Selasa, 03 Desember 2024

E3-Berperilaku Inovatif: Pemanfaatan Minyak Jelantah Menjadi Sabun Ramah Lingkungan_Aisyah Zulaina_22310410067_Psikologi Inovasi

 

INOVASI MENGOLAH MINYAK JELANTAH MENJADI SABUN RAMAH LINGKUNGAN: ShooteBreeze

MATA KULIAH PSIKOLOGI INOVASI

ESAI 3-BERPERILAKU INOVATIF

DOSEN PENGAMPU: Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA, MA. 


AISYAH ZULAINA

22310410067

PSIKOLOGI SJ

 

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45

YOGYAKARTA

DESEMBER 2024


Minyak goreng merupakan minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewani yang dimurnikan berbentuk cair dalam suhu ruang dan biasanya digunakan untuk menggoreng makanan. Pada dasarnya minyak yang baik adalah minyak yang mengandung asam lemak tak jenuh yang lebih banyak dibandingkan dengan kandungan asam lemah jenuhnya (Kusumaningtyas, 2018:202). Lain halnya dengan minyak yang telah lama dipanaskan secara berulang, minyak tersebut akan menghasilkan senyawa peroksida yang bersifat racun bagi tubuh yang biasa disebut dengan minyak jelantah. Pada umumnya minyak jelantah memiliki bilangan peroksida 20-40meq/kg sehingga tidak memenuhi standar mutu kesehatan (Thadeus,2012:130).

Pertumbuhan jumlah penduduk dan perkembangan industri dan makanan siap saji menyebabkan minyak goreng bekas atau minyak jelantah yang dihasilkan dalam jumlah yang cukup tinggi (Riyanta,2016:118). Limbah rumah tangga juga tidak dapat dipisahkan dari minyak jelantah sebagai sisa penggorengan di dapur. Dengan perkembangan industri dan makanan memang membawa dampak positif bagi masyarakat di bidang ekonomi, namun menimbulkan dampak negatif dan kurang menguntungkan bagi lingkungan. Terlebih hanya segelintir masyarakat saja yang mampu memanfaatkan sampah menjadi barang yang berguna, seperti pemanfaatan minyak jelantah menjadi sabun padat yang ramah lingkungan.

Dengan keterbatasan dan kurangnya edukasi tentang pengolahan sampah seperti minyak jelantah ini, masyarakat biasanya membuang sembarangan sehingga mencemari air tanah dan lingkungan sekitar. Maka dari itu, masyarakat perlu dikenalkan ide kreatif/inovasi dalam rangka meminimalisir limbah rumah tangga maupun industri terutama yang berpotensi merusak lingkungan. Limbah minyak jelantah yang dihasilkan dari sisa penggorengan di dapur atau pedagang gorengan dapat diolah kembali menjadi sabun. Minyak jelantah tersebut dapat diolah menjadi bahan baku pembuatan sabun sebagai solusi permasalahan sampah hasil produksi makanan dan rumah tangga.

Peralatan yang dibutuhkan seperti sendok kayu atau stainless steel dengan gagang yang panjang, wadah untuk mencampurkan minyak dengan bahan lainnya, cetakan lucu agar hasil sabun menarik, kain lap untuk menjaga kebersihan, dan sarung tangan karet. Sedangkan bahan yang dibutuhkan meliputi 500 ml minyak jelantah yang sudah disaring sehingga kotoran dari sisa penggorengan tidak ikut tercampur, 65 gram soda api, 150 ml air biasa, pewangi dan pewarna serta bahan penenang kulit opsional.

