Nama : Vina Anggraini Yosi Ningrum
NIM 22310410105
Mata Kuliah : Psikologi Abnormalitas
Dosen Pengampu : FX. Wahyu Widiantoro S.Psi., MA
“Tantangan dan Transformasi: Mengungkap Kebenaran di Balik Gangguan Kepribadian Borderline"
Gangguan Kepribadian Borderline (Borderline Personality Disorder, BPD) adalah gangguan mental yang ditandai oleh pola perilaku impulsif, ketidakstabilan dalam hubungan interpersonal, gambaran diri yang buruk, dan emosi yang sangat tidak stabil. Individu dengan BPD cenderung memiliki perasaan yang intens dan tidak stabil terhadap diri sendiri dan orang lain, sering kali mengalami ketakutan akan penolakan atau ditinggalkan. Mereka mungkin mengalami periode intensitas emosi yang berfluktuasi, yang dapat berkisar dari kemarahan yang hebat hingga perasaan kosong dan putus asa. Selain itu, mereka cenderung untuk melibatkan diri dalam perilaku berisiko seperti kecanduan, keinginan bunuh diri, atau self-harming. Orang dengan BPD sering mengalami kesulitan dalam menjaga hubungan yang stabil dan dapat merasa tidak stabil secara emosional. Gangguan kepribadian borderline menunjukkan pola-pola perilaku dan pola pikir yang menetap, yang biasanya dimulai pada awal masa dewasa dan berlangsung dalam jangka panjang. Penyebab pasti BPD tidak sepenuhnya dipahami, tetapi faktor-faktor genetik, lingkungan, dan neurobiologis diyakini berperan dalam perkembangan gangguan ini. Terapi seperti terapi kognitif perilaku dialektis (DBT) dan terapi pola relasi interpersonal (IPT) sering digunakan untuk membantu individu dengan BPD mengelola emosi mereka dan membangun hubungan yang lebih sehat.
Pola perilaku impulsif, seperti pengeluaran uang berlebihan, seks yang tidak aman, atau kebiasaan merusak diri, sering terjadi pada individu dengan BPD. Ketidakstabilan dalam hubungan interpersonal juga menjadi ciri khas, dimana seseorang dengan BPD mungkin mengalami pergantian antara idealisasi dan devaluasi terhadap orang lain, membuat hubungan mereka cenderung tidak stabil. Gambaran diri yang buruk, atau perasaan konstan dari ketidakpastian tentang identitas dan nilai diri, adalah gejala lain yang umum terjadi pada individu dengan BPD. Emosi yang sangat tidak stabil, seperti kemarahan yang cepat dan intens, rasa putus asa yang mendalam, atau perasaan kosong yang tak tertahankan, juga merupakan bagian integral dari pengalaman individu dengan gangguan ini. Penting untuk dipahami bahwa individu
dengan BPD sering kali mengalami penderitaan yang mendalam akibat gejala-gejala ini. Meskipun perilaku impulsif atau ekspresi emosi yang keras seringkali bisa tampak sebagai "manipulatif" atau "drama", sebagian besar waktu, mereka merupakan cara individu tersebut mencoba untuk mengatasi rasa sakit dan ketidakstabilan internal yang mereka rasakan. Faktor- faktor yang menyebabkan BPD masih belum sepenuhnya dipahami, tetapi penelitian menunjukkan bahwa kombinasi faktor genetik, lingkungan, dan neurobiologis memainkan peran dalam perkembangan gangguan ini. Misalnya, individu yang memiliki riwayat trauma masa kecil, terutama trauma yang berkaitan dengan penelantaran atau pelecehan, memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan BPD. Selain itu, ketidakseimbangan neurokimia, terutama serotonin dan dopamin, juga telah dikaitkan dengan gangguan ini. Dalam hal pengobatan, terapi adalah pendekatan yang paling umum digunakan untuk mengelola BPD. Terapi Kognitif Perilaku Dialektis (DBT) adalah salah satu pendekatan terapi yang paling umum digunakan, yang menggabungkan strategi kognitif-perilaku dengan elemen-elemen mindfulness dan penerimaan. Terapi Pola Relasi Interpersonal (IPT) juga sering digunakan, fokusnya adalah pada memahami dan memperbaiki hubungan interpersonal yang bermasalah. Selain itu, terapi individu, terapi kelompok, dan dukungan obat-obatan juga dapat menjadi bagian dari rencana perawatan yang komprehensif untuk individu dengan BPD. Dengan pengobatan yang tepat dan dukungan yang sesuai, banyak individu dengan BPD dapat memperbaiki kualitas hidup mereka dan mengelola gejala mereka secara efektif. Penting untuk menghapus stigma dan meningkatkan pemahaman tentang BPD, sehingga individu yang terkena dampak dan orang-orang di sekitar mereka dapat mendapatkan dukungan yang mereka perlukan.
DAFTAR PUSTAKA
Maryudhiyanto, L., & Jusup, I. Tatalaksana gangguan makan pada borderline personality disorder (laporan kasus). JNH (Journal of Nutrition and Health), 9(1), 15-23.
Ripli, M. (2015). Mengenal Gangguan Kepribadian Serta Penanganannya. Al-Tazkiah: Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam, 4(2), 58-70.
Tiwi Utari, T. (2020). Pengaruh kecenderungan gangguan kepribadian borderline terhadap flourishing pada individu dari orang tua yang bercerai (Doctoral dissertation, Universitas Teknologi Yogyakarta).
0 komentar:
Posting Komentar