Waspada Para Calon Dokter Spesialis Rentan Melakukan Bunuh Diri
Nama : Alfiyan Hidayat
NIM 22310410030
Mata Kuliah : Psikologi Abnormalitas
Dosen Pengampu : FX. Wahyu Widiantoro S.Psi., MA
Beberapa tahun terakhir ini banyak laporan tentang para calon dokter spesialis yang memiliki kecenderungan melakukan tindakan bunuh diri atau mengakhiri hidup.Lantas apa penyebab dari tersebut dapat terjadi?Hal tersebut dapat terjadi karena banyaknya faktor salah satunya perundungan dijustifikasi atas nama pendidikan mental mengutip laman berita BBC News Indonesia ,David bukan nama sebenarnya seorang calon dokter spesialis, telah menghadapi tantangan besar sejak awal pendidikannya. Dari kisah-kisah keluarganya, ia sudah mendengar tentang perundungan yang terjadi di dunia kedokteran. Namun, ketika mulai mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS), kenyataan yang pahit itu menyapanya dengan keras. Ditekan oleh senior-senior, mereka harus mengeluarkan dana besar untuk "penyambutan" yang seharusnya tidak menjadi kewajiban. Bahkan, mereka dianggap sebagai asisten pribadi para senior, diminta memenuhi segala kebutuhan pribadi tanpa ampun. Meskipun perundungan berkurang seiring berjalannya waktu, beban pendidikan dan pelayanan sebagai calon dokter spesialis justru bertambah. Tekanan tinggi dari lingkungan yang tidak nyaman membuat David meragukan dirinya sendiri, bahkan sampai pada titik ingin mengakhiri hidupnya. Dalam sebuah dunia yang seharusnya dipenuhi dengan semangat melayani, David dan rekan-rekannya terjebak dalam siklus teror dan perundungan dari senior-senior mereka. Ini menciptakan paradoks di mana upaya untuk mencapai kesempurnaan tidak lagi didorong oleh semangat melayani, melainkan oleh rasa takut akan teror dari atas. Pengalaman David sebagai calon dokter spesialis juga didukung oleh data yang dikeluarkan Kemenkes perihal tingkat stress yang dialami para dokter sebagai berikut :
Dalam dua pekan terakhir sebelum skrining, 51% peserta PPDS merasa lelah, 38% mengalami gangguan tidur, 35% kurang tertarik melakukan apapun, 25% merasa murung, muram, atau putus asa, dan 24% merasa kurang nafsu makan atau terlalu banyak makan.
Pada periode yang sama, 3,3% atau 399 peserta PPDS merasa lebih baik mati atau ingin melukai diri sendiri dengan cara apa pun.Ada 2,7% yang merasakan hal itu selama beberapa hari, 0,4% selama lebih dari separuh waktu, serta 0,2% yang merasakannya "hampir setiap hari".
Siti Nadia Tarmizi, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan, mengatakan pihaknya telah mengidentifikasi beberapa penyebab stres yang dialami para calon dokter spesialis, meski ini perlu didalami lebih lanjut.
Ia bilang, penyebabnya termasuk beban pendidikan seperti tuntutan menyelesaikan karya ilmiah dan membaca jurnal, beban pelayanan seperti kewajiban jaga malam, beban ekonomi untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan keluarga, serta masih adanya perundungan.
Pada periode Juli-Desember 2023, Kementerian Kesehatan menerima 216 aduan terkait dugaan perundungan di lingkungan rumah sakit.
Sebanyak 109 di antaranya dilaporkan terjadi di RS vertikal, sementara 107 lainnya di RSUD, fakultas kedokteran universitas, RS universitas, dan lainnya.
"Sudah banyak sekali pelaporannya. Karena itulah kita melakukan skrining ini, tujuannya untuk mendeteksi apakah perundungan menjadi salah satu faktor penyebab depresi di kalangan PPDS," kata Siti.Ia menambahkan, akan ada pemeriksaan lanjutan untuk penanganan yang lebih komprehensif."Kalau ini ada beban pendidikan atau beban pelayanan yang berat, tentunya ini harus dievaluasi," ujarnya.