Selanjutnya, langkah-langkahnya cukup mudah untuk diikuti pertama campurkan soda api dengan air dan aduk hingga soda api larut. Diamkan sejenak hingga percampuran air dengan soda api tidak lagi bereaksi panas atau diamkan hingga dingin. Tuangkan larutan soda api yang sudah dingin ke dalam wadah berisi minyak jelantah secara perlahan sembari menambahkan pewarna dan pewangi jika ada dan aduk hingga tercampur merata. Larutan soda api yang masih bereaksi panas bila langsung dicampur dengan minyak hasilnya akan menggumpal dan adonan tidak tercampur sehingga sabun yang dihasilkan tidak akan padat sempurna. Lalu tuang adonan tadi ke dalam cetakan yang sudah ada, buatlah serapi dan sebersih mungkin. Lalu diamkan hingga adonan mengeras. Ketika adonan sudah mengeras, bisa dikeluarkan dari cetakan. Pada umumnya, sabun dari minyak jelantah ini memerlukan waktu curing selama 4-6 minggu agar reaksi dari soda api juga ikut teruar ketika dijemur/didiamkan sehingga tidak menimbulkan efek perih/panas dan gatal pada kulit. Proses curing ini juga bertujuan untuk memastikan soda api sudah ternetralisir, air menguap dengan sempurna, dan meningkatkan kualitas sabun.

Soda api merupakan bahan yang bisa merusak kulit jika tidak terproses dengan benar, maka dari itu untuk mengurangi efek gatal dan panas dapat melakukan cara seperti proses reaksi antara minyak jelantah dan soda api berlangsung dengan sempurna dan soda api telarut sepenuhnya. Pastikan waktu dan suhu pencampuran sudah sesuai prosedur, menambah minyak lemak alami seperti minyak zaitun atau minyak kelapa dapat membantu menetralkan efek soda api dan membuat sabun lebih aman di kulit, atau aloevera sebagai penenang kulit, selanjutnya biarkan sabun matang selama beberapa minggu, dan tes sensitivitas.

Dengan menyadari permasalahan minyak jelantah, lalu adanya pengetahuan tentang saponifikasi dan melakukan eksperimen, mencari cara agar menghasilkan minyak jelantah yang lebih bersih dan jernih dengan menyaringnya terlebih dahulu, menambahkan minyak zaitun atau aloevera pada bahan yang diperlukan merupakan proses kreativitas bagi saya dalam menghasilkan ide kreatif dan inovatif dalam pemanfaatan minyak jelantah menjadi sabun ramah lingkungan. Keunggulannya meliputi mengurangi limbah minyak jelantah yang biasanya dibuang begitu saja, mengurangi pencemaran air dan tanah, produk ini menjadi bukti nyata bahwa sampah atau limbah dapat diolah menjadi sesuatu yang bernilai. Sabun ini dapat menjadi peluang usaha baru yang dapat dipasarkan sebagai produk ramah lingkungan yang mungkin diminati oleh konsumen modern. Seperti yang saya lakukan, yaitu mengedukasi diri saya sendiri dari berbagai referensi, berani melakukan eksperimen dan berpikir kreatif lalu menjualnya di platform media sosial, berikut link penjualan produk saya https://vt.tokopedia.com/t/ZS6NP4dv9/

Inovasi membutuhkan pola pikir terbuka, tetapi sering kali individu terjebak dalam bias kognitif seperti ketidakmampuan melihat cara baru dan atau mengikuti pola pikir mayoritas, keengganan dan rasa malas mencoba atau bereksperimen. Sehingga perlu adanya pelatihan untuk berpikir kreatif dan lateral serta mendorong eksplorasi ide yang tidak familiar. Inovasi juga terkadang mendapatkan penolakan dari masyarakat karena dianggap tidak aman atau tidak sesuai dengan produk sabun biasanya, sehingga perlu adanya edukasi publik atau kampanye pemasaran yang efektif pada produk, hal ini mengembangkan strategi dan memahami resistensi dalam psikologi inovasi.

Referensi:

Aisyah, D.S, dkk. (2021). Pemanfaatan Sabun Padat dari Minyak Jelantah sebagai Solusi Permasalahan Limbah Rumah Tangga dan Home Industri. PROCEEDINGS: UIN Sunan Gunung Djati Bandung Vol.1, No.31, halaman 47-60.

https://youtu.be/4b8WkercMRY?si=9sM8llU6GuiDvGdE

 

0 komentar:

Posting Komentar