udara di dalam ruangan, maka semakin tinggi pula ancaman Kesehatan. Sehingga kualitas kebersihan udara di dalam ruangan sangat penting untuk menjaga Kesehatan manusia.

Dampak Polusi Udara Terhadap Makhluk Hidup

    Laporan WHO tahun 2006 menyebutkan bahwa terdapat 3 juta kasus yang terjadi setiap tahun akibat adanya pencemaran udara dalam ruangan dan 0,2 juta yang diakibatkan oleh pencemaran luar ruangan. Hal serupa juga disampaikan dalam penelitian American College of Allergies bahwa terdapat 50 persen penyakit yang diakibatkan karena pencemaran udara dalam ruangan. (Dockery et al., 1993) dan (Pope et al., 1995) menemukan adanya hubungan positif antara angka kematian dengan polusi udara dalam ruangan.

    Pembakaran bahan bakar dalam rumah merupakan salah satu sumber terjadinya polusi udara dalam ruangan. Hal ini dikarenakan pembakaran bahan bakar yang digunakan untuk pemanas ruangan dan memasak dapat menghasilkan nitrogen oksida (NOx), karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), hidrokarbon, dan partikulat (Kusnoputranto., 2002). NOx terdiri dari gas nitrit oksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2). Menurut (Fardiaz., 1992), kedua bentuk NOx memiliki dampak yang berbahaya bagi manusia. Dua komponen tersebut menunjukkan bahwa NO2 empat kali lebih beracun dibanding NO meskipun NO tidak berbahaya dan tidak mengakibatkan terjadinya iritasi. Namun, pada konsentrasi udara normal senyawa NO dapat mengalami oksidasi yang lebih beracun. Sementara, CO adalah polusi udara yang paling banyak dijumpai.

    Menurut (Soedomo., 2001), CO terbentuk karena adanya proses pembakaran dari material yang berbahan dasar karbon secara tidak sempurna, seperti batu bara, kayu, bahan bakar minyak, dan zat organik lainnya yang digunakan sebagai pemanas, pembakaran sampah, serta proses industri. Menghirup karbon monoksida dapat menyebabkan sakit kepala yang cukup berat, kerusakan sel otak, pusing, koma, bahkan hingga kehilangan kesadaran (Kusnoputranto., 2002).

Referensi :

https://scholarhub.ui.ac.id/cgi/viewcontent.cgi?article=1142&context=jepi

http://ejournal.universitasmahendradatta.ac.id/index.php/vastuwidya/article/view/86/83

Dockery, D. W., Pope, C. A., Xu, X., Spengler, J. D., Ware, J. H., Fay, M. E., ... & Speizer, F. E. (1993). An association between air pollution and mortality in six US cities. New England Journal of Medicine, 329(24), 1753-1759. doi: 10.1056/NEJM199312093292401.


Fardiaz, S. (1992). Polusi air dan udara. Kanisius.


Kusnoputranto, H. (2002). Kesehatan lingkungan pemukiman dan perkotaan. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.


Nahar, M., Khan, M. H., & Ahmad, S. A. (2016a). Indoor air pollutants and respiratory problems among Dhaka City dwellers. Archives of Community Medicine and Public Health, 2(1), 032-036. doi: http://dx.doi.org/10.17352/2455- 5479.000014.


Pope 3rd, C. A., Bates, D. V., & Raizenne, M. E. (1995). Health effects of particulate air pollution: time for reassessment?. Environmental Health Perspectives, 103(5), 472-480. doi: https://doi.org/10.1289/ehp.95103472.


Soedomo, M. (2001). Kumpulan karya ilmiah pencemaran udara. Penerbit ITB. 

Related Posts:

0 komentar:

Posting Komentar