Lalu bagaimana upaya kita untuk mencegah terjadinya depresi dan bagaimana agar kita bisa terhindar menjadi korban perundungan?Sebelumnya kita harus tahu terlebih dahulu apa itu depresi ditinjau dari ciri - ciri dan gejalanya Pada umumnya, individu yang mengalami depresi menunjukkan gejala psikis, fisik dan sosial yang khas. Beberapa orang memperlihatkan gejala yang minim, beberapa orang lainnya lebih banyak. Tinggi rendahnya gejala bervariasi dari waktu ke waktu. Menurut Institut Kesehatan Jiwa Amerika Serikat (NIMH) dan Diagnostic and Statistical manual IV – Text Revision (DSM IV - TR) (American Psychiatric Association, 2000). Kriteria depresi dapat ditegakkan apabila sedikitnya 5 dari gejala dibawah ini telah ditemukan dalam jangka waktu 2 minggu yang sama dan merupakan satu perubahan pola fungsi dari sebelumnya.
Gejala dan tanda umum depresi adalah sebagai berikut :
Gejala Fisik
1. Gangguan pola tidur; Sulit tidur (insomnia) atau tidur
berlebihan (hipersomnia)
2. Menurunnya tingkat aktivitas, misalnya kehilangan minat,
kesenangan atas hobi atau aktivitas yang sebelumnya
disukai.
3. Sulit makan atau makan berlebihan (bisa menjadi kurus
atau kegemukan)
4. Gejala penyakit fisik yang tidak hilang seperti sakit kepala,
masalah pencernaan (diare, sulit BAB dll), sakit lambung
dan nyeri kronis
5. Terkadang merasa berat di tangan dan kaki
6. Energi lemah, kelelahan, menjadi lamban
7. Sulit berkonsentrasi, mengingat, memutuskan
Gejala Psikis
1. Rasa sedih, cemas, atau hampa yang terus – menerus.
2. Rasa putus asa dan pesimis
3. Rasa bersalah, tidak berharga, rasa terbebani dan tidak
berdaya/tidak berguna
4. Tidak tenang dan gampang tersinggung
5. Berpikir ingin mati atau bunuh diri
6. Sensitive
7. Kehilangan rasa percaya diri
Gejala Psikis
1. Rasa sedih, cemas, atau hampa yang terus – menerus.
2. Rasa putus asa dan pesimis
3. Rasa bersalah, tidak berharga, rasa terbebani dan tidak
berdaya/tidak berguna
4. Tidak tenang dan gampang tersinggung
5. Berpikir ingin mati atau bunuh diri
6. Sensitive
7. Kehilangan rasa percaya diri
Gejala Sosial
1. Menurunnya aktivitas dan minat sehari-hari (menarik diri,
menyendiri, malas)
2. Tidak ada motivasi untuk melakukan apapun
3. Hilangnya hasrat untuk hidup dan keinginan untuk bunuh
diri
Penyebab Depresi
Depresi disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor. Jika seseorang di dalam riwayat kesehatannya memiliki keluarga yang mengalami depresi, maka terdapat kecenderungan untuk mengalami depresi juga. Menurut Kaplan (2002) dan Nolen – Hoeksema & Girgus (dalam Krenke & Stremmler, 2002), faktor – faktor yang dihubungkan dengan penyebab dapat dibagi atas : faktor biologi, faktor psikologis/kepribadian dan faktor sosial. Dimana ketiga faktor tersebut dapat saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.
Faktor Biologi
Beberapa peneliti menemukan bahwa gangguan mood melibatkan patologik dan system limbiks serta ganglia basalis dan hypothalamus. Dalam penelitian biopsikologi, norepinefrin dan serotonin merupakan dua neurotransmiter yang paling berperan dalam patofisiologi gangguan mood.
Pada wanita, perubahan hormon dihubungkan dengan kelahiran anak dan menopause juga dapat meningkatkan risiko terjadinya depresi. Penyakit fisik yang berkepanjangan
sehingga menyebabkan stress dan juga dapat menyebabkan
depresi.
Faktor Psikologis/Kepribadian
Individu yang dependent, memiliki harga diri yang rendah, tidak asertif, dan menggunakan ruminative coping. Nolen – Hoeksema & Girgus juga mengatakan bahwa ketika seseorang merasa tertekan akan cenderung fokus pada tekanan yang mereka rasa dan secara pasif merenung daripada mengalihkannya atau melakukan aktivitas untuk merubah
situasi.
Pemikiran irasional yaitu pemikiran yang salah dalam berpikir seperti menyalahkan diri sendiri atas ketidak beruntungan. Sehingga individu yang mengalami depresi cenderung menganggap bahwa dirinya tidak dapat mengendalikan lingkungan dan kondisi dirinya. Hal ini dapat
menyebabkan pesimisme dan apatis.
Faktor Sosial
1. Kejadian tragis seperti kehilangan seseorang atau
kehilangan dan kegagalan pekerjaan
2. Pasca bencana
3. Melahirkan
4. Masalah keuangan
5. Ketergantungan terhadap narkoba atau alkohol
6. Trauma masa kecil
7. Terisolasi secara sosial
8. faktor usia dan gender
9. tuntutan dan peran sosial misalnya untuk tampil baik,
menjadi juara di sekolah ataupun tempat kerja
10. Maupun dampak situasi kehidupan sehari-hari lainnya.
Macam Gangguan Depresi
Gangguan depresi terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Major Depressive Disorder (MDD)
MDD ditandai dengan kondisi emosi sedih dan kehilangan kemampuan untuk menikmatiaktivitas yang biasa dilakukan, bersama dengan minimal 4 (empat) dari gejala di bawah ini :
a. Tidur terlalu banyak (10 jam atau lebih) atau terlalu sedikit (sulit untuk tertidur, sering terbangun)
b. Kekakuan motorik
c. Kehilangan nafsu makan dan berat badan menurun drastis atau sebaliknya makan berlebihan sehingga berat badan meningkat drastis.
d. Kehilangan energy, lemas, tidak bersemangat, tidak tertarik melakukan apapun.
e. Merasa tidak berharga
f. Kesulitan untuk berkonsentrasi, berpikir, dan membuat
keputusan
g. Muncul pikiran tentang kematian berulang kali atau
bunuh diri
Gejala-gejala ini muncul hamper sepanjang hari, setiap hari, selama minimal 2 (dua) minggu dan bukan dikarenakan kehilangan yang wajar, misalnya karena suami/istri meninggal. MDD sering disebut masyarakat umum dengan istilah depresi.
2. Dysthymic Disorder (Gangguan Distimik/Distimia)
Merupakan gangguan depresi yang kronis. Individu yang didiagnosis mengalami distimik mengalami kondisi depresif lebih dari separuh waktu dari minimal 2 (dua) tahun. Jadi, dalam jangka waktu 2 (dua) tahun, separuh dari waktu tersebut individu ini mengalami kondisi depresif, minimal mengalami 2 (dua) gejala di bawah ini :
a. Kehilangan nafsu makan atau sebaliknya
b. Tidur terlalu banyak/terlalu sedikit
c. Merasa diri tidak berharga
d. Kesulitan berkonsentrasi dan mengambil keputusan
e. Mersa kehilangan harapan
Gejala tidak tampak jelas lebih dari 2 (dua) bulan. Tidak ada episode MDD selama 2 tahun pertama gejala muncul. Gejala yang dialami lebih ringan daripada MDD namun
dengan waktu yang lebih lama.
Penanganan Depresi
Depresi dapat ditangani dengan perubahan pola hidup, terapi psikologi, dan dengan pengobatan (obat antiretroviral/ARV). Dilarang keras mengobati diri sendiri dengan alkohol,merokok yang berlebihan dan narkoba, karena zat yang terkandung di dalamnya dapat meningkatkan gejala depresi dan menimbulkan masalah lain. Berikut beberapa cara penanganan depresi :
1. Perubahan pola hidup
a. Berolahraga Orang yang menderita depresi mengalami stress, kecemasan, galau, kebingungan dan kegelisahan yang berlarut – larut. Hal ini disebabkan oleh pikiran dan
perasaan yang negatif. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menghasilkan pikiran dan perasaan positif yang dapat menghalangi munculnya mood negatif adalah dengan berolahraga.
b. Mengatur pola makan
Simptom depresi dapat diperparah oleh ketidakseimbangan nutrisi di dalam tubuh, yaitu:
1) Konsumsi kafein secara berkala
2) Konsumsi sukrosa (gula)
3) Kekurangan biotin, asam folat, vitamin B, C, kalsium, magnesium atau kelebihan magnesium
dan tembaga
4) Ketidakseimbangan asam amino
5) Alergi makanan
c. Berdoa
Beberapa orang mempunyai kecenderungan untuk berpaling dari agama dalam memperoleh kekuatan dan hiburan. Dengan berdoa seseorang melakukan dan
mengucap rasa syukur kepada Tuhan YME.
d. Memiliki keberanian untuk berubah
Penderita depresi harus memiliki keberanian untuk melewati kegelapan menuju terang, keberanian untuk berubah.
e. Rekreasi
Berjalan-jalan di tempat yang asri, menyejukkan agar tubuh dan pikiran menjadi lebih rileks dan nyaman. Selain itu, melakukan aktivitas yang menjadi minat sebelumnya seperti, membaca buku, memasak, memancing dll yang bisa membuat penderita menjadi rileks dan nyaman.
2. Terapi psikologi
a. Terapi Interpersonal
Bantuan psikoterapi bisa dilakukan oleh psikolog
dalam jangka pendek yang berfokus kepada hubungan antara orang-orang dengan perkembangan symptom
gangguan kejiwaan.
b. Konseling kelompok dan dukungan sosial
Mengunjungi tempat layanan bimbingan konseling. Pelaksaan wawancara konseling yang dilakukan antara seorang konselor professional dengan beberapa pasien
sekaligus dalam kelompok kecil.
c. Terapi humor
Profesional medis yang membantu pasien untuk mempertahankan sikap mental yang positif dan
berbagai tawa merespons psikologis dari tertawa termasuk meningkatkan pernafasan, sirkulasi, sekresi hormone, enzim pencernaan, dan peningkatan tekanan darah.
d. Terapi Kognitif (CBT)
Pendekatan CBT memusatkan perhatian pada proses berpikir klien yang berhubungan dengan kesulitan emosional dan psikologi klien. Pendekatan ini akan berupaya membantu klien mengubah pikiran-pikiran atau pernyataan diri negatif dan keyakinan-keyakinan pasien yang tidak rasional. Fokus dalam teori iniadalah mengganti cara-cara berfikir yang tidak logis
menjadi logis.
3. Pengobatan
Berkonsultasi kepada dokter kejiwaan/psikiater. Beberapa obat antidepresan yaitu: lithium, MAOIs, Tricyclics. Beberapa psikiater meresepkan perangsang jiwa (psychostimulant), obat yang dipakai untuk mengobati gangguan deficit perhatian (attention deficit disorder).
Pencegahan Depresi
Beberapa cara mencegah depresi agar tidak terjadi atau
tidak datang kembali adalah sebagai berikut:
1. Bersikap realistis terhadap apa yang kita harapkan dan apa yang bisa kita lakukan.
2. Tidak menyalahkan diri sendiri atau orang lain saat kita melakukan suatu kesalahan atau mengalami kegagalan.
3. Tidak membanding-bandingkan diri dengan orang lain ataupun kehidupan orang lain.
4. Pikirkan untuk menyimpan keputusan besarsampai sembuh dari depresi, seperti menikah, bercerai, tentang pekerjaan atau sekolah. Bicarakanlah dengan teman, professional
(psikolog, konselor atau psikiater)atau orang yang kita sayangi atau kita anggap mampu membantu untuk melihat gambaran besarnya.
5. Dukungan keluarga, social dengan mengatakan jika kita mengalami masalah atau sedang mengalami depresi.
6. Rutin lakukan olahraga dan kegiatan outdoor
7. Tidak terlalu menyesali suatu kejadian, bersikap tenang dan tidak mudah marah
8. Bangunlah harga diri dan mencoba bersikap dan berpikir
positif.
9. Tidak menyendiri, menjauhi diri dari pergaulan, lebih
bersosialisasi, melakukan aktivitas dengan lingkungan
sekitar
10. Lebih religius, mendekatkan diri kepada Tuhan YME
Secara garis besar upaya dan kiat - kiat dalam mengatasi kecenderungan bunuh diri akibat depresi yang dialami para calon dokter spesialis dapat saya jabarkan sebagai berikut :
Strategi upaya yang dapat dilakukan oleh para calon dokter spesialis yang mengalami depresi dan perundungan serta kecenderungan melakukan bunuh diri adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kesadaran akan masalah kesehatan mental di kalangan calon dokter spesialis serta memberikan edukasi tentang gejala depresi dan perundungan. Hal ini dapat dilakukan melalui seminar, workshop, atau pelatihan khusus tentang kesehatan mental.
2. Membangun lingkungan yang mendukung dan memberikan dukungan emosional kepada calon dokter spesialis yang mengalami tekanan dan stres. Ini bisa melalui sesi konseling individu atau kelompok dengan psikolog atau konselor yang berpengalaman.
3. Mendorong calon dokter spesialis untuk menjaga pola hidup sehat, termasuk rutin berolahraga, mengatur pola makan, beristirahat yang cukup, dan melaungkan waktu untuk melakukan hobi atau aktivitas yang menyenangkan untuk mengurangi tingkat stres.
4. Memberikan penyuluhan dan pelatihan tentang keterampilan mengatasi stres (coping skills) kepada calon dokter spesialis, seperti teknik relaksasi, meditasi, dan manajemen waktu. Agar dapat membantu mereka mengelola tekanan dengan lebih efektif.
5. Mengajarkan pentingnya self-care kepada calon dokter spesialis, termasuk memahami batasan diri, belajar untuk mengatakan tidak, dan merawat diri sendiri secara fisik dan emosional.
6. Pemangku kebijakan seperti Kemenkes dapat meningkatkan fasilitas dukungan, seperti layanan konseling yang mudah diakses, hotline kesehatan mental, dan program bantuan krisis bagi calon dokter spesialis yang membutuhkan bantuan segera.
7. Pemangku kebijakan seperti Kemenkes dapat mengusulkan aturan anti-perundungan di institusi pendidikan medis dan rumah sakit tempat calon dokter spesialis yang sedang menjalani pelatihan. Tujuannya agar ada aturan yang jelas dan sanksi bagi pelaku perundungan khususnya di lingkungan pendidikan profesi.
8. Melakukan pelatihan untuk meningkatkan sensitivitas dan empati terhadap rekan-rekan sesama calon dokter spesialis yang mungkin mengalami masalah kesehatan mental, sehingga dapat memberikan dukungan yang lebih baik.
9. Mengadakan kolaborasi dengan institusi pendidikan medis, rumah sakit, dan pihak terkait lainnya untuk menciptakan program-program yang komprehensif dalam mencegah depresi, perundungan, dan kecenderungan bunuh diri di kalangan calon dokter spesialis.
Dengan menerapkan strategi ini secara komprehensif, diharapkan dapat membantu para calon dokter spesialis untuk mengatasi depresi, perundungan, dan kecenderungan bunuh diri, serta menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat dan mendukung bagi profesi medis.
Sumber Referensi :
Husada Trisha.2024.Kesaksian calon dokter spesialis yang sempat berusaha bunuh diri – 'Perundungan dijustifikasi atas nama pendidikan mental.https://www.bbc.com/indonesia/articles/cyj3mkp7jl0o . Diakses pada 4/5/2024
Depresi-gejala dan cara mengobati. (alodokter. htm).
Depresi-gejala, ciri, penyebab dan terapi menghilangkan depresi. file:///D:/Depresi.htm
Kaplan dan Sadock. (2002). Sinopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis, edisi ketujuh, jilid satu. Jakarta: Binarupa Aksara.
Kring, Johson, Davison & Neale. (2004). Edisi kesembilan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.Divisi Buku Perguruan Tinggi.
Kring, Johson, Davison & Neale. (2009). Abnormal Psychology. Eleventh edition. Berkeley: John wiley & Sons.
0 komentar:
Posting Komentar